Dark romance dewasa.
Ayahnya yang seorang Adipati, difitnah dan seluruh keluarganya Kirana dibunuh. Kirana berhasil meloloskan diri dari maut bersama dayang kesayangannya yang bernama dayang Sumi. Di dalam pelariannya, Kirana singgah di Dukuh Seti dan Kirana secara tidak sengaja menyembuhkan seorang wanita di dukuh Seti. Wanita itu ternyata seorang ronggeng. Kirana akhirnya tinggal bersama ronggeng itu dan terpilih jadi ronggeng selanjutnya. Kirana terpaksa bersedia karena jika menjadi ronggeng dia diijinkan masuk ke pendopo agung. Dia ingin membunuh orang pertama yang memfitnah ayahnya dan orang itu tinggal di pendopo agung. Namun, dia justru dikejutkan dengan adanya penggerebekan dan dia menjadi tawanannya Mahapatih Lingga yang dingin dan kejam. Bagaimana nasib Kirana selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gejala Masuk Angin
Lingga melempar semua baju basahnya Kirana yang teronggok di atas ranjang ke lantai. Lalu dengan cepat pria tampan dan gagah perkasa itu merebahkan Kirana ke ranjang sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh ramping yang memiliki lekuk indah di bagian yang pas itu karena tubuh ramping nan menggoda itu hanya dibalut pakaian dalam yang mirip daster berwarna putih polos dan itu membuat juniornya Lingga menggeliat liar di bawah sana. Jika tubuh ramping menggoda itu tidak segera ditutupi selimut, juniornya akan terus menyiksanya.
Lingga menghela napas lega saat dia mendengar dengkuran halus gadis cantik itu.
Fiuuhhh! Akhirnya tidur juga. Lingga mengusap dadanya lalu menunduk ke bawah ke juniornya, "kamu aman di bawah sana karena si kucing liar sudah tidur sekarang"
Lingga tersentak kaget saat tangan gadis cantik itu menariknya dan dia terjatuh ke ranjang.
Kirana bergumam, "Dingin Mas. Peluk aku!"
Tangan Lingga terentang untuk menarik selimut sampai ke leher gadis cantik itu sambil meringis ke juniornya, "Kamu belum akan ternyata, hiks!" Dan Kirana meringsek masuk ke pelukan Lingga lalu memeluk erat pinggang pria tampan itu.
Panas di tubuh Kirana menyentuh kulit Lingga dan itu membuat Lingga tersentak kaget, "Kamu menggigil kedinginan dan demam. Tubuh kamu semakin panas. Aku akan ambil obat dulu untuk kamu" Lingga merapikan rambut Kirana yang menutupi wajah cantik gadis itu.
Kirana mengangguk lemas lalu Lingga menghela napas panjang sambil bangun untuk mengambil obat.
"Kenapa aku mau mengambilkan obat untuk dia?" Lingga mengernyit keran pada dirinya sendiri saat dirinya melangkah lebar menuju ke laci obat-obatannya.
Setelah dibantu minum obat sama Lingga, Kirana menarik Lingga ke ranjang sambil bergumam, "Peluk aku! Dingin banget Mas"
Lingga menghela napas panjang lalu memeluk Kirana sambil bergumam, "Kamu harus membayar semua ini besok, Kirana"
Kirana menganggukkan kepalanya tanpa sadar dan itu membuat Lingga terkekeh geli, "Ngangguk lagi, dasar bodoh!"
Keesokan harinya.........
Kirana membuka mata dengan pelan. Dia meringis saat merasakan sekujur tubuhnya nyeri dan pegal semuanya.
"Hihhhh!" Kirana memekik pelan lalu dengan cepat menutup bibirnya sambil bergegas bangun saat dia melihat di sebelahnya ada si singa buas yang masih tidur pulas.
Kirana refleks menunduk dan menghela napas lega karena dia memakai baju. Kirana lalu menatap seprei dan kembali menghela napas lega karena tidak ada bercak darah di sana.
