NovelToon NovelToon
Suami Ku Yang Relakan

Suami Ku Yang Relakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Leon, pria yang ku cintai selama 7 tahun tega mengkhianati Yola demi sekertaris bernama Erlin, Yola merasa terpukul melihat tingkah laku suamiku, aku merasa betapa jahatnya suamiku padaku, sampai akhirnya ku memilih untuk mengiklaskan pernikahan kita, tetapi suamiku tidak ingin berpisah bagaimana pilihanku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6

“Sayang, kamu yang sabar ya. Aku yakin kok kita pasti memiliki jalan keluarnya masing-masing.”

“Iya, aku juga berdoa buat kamu. Semoga kita selalu diberi jalan terus, biar kita nggak selalu berpikiran sempit.”

Yola hanya tersenyum mendengar perkataan Yoto. Tetapi mereka berdua tidak akan menyerah dengan kondisi apa pun, karena mereka percaya selalu ada jalan keluar yang membantu mereka.

Sampai di rumah pohon...

“Yola, kamu mau pulang nggak?”

“Aku bingung mau pulang atau enggak. Kalau andai aku pulang, kalau aku disiksa lagi gimana sama orang tua aku? Dan kalau seandainya aku nggak boleh dipertemukan lagi sama kamu, gimana?”

“Aku tahu sih semua cobaan itu selalu berat. Tapi kalau menurut aku, nggak ada salahnya kalau kamu pulang ke rumah. Coba kita lihat dulu gimana reaksi orang tua kamu. Kalau misalkan mereka tetap jahat sama kamu, ya udah, kita tinggal di rumah pohon aja. Kalau seandainya mereka masih baik dan masih kasih kamu kesempatan, ya kenapa enggak?”

“Kamu tuh selalu berpikir yang positif ya, sayang. Padahal nggak segala hal itu harus berpikir yang baik, loh. Terkadang kita juga boleh berpikir yang jahat. Tapi kenapa kamu selalu terlalu berpikir baik, ya?”

Yoto menjentik hidung manis Yola. Yola bingung ada apa dengan Yoto yang melakukan itu.

“Karena aku mau menjadi suami—maksudnya, calon suami kamu—yang baik nantinya kalau seandainya kita bersama. Yah, walaupun sekarang aku pacar kamu, ya aku juga tetap harus menjadi pria yang baik. Kan nggak musti nunggu nikah dulu buat jadi orang baik.”

“Tapi pemikiran kamu tuh terlalu baik, sampai-sampai aku bisa berpikir: kok bisa ada orang kayak kamu, ya? Terkadang kamu pernah nggak sih mempertanyakan hal itu ke diri kamu sendiri? Atau kamu nggak pernah nanya, atau kamu udah biasa aja sama hal itu?”

“Enggak sih, aku nggak pernah nanya. Kan aku percaya kalau menjadi orang baik itu akan selalu mendapatkan balasan yang baik juga. Kalau seandainya aku jadi orang jahat, aku juga bakal dapat kejahatan. Iya nggak sih?”

Terkadang pembicaraan Yoto dan Yola menjadi sebuah proses perjalanan cinta mereka. Walaupun banyak lika-liku, tetapi mereka selalu mendapatkan jalan yang terbaik.

“Ya udah, terserah kamu deh. Kalau misalkan pikiran kamu itu baik buat kamu, nggak apa-apa, aku terima. Tapi jangan selalu berpikir yang baik ke orang lain. Belum tentu orang lain itu berpikir baik ke kamu.”

“Nggak apa-apa. Yang penting aku baikan ke mereka. Kalau mereka nggak baik, ya nggak apa-apa, biar mereka dapat balasannya nanti. Lagian semua itu ada pembalasannya masing-masing, sayang. Jadi kamu nggak perlu ngebalesin hal itu satu-satu. Capek tahu. Hidup kita aja udah banyak masalah, masa mau masalahin orang lain lagi? Apa nggak capek coba?”

“Iya sih, kamu bener. Ya udah deh, semangat ya, sayang. Kalau gitu aku pulang deh. Tapi kamu tungguin aku ya di luar kalau misalkan ada apa-apa.”

“Ya tenang aja, aku pasti tungguin kamu kok. Kalau misalkan ada apa-apa, SMS aku ya. Kalau nggak, kamu telepon aku aja biar cepet.”

Yola hanya tersenyum kepada Yoto. Walau bagaimanapun, perasaan was-was itu ada. Tetapi sampailah ia di rumahnya.

“Aku masih takut, dan aku nggak berani masuk.”

Badan Yola yang bergemetar tidak bisa dibohongi. Walaupun dirinya masih merasakan takut, tetapi ia harus berani demi Yoto.

Akhirnya Yola masuk ke rumah, dan papa menunggu di depan pintu bersama mama.

Yola hanya diam dan menundukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa.

Seketika di rumah Yola terdengar adanya suara yang tidak pantas untuk didengar oleh orang lain.

Yoto bergegas memarkir motornya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menabrak pintu tersebut.

Di situ terlihat jelas bahwa Yola sedang dipukul oleh papanya. Tidak lama, Yoto kesal ingin memukul papa Yola, hanya saja ditahan oleh Yola.

