Selina Ratu Afensa tak pernah menduga hidupnya berubah drastis saat menerima pekerjaan sebagai pengasuh di keluarga terpandang. Ia pikir hanya akan menjaga tiga anak lelaki biasa, namun yang menunggunya justru tiga badboy yang terkenal keras kepala, arogan dan penuh masalah
Sargio Arlanka Navarez yang dingin dan misterius, Samudra Arlanka Navarez si pemberontak dengan sikap seenaknya dan Sagara Arlanka Navarez adik bungsu yang memiliki trauma dan sikap sedikit manja. Tiga karakter berbeda, satu kesamaan yaitu mereka sulit di jinakkan
Di mata orang lain, mereka adalah mimpi buruk. Tapi di mata Selina, mereka adalah anak anak kesepian yang butuh di pahami. Tanpa ia sadari, keberaniannya menghadapi mereka justru mengguncang dunia ketiga badboy itu dan perlahan, ia menjadi pusat dari perubahan yang tak seorang pun bayangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Blue🩵, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa dia?
Sosok itu berjalan santai ke depan, berdiri paling depan dengan tangan masuk ke saku celana. Wajahnya jelas terlihat di bawah cahaya lampu jalan
“Zayyan…” suara Selina pecah, hampir tak percaya
Ya. Zayyan Argantara. Teman kecil yang sudah seperti saudara baginya dulu. Lelaki yang pernah berjanji akan selalu melindunginya saat mereka masih bermain di halaman rumah bibinya
Jantung Selina berdetak keras “Kenapa… kenapa dia ada di sini?!”
Tangannya gemetar hebat, ponsel Sagara hampir terlepas dari genggaman
Di luar, Samudra langsung memasang ekspresi sinis “Tch, jadi bener dugaanku. Orang ini lagi”
Sagara melirik tajam, wajahnya lebih dingin dari biasanya “Zayyan Argantara…” gumamnya, seolah nama itu sendiri sudah cukup untuk memicu konflik lama
Sedangkan Sargio, berbeda dengan dua kembarannya, justru diam. Tatapannya menusuk Zayyan, tapi matanya seolah menyimpan sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit dari pada sekadar benci
Selina di dalam mobil benar benar kebingungan. Antara rasa lega melihat wajah yang di kenalnya… dan rasa ngeri karena sadar Zayyan ternyata bagian dari musuh yang di maksud ketiga kembaran itu
Zayyan menatap tajam ke arah mobil, langkahnya mantap meski napasnya sedikit memburu. Begitu ia mendekat, tubuhnya langsung di halangi oleh Sargio yang berdiri tegak di depannya
Keduanya saling menatap tajam, aura dingin seakan memenuhi udara di sekitar
“Apa yang kau lakukan pada Selina?” suara Zayyan dalam, penuh tuduhan
Ketiga kembaran itu serentak terbelalak. Samudra yang tadinya bersandar di mobil langsung menegakkan badan, sementara Sagara mengepalkan tangan menahan emosi
Dia… kenal Selina? pikiran mereka bertiga hampir bersamaan
Zayyan melanjutkan, suaranya semakin keras "Gue lihat sendiri tadi lo-” dagunya mengarah ke Sagara di samping sana "Tarik Selina ke dalam mobil, saat di rumah sakit”
Sagara menegang, hendak menyahut, tapi sebelum kata katanya sempat keluar, pintu mobil terbuka
“Zayyan…” suara itu pelan, ragu, tapi cukup untuk memecah ketegangan
Zayyan terperanjat, tubuhnya langsung menabrak bahu Sargio tanpa peduli, begitu melihat Selina berdiri di sana. Langsung memeluknya erat
“Selina!” suaranya bergetar, emosional “Aku kangen. Aku nyariin kamu ke mana mana setelah kamu pergi dari rumah Tante Vera. Kenapa kamu… tiba tiba hilang gitu aja?”
Selina sedikit terkejut, tubuhnya kaku di dalam pelukan itu. Ia butuh beberapa detik untuk merespons, lalu mengangkat tangan dan menepuk punggung Zayyan pelan
“Aku juga… kangen Zay” suaranya lirih, penuh kebingungan
Zayyan menarik diri, menatapnya dengan wajah penuh cemas “Tapi… apa yang mereka lakukan padamu? Kenapa kamu bisa kenal sama mereka? Dan kenapa mereka bawa kamu pergi dari rumah sakit?!”
