NovelToon NovelToon
CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Office Romance / Mantan
Popularitas:22.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Nadira tak pernah menyangka bekerja di perusahaan besar justru mempertemukannya kembali dengan lelaki yang pernah menjadi suaminya tujuh tahun lalu.

Ardan, kini seorang CEO dingin yang disegani. Pernikahan muda mereka dulu kandas karena kesalahpahaman, dan perpisahan itu menyisakan luka yang dalam. Kini, takdir mempertemukan keduanya sebagai Bos dan Sekretaris. Dengan dinginnya sikap Ardan, mampukah kembali menyatukan hati mereka.

Ataukah cinta lama itu benar-benar harus terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 6.

Begitu masuk kamar, Nadira buru-buru lari kecil ke arah kamar mandi sambil menjinjing koper mungilnya.

“Saya akan ganti di kamar mandi ya, Tuan bisa di ruang ganti,” katanya terburu-buru, mana berani dia bongkar pakaian di depan Ardan.

Baru saja tangannya menyentuh gagang pintu, suara berat Ardan membuat langkahnya berhenti. “Kamu nggak menyembunyikan punyaku lagi kan, kayak dulu?” tanyanya curiga, matanya menyipit tajam.

Nadira mengerutkan dahi. “Punya Tuan? Maksudnya apaan?”

Ardan mendengus. “Jangan pura-pura nggak ngerti!”

“Saya beneran nggak ngerti, Tuan.”

Ini orang kenapa sih, tiba-tiba nyolot lagi?

Ardan menunjuk koper pink milik Nadira. “Buka itu! Aku curiga kamu mau ngejebak aku lagi! Biar aku terpaksa pakai CD-mu gara-gara boxer milikku hilang!”

Nadira mendadak paham, reflek ia menutup mulutnya yang hampir meledak karena tawa. “Pfffttt!”

“Nah kan! Lihat! Kau makin mencurigakan!” Ardan menuduh.

Wajah Nadira memerah menahan geli. “Jadi Tuan pikir… saya sembunyiin boxer Tuan?”

Ardan menaikkan alis dengan wajah serius. “Itu kerjaanmu dulu! Boxer-ku hilang terus, dan ujung-ujungnya kamu kasih CD-mu. Aku kira itu boxerku, dan tanpa sadar memakainya. Tapi, ternyata__”

Nadira langsung membungkuk, hampir terjatuh saking tak bisa menahan gelinya.

“Oke deh, kalau Tuan nggak percaya...silakan cek koper saya. Tapi kalau tuduhan Tuan salah, harus minta maaf. Atau… naikin gaji saya.”

Dengan gaya dramatis, Nadira membuka resleting koper. Tangannya mengacak-ngacak isinya, lalu... dengan gerakan cepat, menarik resleting bagian dalam.

Sretttt!

Pakaian dalamnya terpampang jelas... disana ada CD dan Bra warna-warni miliknya.

“Uhuk!” Ardan langsung batuk, buru-buru membuang muka. “Astaga, kamu nggak punya malu!”

'Nggak punya malu katanya? Lah... isi di dalamnya aja, dia udah tau dan jadi mainan favoritnya dulu!'

Nadira berwajah polos. “Saya cuma buktikan, kalau tuduhan Tuan salah. Nah, sekarang jelas kan?”

Ardan mendengus, pipinya sedikit merah. “Baiklah! Gajimu naik sepuluh persen!”

Tanpa banyak kata, ia langsung kabur ke ruang ganti. Pria itu tak berniat meminta maaf, jadi dia memutuskan menaikkan gaji saja.

Begitu pintu tertutup, Nadira menjatuhkan diri di lantai seraya menekan perutnya sambil tertawa terpingkal-pingkal.

“Yes! Tambah gaji! Bisa buat bayar banyak pengeluaran di rumah… bisa juga buat ngerawat si Jacky.”

Jacky adalah motor butut kesayangannya, sudah jelas butuh perhatian ekstra.

Lalu ide nakal melintas di kepala Nadira, senyum jahilnya muncul. Nadira berdiri setelah meraih selembar CD warna pink terang dari koper, lalu meletakkannya tepat di atas bantal di ranjang.

“Biar dia trauma sekalian,” bisiknya sambil cekikikan.

Tak lama, Ardan keluar dari ruang ganti dengan wajah datar. Tapi langkahnya terhenti begitu melihat benda mencolok itu tergeletak manis di atas bantal.

“Kamu!” Ardan menatap Nadira dengan tatapan membunuh.

Nadira berpura-pura polos, memiringkan kepala. “Loh? Kok malah ada di situ, ya? Apa CD-nya punya penyakit sepertiku, berjalan tanpa sadar?”