Fiuuuhhh! Aku masih suci. Tapi????? Kirana kembali menatap si singa buas yang masih tidur pulas. Kenapa aku bisa bangun di dalam pelukannya? Kening Kirana berkerut kala ingatannya berusaha mengingat kembali ke hal-hal yang dia alami semalam.
Belum selesai ingatannya memberikan semua hal yang sudah terjadi semalam, si singa buas itu membuka matanya lalu bangun.
Kirana refleks menggeser pantatnya mundur lalu berdiri dengan cepat dan langsung melompat turun dari ranjang.
Lingga menunduk untuk menyembunyikan senyum gelinya.
Dia takut sama aku padahal semalam dia yang terus menyentuh, mencium aku dan memeluk aku semalaman. Lingga membatin sambil berbalik badan lalu merosot turun dari ranjang dengan wajah dinginnya.
Kirana melompat mundur sambil berteriak kencang, "B*j*ng*n! Anda melecehkan saya lagi!" Tangan gadis cantik itu mengepal erat.
Ketika teriakannya Kirana menyusup ke telinga Dimas yang sudah berjaga di depan tenda junjungannya sejak subuh, pria gagah perkasa kepercayaannya Lingga itu langsung melangkah lebar dengan setengah berlari, masuk ke dalam tenda junjungannya lalu berteriak kaget ke Kirana saat dia melihat gadis cantik itu menampar junjungannya, "Mahapatih sudah memberikan napas buatan ke kamu demi menyelamatkan kamu dan kamu menamparnya, hah?! Berani benar kamu!!!!" Dimas melangkah maju sambil mengarahkan kerisnya ke Kirana.
Lingga mengangkat tangannya agar Dimas menghentikan langkahnya.
Dimas menoleh kaget ke junjungannya, "Dia pantas mati, Mahapatih. Dia sudah........."
Belum sempat Dimas menyelesaikan kalimatnya, Kirana berteriak, "Hah?! An-nda memberikan napas buatan?"
Lingga mendongak untuk menarik oksigen sebanyak-banyaknya sebelum dia menyemburkan amarahnya ke Dimas.
Sebelum Lingga menoleh ke Dimas, Kirana melanjutkan kalimatnya,"I-itu berarti Anda sudah menyentuh saya dan itu berarti syarat saya masih berlaku satu karena Anda mengingkari salah satu dari syarat saya!" Napas Kirana tampak naik turun dan wajahnya memerah karena amarah atau.....karena malu. Pria b*j*ng*n di depannya kembali memagut bibirnya tanpa ijin saat pria itu memberikan napas buatan.
Sebelum junjungannya menoleh padanya dan dia mendapatkan hukuman, Dimas bergegas melesat keluar dari tenda junjungannya.
Lingga menatap punggung Dimas yang menghilang dengan mendengus kesal.
"Anda memang b*j*ng*n!" Pekik Kirana.
Lingga menoleh cepat ke Kirana lalu memiringkan bibirnya. "Bagaimana dengan dirimu?"
"Sa....saya?" Kirana mengusap airmata yang menetes di pipinya dengan cepat.
"Iya. Kamu memeluk leherku semalam," Lingga berjalan pelan mendekati Kirana, "kamu memagut bibirku semalam," Pria tampan itu terus melangkah pelan mendekati Kirana dan gadis cantik itu mundur selangkah dengan alis bertaut.
"Kamu menggigit leherku," Lingga menarik bajunya hingga noda merah keunguan di tulang pertemuan leher dan pundaknya terlihat di kedua bola mata indahnya Kirana. Lingga masih melangkah pelan mendekati gadis cantik itu yang terus melangkah mundur dengan pelan.
Kirana melangkah mundur dengan kedua alis terangkat ke atas dan menggeleng pelan. Dia mempertanyakan kenyataan yang ada di depannya, noda merah keunguan itu apakah benar akibat dari ulahnya.
Lingga mengungkung tubuh rampingnya Kirana saat punggung gadis cantik itu menabrak kusen jendela.
Kirana ternganga kaget dan Lingga langsung berbisik ke telinga gadis cantik itu, "Dan kamu hampir saja menodai aku"
Kirana mendorong dada Lingga saat pria brengsek itu mengulum cuping telinganya.
