Vina sangat terobsesi diterima menjadi pemeran wanita utama di casting sebuah drama. Dia juga seorang penggemar garis keras dari seorang aktor. Suatu hari saat melakukan casting, ia ditolak tanpa di tes dan parahnya lagi, orang yang menolaknya adalah si idola. Merasa terhina, Vina pun berubah menjadi pembenci sang aktor. Belum juga mulai menabur benih kebencian, ia justru terpaksa menikah secara kontrak dengan sang Aktor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumi Midah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdebat
Sesuai dengan apa yang sudah dispakati, Vina pun pindah ke apartemen Arka. Baru saja masuk ke dalam unit apartemen, Arka disambut oleh suara seekor anjing kecil jenis Pomeranian berwarna hitam kecokelatan. Anjing tersebut terlihat menggemaskan karena memiliki alis runcing yang tampak seperti orang sedang marah.
"Yeontan sangat merindukan ayah ya?" ujar Arka riang sambil menggendong tubuh mungil anjingnya.
Vina yang sangat menyuakai hewan sangat gemas melihat Yeontan. Ingin rasanya, ia merebut anjing tersebut lalu menimangnya.
Tak lama manager Arka keluar dari dapur. Lelaki yang masih betah menjomblo di usia empat puluh tahun itu menyapa Arka dan sang istri. Kecantikan polos yang dimiliki Vina membuat lelaki itu berdecak kagum.
"Wah, betapa beruntungnya kau mmperistri gadis secantik dirinya," ucapnya sambil menepuk-nepuk sebelah bahu, lelaki tampan berhidung mancung itu.
Vina tersenyum samar dan membusungkan dadanya bangga karena dipuji seperti itu. Arka hanya mendengkus dingin saat melihat sebuah kesombongan di wajah Vina. Mungkin suatu saat nanti, ia akan menyesal melakukan pernikahan kontrak dengan gadis yang berdiri di depannya.
"Ya udah, kalau gitu, aku pergi dulu," ujar manejer Arka.
"By the way, makasih udah jagain Yeontan, ya."
"No problem." Sebelum keluar dari apartemen artisnya, manajer Arka menegur Vina seraya menunjukkan senyumnya.
Setelah mendengar pintu apartemen yang sudah tertutup lagi. Arka membuka suara. "Kau pasti sangat senang dipuji sama si bujang tua itu, 'kan?" dengkus Arka, "asal kau tau saja, dia itu menganggap perempuan paling jelek, itu cantik." Ia sengaja mengatakan kebohongan untuk meruntuhkan dinding kepercayaan diri Vina.
"Kau pikir aku akan langsung rendah diri saat kau mengatakan hal itu?" Dengan wajah songongnya Vina menyibakkan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai. "Berusahalah lebih keras."
Arka menggelengkan kepalanya. Baru kali ini ia bertemu wanita yang begitu bangga akan kecantikannya. Lelaki tampan itu menyuruh Vina mengikuti langkahnya, ke sebuah ruangan tertutup, berpintu papan belian, khas pintu orang kaya. Sambil menggendong Yeontan, sebelah tangannya Arka menekan ganggang pintu.
Vina terpana melihat kamar tersebut. Ruangan tersebut sangat luas, disain interiornya pun tampak mewah, dengan warna putih yang mendominasi kamar tersebut.
"Ini kamarmu." Arka yang melihat Vina tampak terpana pun menyeringai.
"Apa kau terlalu kampungan sampai tidak pernah melihat kamar sebagus ini?" ejek Arka.
"Jangan mengajakku untuk berkelahi, ya!" Arka hanya menjulurkan lidah saat mendengar ucapan Vina.
Sore tiba, Arka mengetuk pintu kamar istrinya sambil menggendong Yeontan. Setelah cukup lama, pintu kamar tersebut pun dibuka.
"Ada apa pengganggu?!" katanya kesal karena acara menonton drama cina pendeknya terganggu.
"Aku mau pergi." Lelaki tampan berhidung mancung itu, memberikan Yeontan pada Vina. "Kau jaga dia selama aku pergi."
Vina menerima Yeontan dengan wajah yang riang. Ia menimang anjing kecil lucu itu, lalu mencium puncak kepalanya.
Melihat Yeontan yang tampak anteng di pelukan Vina, membuat Arka cukup kesal. Padahal waktu pertama kali memelihara Yeontan, anjing itu sering marah-marah padanya. Lelaki itu berdecak dalam hati lalu menambahkan, anjing lelaki itu sama saja seperti orang lelaki yang anteng jika bersama wanita cantik.