“Kau pikir ini lucu?” Ardan sudah melotot horor.

“Lucu banget,” jawab Nadira cepat, lalu kabur ke arah kamar mandi sambil tertawa menarik kopernya.

Ardan hanya bisa mendengus, tapi tiba-tiba saja ujung bibirnya terangkat.

.

.

.

Malam menjelang, lampu-lampu kota terlihat gemerlap dari balik kaca kamar hotel. Nadira duduk di meja kerja kecil, menyalin ulang catatan meeting untuk laporan esok pagi. Jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard laptop, meski sesekali ia menguap kecil.

Pintu kamar terbuka, Ardan masuk dengan jas sudah dilepas hanya mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku. Nadira menegakkan duduknya, pura-pura fokus.

“Kau belum selesai?” suara Ardan terdengar datar.

“Hampir, Tuan. Laporan ini harus rapi, sebelum saya kirimkan." Jawab Nadira, namun matanya masih ke layar.

Ardan berjalan mendekat, berdiri di samping meja. Nadira bisa merasakan wangi parfumnya, lagi-lagi membuat konsentrasinya kacau.

“Tulis ringkas saja, Investor tidak suka basa-basi.”

Nadira mengangguk, mencoba menahan gugup. Tapi justru salah pencet, layar laptop menampilkan huruf-huruf berantakan.

“Astaga…” gumamnya panik.

Ardan menunduk, satu tangan bertumpu di meja lalu tubuhnya condong mendekat untuk melihat layar. Nadira ikut menahan napas, jarak mereka terlalu dekat.

“Kalau tidak fokus, kau akan mengulang berkali-kali. Kau tahu itu, kan?” suara Ardan rendah, nadanya lebih seperti teguran dingin.

“S-saya tahu, Tuan.” Nadira buru-buru memperbaiki ketikan. Wajahnya panas, tapi ia berusaha terlihat profesional.

Ardan menatapnya beberapa detik lebih lama, lalu akhirnya berdiri tegak kembali. Ia melangkah menuju sofa, mengambil tablet dan duduk. “Cepat selesaikan, jangan buat aku menunggu.”

Suasana kamar hanya diisi suara ketikan laptop dan sesekali desahan napas Nadira yang gelisah. Namun, ada ketegangan tak kasat mata yang membuat udara semakin berat.

Tak lama, Nadira menutup laptop. “Sudah selesai, Tuan. Saya akan kirimkan sekarang.”

Ardan menoleh sekilas, mengangguk. “Baik.”

Nadira membereskan meja, ia hendak bangkit menuju kamar sebelah yang sudah dipesan baru untuknya.

Tapi Ardan tiba-tiba berkata, “Tunggu.”

Langkah Nadira terhenti. “Ada apa, Tuan?”

Ardan memandang lurus ke arahnya, tatapannya tetap dingin tapi ada kilatan samar di matanya. “Jangan terlalu sering begadang, kau mudah ceroboh kalau kelelahan. Jangan keseringan minum kopi, seperti kemarin."

Nadira terdiam, dia tidak tahu harus menanggapinya seperti apa. Akhirnya ia hanya tersenyum tipis. “Baik, Tuan. Saya akan ingat.“

"Jangan salah paham, aku hanya tidak ingin kau terus ceroboh dan merugikanku!“ nada Ardan terdengar tajam.

Ardan kembali menunduk pada tabletnya, seolah pembicaraan selesai. Tapi Nadira sempat melihat jemari pria itu mengepal lemah, seperti menahan sesuatu yang tidak ingin diucapkan.

Nadira melangkah menuju pintu kamar sebelah dengan hati berdebar. Ia menutup pintu pelan, lalu bersandar pada daun pintu sambil memegangi dadanya.

Kenapa aku merasa… dia masih peduli padaku?

Sementara di dalam kamar, Ardan menatap kosong layar tabletnya.

Kenapa aku masih terganggu oleh keberadaannya, dia bukan siapa-siapa untukku!?

Keesokan paginya, suasana hotel mendadak heboh. Nadira yang baru saja keluar dari kamar dengan map berisi jadwal kerja, langsung disambut lirikan-lirikan aneh dari beberapa staf. Ia tidak mengerti kenapa mereka berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya.

Saat ia menunggu lift, salah satu staf mendekat dengan wajah canggung.

“Permisi, Mbak. Apakah benar... Mbak ini sekretaris pribadi Tuan Ardan Pradipta?”

Nadira mengangguk ragu. “I-iya, memangnya kenapa?”

Staf itu tidak menjawab, hanya menunjuk layar ponsel miliknya. “Beritanya sudah viral sejak pagi.”