"Saya tidak mungkin melakukan itu semua!" Kedua mata indahnya Kirana berkilat penuh amarah.
Lingga tersenyum tipis lalu mengusap bibirnya, "Kamu lihat bibir aku sedikit bengkak, kan? Sama seperti bibir kamu. Kita saling menyakiti semalam dan aku suka" Lingga lalu mencengkeram rahang tirusnya Kirana.
"B*j*Ng*n!" Desis Kirana.
"Kamu terus memanggilku b*j*ng*n. B*j*ng*n itu apa, Kirana?"
Kirana langsung menyemburkan, "B*j*ng*n itu orang yang suka melecehkan dan......"
Lingga mengusap rambut Kirana, "Kita sama Kirana dan aku suka karena kita bisa saling memuaskan"
Kirana menggelengkan kepalanya sambil menggeram, "Lepaskan b*j*ng*n!"
Lingga menarik telapak tangannya yang besar dan berotot dari rambut Kirana lalu dia melangkah mundur dengan senyum tipis. Tatapan pria tampan itu melekat di wajah cantiknya Kirana.
Aku belum pernah menemukan seorang wanita yang berani melawanku seperti dia. Lingga mendengus geli tanpa melepaskan tatapannya dari wajah cantiknya Kirana.
"Sekarang aku yang seharusnya meminta syarat ke kamu, kan?" Lingga berkata dengan wajah datar dan dingin.
"Ke....kenapa begitu?" Kirana mengepalkan kedua tangannya dengan wajah penuh amarah.
"Karena aku sudah menyelamatkan kamu semalam" Lingga menarik ke atas sudut bibirnya.
Kirana membeliak kesal lalu mendengus geli. "Anda melecehkan saya. Anda tidak menyelamatkan saya"
Bibir Kirana yang mengerucut dan bola mata Kirana yang berkilat marah, lalu, lalu, pipinya yang memerah alami, kembali mendebarkan jantung Lingga.
Lingga bergegas berkata, "Aku tinggalkan kamu sendiri untuk mengingat kembali hal yang sudah terjadi semalam" Lalu, pria tampan itu berbalik badan dengan cepat dan langsung berlari keluar dari dalam tendanya.
Mahapatih Lingga berlari masuk ke tendanya Dimas lalu mengusap dadanya yang berdebar kencang seperti semalam. Dia tidak pernah merasakan kehangatan seorang perempuan sebelumnya. Lalu, laki-laki gagah perkasa yang sudah memenangkan banyak pertempuran itu menyentuh pipinya yang terasa panas, "Kenapa begini? Kenapa Kirana bisa membuatku sekacau ini? Dadaku berdebar aneh, pipiku terasa panas, dan perutku melilit aneh begini"
"Saya akan buatkan rebusan jahe untuk Anda, Mahapatih"
Suara Rakryan Dimas membuat Mahapatih Lingga mengerjap kaget lalu menoleh cepat ke asal suara. Dimas adalah nama anak kecil yang dulu diselamatkan oleh Mahapatih Lingga. Dimas yatim piatu yang dididik oleh Mahapatih Lingga sendiri dan dibesarkan hingga bocah itu berhasil memperoleh jabatan Rakryan.
"Kamu bilang apa barusan?" Lingga mengernyit ke Dimas.
Dimas mengatupkan tangan ke depan pucuk hidungnya lalu berkata, "Maaf Mahapatih, saya akan membuatkan wedang jahe karena Anda sepertinya masuk angin"
"Masuk angin?" Kening Lingga semakin berkerut.
"Iya, Anda berdebar-debar, pipi Anda terasa panas, dan perut Anda melilit, kan? Itu gejala masuk angin" Dimas masih mengatupkan tangannya, tapi kali ini di depan dadanya.
"Tapi, kenapa gejala masuk anginku cuma timbul pada saat aku berada di dekatnya Kirana?"
"Hah?!" Mulut Dimas sontak ternganga lebar.