“Sudah sayang, jangan. Nanti kamu kenapa-kenapa.”

Yoto nggak bisa menahan emosinya dan merasa kesal. Ia sontak langsung memukul papa Yola tanpa berpikir panjang, sedangkan Yola malah menangis.

Akhirnya Yoto membawa Yola ke rumah pohon—tempat biasa mereka bersembunyi—sambil Yola berada dalam pelukan Yoto.

Yoto diam saja dan tidak berkata apa-apa, sedangkan Yola malah tertidur tanpa sadar waktu sudah pagi hari.

Gaya tidur mereka dari semalam sampai sekarang masih sama, sampai Yola merasa: apa Yoto tidak pegal ya dengan tidur seperti itu?

“Yoto, bangun sayang. Nanti badan kamu pegal karena tidur begini, sayang.”

Yoto pun terbangun dari tidurnya. Tidak lama, baru sadar waktu sudah menunjukan pagi hari. Tanpa sadar, Yoto langsung melihat ke arah Yola.

“Kamu gimana keadaannya? Udah baikan belum?”

“Udah. Semuanya kan berkat kamu. Makasih ya.”

“Kok berkat aku sih? Kayaknya aku nggak ngapa-ngapain deh. Itu semua mah pemulihan dari diri kamu sendiri, bukan dari aku.”

“Tapi makasih ya, kamu udah mengeluarkan aku dari zona yang menyeramkan semalam. Kayaknya aku bener-bener nggak bisa balik ke rumah orang tua aku deh. Apa aku kawin lari aja ya sama kamu?”

Yoto yang mendengar itu bingung harus merasa senang atau sedih. Akan tetapi, ini bagus untuk mereka berdua. Tanpa sadar Yoto hanya tersenyum sembari menatap Yola.

“Aku mau banget sih tinggal sama kamu, tapi bukan cara yang salah. Kalau bisa, cara yang benar. Tapi walau bagaimanapun, itu tetap orang tua kamu juga, kan?”

“Aku takut bakal disiksa lagi sama mereka, lebih parah daripada sekarang. Kalau begitu, aku harus bagaimana dong?”

“Aku akan coba pikirkan caranya. Nanti aku bakal kasih tahu kamu ya cara yang terbaik seperti apa.”

Yola hanya menurut saja dengan Yoto tanpa perlawanan sedikit pun. Entah kenapa, setiap Yoto berbicara demikian, Yola pasti mendengarkan.

“Baik, sayang. Tapi kalau kamu butuh bantuan, aku pasti tahu. Aku ya jangan dipendam sendiri. Soalnya kan masalah aku, dan aku nggak mau aja nyusahin kamu dalam masalah aku.”

“Iya, kamu tenang aja. Lagian kamu itu bukan jadi masalah kok buat aku. Malah aku senang kalau bisa menyelesaikan masalah kamu dengan cepat.”

Papa Yoto menelepon Yoto kembali, dan Yoto benar-benar sudah capek banget dengan papanya.

“Halo, Pa. Ada apa?”

“Kamu bohong ya? Kamu bilang lagi di rumah temen kamu, sedangkan teman-teman kamu bilang kamu nggak ada di rumah mereka. Terus kamu sekarang ke mana?”

“Pa, Yoto mau ke mana itu urusan Yoto, Pak. Kenapa sih Papa itu selalu ikut campur terus urusan Yoto? Mendingan Papa cari istri baru aja, biar nggak ngurusin hidup aku terus.”

Papa Yoto merasa jengkel dengan ucapan Yoto, sampai akhirnya telepon itu terputus begitu saja.

Yoto yang mengepalkan tangannya merasa sebal, tetapi ditahan oleh Yola sambil melihat ke arah Yoto.

“Kamu kenapa sih? Kok sekarang kamu jadi gampang emosian? Kamu lagi pusing banget ya?”

“Kayaknya iya deh. Maafin aku ya, soalnya aku udah bikin kamu takut sama aku.”

“Nggak apa-apa sih. Asal jangan jadi masalah aja. Nanti takutnya jadi masalah di otak kamu, dan kamunya jadi stres. Karena aku nggak mau kamu stres, sih.”

“Ya, aku capek. Kalau misalkan aku ke luar negeri, kamu ngasih nggak aku kerja di sana supaya aku sukses? Terus aku bakal nikahin kamu. Menurut kamu gimana?”

Yola mendengar itu merasa senang, tetapi dirinya akan berjauhan dengan Yoto.

“Berarti kita LDR dong?”

“Kata kamu mau ikut aku aja. Ayo, kita kerja bareng. Nanti udah pulang kerja kita tinggal bareng. Menurut kamu gimana?”

Yola yang mendengar itu senang. Seakan dirinya diberi harapan yang sangat tinggi oleh Yoto. Tapi dirinya juga takut bila rasa itu akan hilang seketika tanpa adanya arahan.

Yola hanya tersenyum mendengar perkataan Yoto. Tidak lama kemudian, ia hanya diam saja sambil melihat ke arah sekeliling.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!