Tatapannya tajam beralih ke ketiga kembaran yang kini berdiri kaku di belakang Selina. Sagara sudah setengah maju, jelas tidak suka Selina di sentuh begitu
Selina terdiam, bibirnya bergetar, bingung harus menjawab apa di hadapan dua dunia yang kini bertabrakan di hadapannya
Sagara yang dari tadi diam menahan diri akhirnya tak kuat lagi. Api di dadanya membuncah begitu melihat Zayyan masih memeluk Selina. Dengan kasar, ia menarik tangan Selina keluar dari pelukan itu
“Cukup!” serunya tajam, menarik tubuh Selina ke sampingnya
Zayyan langsung bereaksi. Ia menahan lengan Selina, membuat tubuh gadis itu tertarik di antara keduanya “Lepasin dia, Sagara” Tatapannya menusuk, rahangnya mengeras
"Tidak akan” Sagara menunduk sedikit, menatap Zayyan penuh ancaman "Lo denger? Lebih baik lo pergi sebelum gue benar benar kehilangan kesabaran”
Zayyan mendengus, menarik Selina ke arahnya lagi “Pergi? Hah, gue gak akan biarin Selina bareng kalian. Dia lebih aman sama gue dari pada sama tiga berandalan kayak kalian!”
Sagara makin meledak “Lo pikir lo siapa bisa seenaknya bawa dia pergi?! Lo gak punya hubungan apa apa sama Selina!”
Zayyan mendengus sinis “Hubungan? Kami bersahabat sejak kecil Sagara! Gue kenal dia, gue kenal keluarganya. Yang gak ada hubungannya sama dia… itu LO!”
Kedua mata Sagara menyala merah. Tangannya mengepal, tapi Zayyan belum berhenti
“Jangan bilang lo mau ngaku ngaku pacarnya hah? Gue tahu Selina. Dia gak mungkin mau sama berandalan kayak lo!”
Dan... BUGHH!
Tanpa aba aba, tinju Sagara mendarat telak di pipi Zayyan, membuat kepala pemuda itu terpelintir ke samping
“SAGARA!!” Selina menjerit, terkejut bukan main
Zayyan menoleh cepat, tatapannya semakin garang. Ia sudah siap melayangkan pukulan balasan, namun sebelum itu terjadi, Selina langsung bergerak. Tubuhnya melompat ke depan, kedua tangannya terbentang, berdiri tepat di depan Sagara
“Zayyan berhenti!” Selina berseru dengan suara bergetar, air matanya hampir jatuh “Jangan! Jangan sakiti dia!”
Zayyan terhenti, menatap gadis itu dengan sorot tak percaya “Selina… kamu… membelanya?”
Gadis itu menggigit bibir, tubuhnya gemetar “Tolong pulanglah, jangan khawatirkan aku. Aku baik baik saja. Aku janji… nanti aku akan mengunjungimu”
Zayyan menegang, dadanya naik turun menahan emosi
Selina menunduk, lalu meraih tangan Sagara yang masih mengepal keras. Dengan lembut tapi tegas, ia menariknya “Ayo Sagara”
Sagara sempat ingin melawan, tapi tatapan Selina yang berkaca kaca berhasil meredam sedikit amarahnya. Dengan enggan, ia menurut. Selina menariknya ke mobil
Samudra dan Sargio yang sejak tadi mengawasi tanpa kata langsung bergerak mengikuti. Sargio masuk ke kursi pengemudi, Samudra duduk di sebelahnya. Selina duduk di kursi penumpang belakang, dengan Sagara yang masih panas di sampingnya
Mesin mobil meraung, lalu melaju meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Zayyan yang berdiri di tengah jalan bersama beberapa temannya, wajahnya masih memerah dengan rahang terkunci
Di dalam mobil, suasana menegang. Hanya deru mesin dan suara roda yang menggilas jalanan sepi terdengar. Lampu jalan berkelebatan lewat kaca, membuat wajah mereka bergantian terpantul cahaya
Sagara duduk dengan rahang mengeras, tatapannya lurus ke depan. Nafasnya masih berat, jemari tangannya bergetar karena menahan sisa emosi. Selina di sampingnya tak berani bersuara, hanya sesekali melirik wajah pemuda itu dengan hati yang kalut
'Kenapa dia… semarah itu?' batin Selina, dadanya terasa sesak
Ia menunduk, berusaha menyembunyikan ekspresi bingungnya. Rasanya ingin bertanya, tapi lidahnya kelu. Yang ada hanya dentuman keras di dalam kepalanya
Mobil terus melaju dalam hening. Sagara menatap lurus dengan wajah menegang, Samudra malah tersenyum tipis seperti tahu sesuatu dan Sargio fokus di balik kemudi. Sementara Selina hanya bisa duduk diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri
Malam itu, kamar Selina di penuhi cahaya lampu meja yang temaram. Ia baru saja merapikan sprei dan melipat selimutnya dengan rapi, siap beristirahat setelah hari yang panjang
Kreeekk
Pintu kamarnya tiba tiba terbuka. Samudra masuk tanpa permisi, menenteng setumpuk buku tebal dengan wajah datar tapi gaya sok serius
“Samudra!” Selina terperangah “Ngapain masuk kamar orang seenaknya?”