Sebelum pergi, Arka mencium kepala Yeontan. "Ayah pergi dulu, ya. Bye sayang." Kembali suami Vina menatap istrinya dengan tatapan tajam. "Jaga Yeontan baik-baik, atau." Arka membuat gerakan menggerek leher dengan tangannya.
Vina mendengkus saat Arka sok mengancamnya. "Sudah pergi sana. Menyebalkan!
****
Sekitar pukul delapan akhirnya pekerjaannya menjadi beberapa bintang tamu di beberapa stasiun TV dan radio pun selesai. Hari ini bersama dengan pemain drama lainnya, Arka mempromosikan drama yang dimainkannya.
Ketika di mobil, Arka sedikit khawatir, apakah Yeontan sudah makan malam. Harusnya ia menyuruh sang istri untuk memberikan makan malam untuk anak bulunya
Dengan lumayan menaikan laju mobilnya, tanpa menunggu waktu lama, akhirnya Arka sampai di gedung apartemen yang tampak mewah dari luar. Usai memarkir mobil Mercedes Benz, dengan terburu-buru ia keluar dari mobil dan masuk ke gedung apartemen.
Sesampainya di dalam unit apartemen, dengan segera Arka mengetuk pintu kamar Vina. Wanita yang belum semalam menempati kamar tersebut, membuka pintu.
"Mana Yeontan?"
"Dia sedang tidur karena kekenyangan."
Rasa khawatir Arka berganti dengan perasaan lega. Saking menyayangi Yeontan, lelaki itu tidak pernah sekali pun terlambat memberi anak bulunya itu makan. Jika terpaksa menitipkan Yeontan, ia selalu saja mereror orang tersebut, demi memastikan anjingnya itu tidak terlambat makan.
"Syukurlah," ucapnya lega, "oh ya kau beri makan apa dia?"
"Sosis yang ada di kulkasmu." Jawaban Vina membuat Arka tidak senang. Yeontan memiliki perut yang cukup sensitif, jadi dia hanya boleh diberi makanan selain makanan anjing.
"Kau! Kenapa sembarangan sekali memberi makanan pada anjingku, hah?!"
"Loh, memangnya salah aku memberikan sosis pada Kung-kung." Meskipun tahu nama anjing Arka adalah Yeontan, Vina tetap memanggilnya Kung-kung. Pikirnya nama kung-kung sangat sesuai dengan suara imut Yeontan.
"Kung-kung?"
"Anjingmu itu kupanggil Kung-kung."
Arka mendesah, belum sampai sehari saja Vina berhasil membuatnya merasa jengkel. "Oho, sembarangan sekali kau mengganti nama anjingku."
"Terserah aku, toh mulutku juga."
Arka menggeleng kecil. Untuk sekarang dia akan membahas tentang sosis yang diberikan Vina pada anjingnya saja. "Harusnya kau tidak sembarangan memberi sosis pada anjingku. Perutnya itu sangat sensitif!"
"Kau sendiri tidak memberi tahuku di mana kau menyimpan makanan anjingmu. Memangnya kau mau kubiarkan dia kelaparan."
"Harusnya kau telpon aku dulu untuk bertanya."
"Menelponmu?" Vina tertawa sumbang. "Jangan pernah kau harapkan itu dariku, paham. Lagi pula kau itu terlalu lebay, aku itu sering memberi anjing jalanan sosis, tapi mereka baik-baik saja, kok."
"Anjing jalanan dan Yeontan itu berbeda kasta."
"Kepalamu kasta. Kau pikir mereka itu manusia," ucap Vina kesal. "Belum genap sehariku di sini, kau sudah membuatku jengkel."
"Harusnya aku yang mengatakan hal tersebut padamu. Kau adalah wanita paling menjengkelkan yang pernah kukenal."
Vina mendengkus sebal. "Apa? Aku, sem—"
Kung ....
Suara anjing kecil, mengalihkan atensi dua pasangan suami istri baru itu. Keduanya melihat ke arah Yeontan yang duduk di atas tempat tidur. Melihat itu, Vina pun berjalan ke arah Yeontan. Arka ikut masuk ke dalam untuk mengambil Yeontan.
"Kung-kung Sayang, kau pasti bangun karena keberisikan lelaki di sampingku, 'kan."
Belum sempat memeluk ataupun mencium kepala anjing itu, Arka dengan cepat mengambil Yeontan.
"Namanya Yeontan dan bukannya Kung-kung!" sebal Arka.
"Tapi aku suka nama itu."
"Pakaikan saja nama payah itu pada anjingmu sendiri." Vina hanya terdiam. Ia tidak bisa membalas perkataan suaminya yang menyebalkan.