Nadira mengambil ponsel dari tasnya, dan matanya membelalak. Di media sosial, beredar foto dirinya keluar dari kamar hotel… bersama Ardan semalam. Foto itu diambil entah oleh siapa, tepat ketika pintu kamar terbuka.

Judul headline pun tak kalah heboh:

“CEO Muda Ardan Pradipta, Tertangkap Basah Keluar dari Kamar Hotel Bersama Seorang Wanita!”

Wajah Nadira langsung pucat. “Ya Tuhan…”

Baru saja lift terbuka, Ardan keluar dengan ekspresi dingin. Ia segera menghampiri Nadira, suaranya rendah namun tegas.

“Masuk! Sekarang!”

Nadira menunduk dan menurut, masuk ke lift bersama Ardan. Begitu pintu tertutup, suasana hening menekan.

“Siapa yang bisa memotret itu?” tanya Ardan tanpa menatapnya.

“S-saya tidak tahu, Tuan. Saya benar-benar tidak menyadarinya…” Nadira tergagap, kedua tangannya gemetar memegang map.

Ardan menghela napas, “Tentu saja! Kau memang tidak pernah sadar ketika membuat masalah!"

Ucapan itu membuat hati Nadira tertusuk, meski ia tahu Ardan sedang menahan amarah. Ia ingin membela diri, tapi suara Ardan kembali memotong.

“Kalau investor hari ini membatalkan pertemuan karena skandal ini, aku pastikan kau akan menyesal.”

Lift berbunyi, pintu terbuka. Nadira hanya bisa mengangguk, meski matanya terasa panas.

Ternyata di lobi hotel, beberapa media lokal sudah berkumpul mencoba mencari konfirmasi. Nadira berdiri di belakang Ardan dengan wajah tegang. Ia bisa merasakan tatapan-tatapan penuh tanya dari orang-orang, seakan menuduhnya yang paling salah.

Ardan berjalan dengan tenang, ekspresinya dingin seperti batu. Saat salah satu wartawan bertanya lantang, “Tuan Ardan, benarkah wanita di foto itu adalah kekasih Anda?”

Ardan sempat melirik sekilas ke arah Nadira, lalu menatap lurus ke depan.

“Dia sekretaris-ku! Tidak lebih.”

Hanya tiga kata itu, tegas dan dingin.

Nadira menunduk, dadanya terasa diremaass. Ada lega karena Ardan membela profesionalitasnya, tapi juga sakit karena penegasan “tidak lebih” itu seakan ditujukan untuk menghancurkan perasaan yang kembali menyala di hatinya.

*

*

*

Yang nunggu flashback nya, sabar ya 🤭😅

Pliss, jangan nabung bab sayang😘

1
Rita
betul dih
Rita
Ardan tolong jelaskan apa prasangka istrimu benar pa salah
Rita
lah🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
awas nih sakit gangguan jiwa
Rita
obsesi itu namanya
Rita
tuh Ardan sdh tau kan
Rita
mamer 🥰🥰🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍👍👍👍
Rita
hei hei😅😅😂😂😂😂
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Rere💫: 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Jeng Ining
good Clau provokasi Ardan terus, itubmemang yg dimaui mama Ardan, biar sepenuh hati Ardan melakukan pembelaan thd Nadira dn mengeluarkan semua isi hati yg hanya ada Nadira😁😁😁
Jeng Ining: biar polpolan nunjukin cintanya ke Nadira sesuai prediksi Mamanya🤭
total 2 replies
Tiara Bella
wow Ardan terlalu cepet ini mah ketemunya Nadira ....hehehhe...
Tiara Bella: hooh....
total 2 replies
Azahra Rahma
bagus, keren
Azahra Rahma
Ardan jangan percaya kata² Claudia,,dia itu wanita siluman ,,entah siluman laba² atau siluman ular putih
Rere💫: Siluman rubah 🦊🤣
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Claudia emang licik...

Dalam keadaan terdesak pun dia masih bersikap sombong dan mencoba memprovokasi Ardan...😒
Rere💫: Di bikin tomyam 🤣🤣🤣
total 3 replies
Desyi Alawiyah
Istrimu di culik mama kamu, Ardan... Udah jangan khawatir 🤭
Aditya hp/ bunda Lia
istrimu mamah mu yang culik Ardan ...
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Azahra Rahma
dalangnya adalah ibumu Ardan,,yg menculik Nadira
Azahra Rahma
tapi aku yakin Ardan tidak pernah berhubungan intim dengan Claudia,,,kalau Claudia dekat² saja sepertinya Ardan tidak menyukainya
Tiara Bella
aku udh takut Nadira diculik sm Claudia twnya sm mamer.....lega nya....sabar Ardan....et dah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!