NovelToon NovelToon
Bopo Kembar Desa Banyu Alas

Bopo Kembar Desa Banyu Alas

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cintamanis / Anak Kembar / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:22.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Arshaka Sadewa dan Aksara Sagara adalah Bopo Kembar Desa Banyu Alas. Putra dari Bopo sebelumnya, yaitu Abimanyu.
Keberadaan Bopo Kembar, tentu menghadirkan warna tersendiri untuk Desa Banyu Alas. Dua pria yang mewarisi sifat Romo dan Ibunnya, membuat warga desa sangat menyayangi dan menghormati keduanya.
Bagaimanakah kehidupan Bopo Kembar ini?
Apakah mereka benar - benar bisa di andalkan untuk menjaga Desa Banyu Alas?

Jangan lupa untuk membaca Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades terlebih dahulu, agar bisa memahami jalan ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Hujan dan Kenangan

"Mas, anter aku sekolah, ya." Pinta Ashoka.

"Biasanya bawa motor, Dek?" Tanya Arsha.

"Pingin di anter Mas, loh. Udah lama banget sekolah gak di anter Mas." Cicit Ashoka.

"Mas mandi dulu sebentar, ya. Sekalian ke Pabrik aja kalo gitu." Kata Arsha.

"Yaudah, cepetan Mas mandinya. Jangan kayak anak perawan." Kekeh Ashoka.

"Minta anter Mas? Kenapa gak bawa motor?" Tanya Runi pada putrinya.

"Kangen di anter - jemput Mas, Bun." Jawab Ashoka yang kemudian mengekor pada Runi menuju ke meja makan untuk sarapan.

"Masmu kemana, Mbak?" Tanya Abi yang baru keluar dari kamar dan bergabung dengan Ashoka juga Runi di meja makan.

"Mas lagi mandi, Mo. Mau anter aku sekalian mau ke Pabrik katanya." Jawab Ashoka.

"Ndengaren njaluk di terne Mas? (Tumben minta di anterin Mas?)" Tanya Abi.

"Ibun sama Romo kok kompak banget sih nanyanya? Tadi Ibun juga nanya gitu." Cicit Ashoka.

"Ya namanya juga sehati." Sahut Runi sambil terkekeh.

"Aku kangen aja di anter - jemput Mas." Jawab Ashoka.

"Mau puas - puasin manja sama Mas - Masku, mumpung aku belum pergi Kuliah." Imbuh Ashoka sambil terkekeh.

"Widih, nasi urap. Yah, tapi kok gak ada peyek ikan asinnya sih, Bun." Kata Arsha yang baru bergabung.

"Ada, Mas. Ini loh." Jawab Runi sambil menunjukkan peyek yang di maksud Arsha.

"Nah, ini baru mantep!" Girang Arsha yang kemudian langsung mengambil satu porsi nasi urap lengkap dengan lauknya.

"Anak sama Bapak kok sama aja, sukanya nasi urap." Kata Runi yang membuat mereka terkekeh.

Setelah selesai sarapan, mereka pun mulai bersiap dengan kegiatan masing - masing. Tentu saja Abi akan ke Balai Desa dan Runi akan pergi ke Balai Kesehatan seperti biasa.

"Mas ra nggowo mobil wae? Arep neng Pabrik pisan, to? (Mas gak bawa mobil aja? Mau ke Pabrik sekalian, to?)" Kata Abi.

"Njih, Mo. Bawa Motor saja, biar lebih cepet. Soalnya mau ke Pabrik Akung yang di Lor Kali. (Utara Sungai)" Jawab Arsha.

"O, yasudah kalo gitu. Hati - hati, Nang, Nduk." Kata Abi saat kedua anaknya berpamitan.

"Iya, Mo. Berangkat dulu, Mo. Assalamualaikum." Pamit Arsha sambil merangkul adiknya.

"Waalaikumsalam." Jawab Abi.

"Bye - Bye cinta pertamaku!" Seru Ashoka sambil melambaikan tangan. Abi pun membalas lambaian tangan putrinya sambil tersenyum.

Seperti biasa, di sepanjang perjalanan mereka terus mengobrol. Sesekali mereka juga bergurau hingga membuat keduanya tertawa.

Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, akhirnya mereka sampai di sekolah Ashoka. Ashoka bersekolah di SMA tempat Arsha dab Aksa sekolah dulu.

Arsha melepas helm full face yang ia kenakan. Sesaat, ia memandangi bangunan kokoh Sekolahnya dulu yang menyimpan banyak kenangan manis untuknya.

"Gak banyak yang berubah ya, Dek. Masih gini - gini aja sekolahnya." Kata Arsha sambil memandang sekelilingnya. Ia pun jadi bernostalgia dengan masa SMAnya.

"Di dalam yang banyak perubahan, Mas. Aulanya sekarang jadi lebih besar setelah di pugar." Jawab Ashoka.

"Yaudah, aku masuk dulu." Pamit Ashoka sambil meraih tangan Arsha dan menyalaminya.

"Sun Mas sek to, Dek. (Cium Mas dulu to, Dek.)" Pinta Arsha.

"Lah, isin yo, Mas. Mengko di kiro aku cewekan karo om - om. (Lah, malu ya, Mas. Nanti di kira aku pacaran sama om - om.)" Jawab Ashoka.

"Oo, yowes ra tak culne kowe. (Oo, yasudah gak aku lepasin kamu.)" Kata Arsha sambil menahan tangan adiknya yang tadi hendak bersalaman.

"Ish! Mas iki, aku wes pitulas taun, lho. Udu cah pitung taun. Isin to, di delokne konco - koncoku. Mengko tak sun neng omah wae. (Ish! Mas ini, aku sudah tujuh belas tau, loh. Bukan anak tujuh tahun. Mali to, di lihatin temen - temenku. Nanti aku cium di rumah saja.)" Kata Ashoka yang masih berusaha menolak.

"Emoh! Pokok e sak iki. Nak ora, yo ra tak culne. Ngopo? Wedi cowokmu cemburu? Tak pulosoro nak ngasi cemburu karo aku. (Gak mau! Pokoknya sekarang. Kalau enggak, ya gak aku lepasin. Ngapa? Takut cowokmu cemburu? Aku aniaya kalau sampai cemburu sama aku.)" Ancam Arsha.

"Lambene Mas Arsha. Aku ra nduwe cowok, yo! (Mulutnya Mas Arsha. Aku gak punya pacar, ya!)" Omel Ashoka sambil mencapit bibir Kakaknya.

Pada akhirnya, Ashoka pun mencium kedua pipi Kakaknya. Walaupun dengan terpaksa menahan malu karena menjadi perhatian beberapa siswa dan siswi yang lewat.

"Wes, puas! (Sudah, puas!)" Cicit Ashoka dengan tatapan sinis yang malah membuat Arsha tertawa.

"Uwes no! Matur suwun, Kanjeng Putri. (Sudah dong! Terima kasih, Tuan Putri.)" Ucap Arsha di sela tawanya.

"Yasudah masuk sana. Jaketnya mau Mas bawa atau kamu bawa?" Tanya Arsha.

"Aku aja yang bawa, Mas. Nanti Mas kerepotan, orang gak bawa tas kok." Jawab Ashoka.

"Yasudah, nanti telfon Mas kalau sudah pulang." Ujar Arsha yang di jawab anggukan oleh Ashoka.

Arsha kemudian meninggalkan halaman sekolah, setelah memastikan adiknya masuk ke dalam. Gadis cantik itu tampak ceria berbaur dengan teman - temannya yang juga baru datang.

Sore itu, cuaca mendung ketika Arsha menyelesaikan pekerjaannya di Pabrik. Gemuruh suara guntur lun sudah mulai terdengar. Seharian ini, pria tampan itu sibuk memeriksa pembukuan di dua Pabrik beras milik Pak Karto.

Ponselnya berdering tepat saat ia bersiap untuk pergi dari Pabrik yang berada di Kecamatan yang berbeda. Arsha pun segera mengangkat panggilan dari adiknya.

Setelah berbicara beberapa saat, Arsha segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi karena khawatir awan mendung yang sudah menggantung itu akan segera menumpahkan isinya.

"Mas ngebut ya? Kok cepet banget! Cuma sepuluh menit." Cicit Ashoka sambil memelototi Kakaknya.

"Mau hujan, Dek. Hawa dinginnya aja udah kerasa di jalan tadi." Jawab Arsha sambil memakaikan helm di kepala Ashoka.

"Jangan kebut - kebutan, Mas. Kalo hujan ya berteduh. Sore gini kan jam sibuk orang pulang sekolah dan pulang kerja. Di tambah kalo mendung, orang pasti kan kebut - kebutan juga. Sekarang di sini udah rame tau, Mas. Gak kayak tujuh tahun lalu." Omel Ashoka.

"Njih, Kanjeng Putri. Sudah ya ngomelnya, ayo cepetan naik." Kata Arsha.

"Jaketnya di kancingin yang bener, Dek." Titah Arsha saat Ashoka hendak naik ke boncengan.

"Iya, udah kok, Mas." Jawab Ashoka.

Setelah memastikan Ashoka duduk dengan nyaman, Arsha segera melajukan motornya untuk kembali ke rumah.

Belum ada separuh perjalanan mereka, hujan benar - benar turun dengan cukup lebat. Arsha segera menepikan motornya di depan sebuah Bengkel yang sudah tutup. Mereka berteduh bersama beberapa pengendara motor lain.

"Basah gak, Dek?" Tanya Arsha sambil memeriksa pakaian Ashoka.

"Roknya aja ini sedikit." Jawab Ashoka sambil menunjuk ujung roknya yang basah.

"Kayaknya bakal lama deh ini, Mas." Keluh Ashoka sambil menatap awan gelap yang menumpahkan isinya.

"Mas telfon Romo ya, minta tolong buat jemput kamu." Tawar Arsha.

"Enggak usah, Mas. Aku nunggu sama Mas aja." Tolak Ashoka.

"Yakin? Takut kalau hujannya lama nanti, Dek." Tanya Arsha yang meyakinkan adiknya.

"Iya, yakin. Lagian di ajak hujan - hujanan juga gak apa - apa." Kekeh Ashoka yang langsung mendapat lirikan tajam dari Kakaknya.

Tak berselang lama, sebuah motor matic ikut menepi. Wanita yang bajunya hampir kuyup itu segera turun dari motornya dan ikut berteduh di bawah atap teras Bengkel yang memang cukup besar itu.

Ashoka yang mengenali wanita berseragam putih - hitam itu pun tersenyum dan langsung menyapanya.

"Mbak Raina!" Panggil Ashoka sambil melambaikan tangan.

1
dapurAFIK
mas arsha gercep sat set langsung nembak nya jd istri bikin dek Rai keselek batuk2😄👍
Lee 😉
ikut seneng deh,, sampe pen melayang jdi nya 🤣🤣🤣
Lee 😉
duuhhh,,, salting nya nembus layar 🤣😄
widi
duh meleleh dengernya...soft spoken banget Arsha
syora
alhamdulillah gini,doa disertai usaha
ibaratmya berjodoh tp kita jg butuh perjuangan dan usaha tuk mndapatkannya
langkah yg tepat arsha👍👍👍👍
🎃
akhirnya mas arsha pecah telor jugak setelah sekian tahun yee kan
kawal sampai halal pokonya mah 😍
Dedes
aduuhh pengen jumpalitan. ternyata rasa itu gak bertepuk sebelah tangan 😍
Dedes
ya Allah mas to the point banget
Arin
Woah..... gercep banget nih Arsha. Mumpung pas ketemu lagi, langsung sat set tanpa ba bi bu lagi nembak mau jadi istri???? 👍👍👍👍
Isda Wardati K
lugas banget sich mas arsha ndak ada romantis2 nya.
Humay Uum
duuuh yg dtembak Rania aku yg senyum2 tooh 🤭salting iih inget ker ngora lah pokoya 🤣🤣
Santi
jdi senyum2 sendiri aku,,🤭
indy
arsha langsung beraksi
Titik Sofiah
tambah up lagi donk Thor..... riques ntar Aksa jodoh a dokter ya Thor....🤭🤭🤭
Kasih Bonda
next Thor semangat
bunda kk
arsha langsung sat set aja😍
Dewi kunti
gak usah lama2 calon mantu bawa plg🤭🤭🤭🤭🤭
Atik Kiswati
yok lnjt neh....
MPit Mpit MPit
mantu mantu mantu..
syora
ya allah mas arsha greget dikit kayak romo tho
sat set git loh,soalnya aku nggak lilo mbk riana diambil org🤭🤭
smoga bisa mncapai halal dan samawa ya
jd greget greget sndiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!