NovelToon NovelToon
Perfect Life System

Perfect Life System

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Anak Genius / Crazy Rich/Konglomerat / Teen School/College / Mengubah Takdir
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: BlueFlame

Christian Edward, seorang yatim piatu yang baru saja menginjak usia 18 tahun, dia harus keluar dari panti asuhan tempat ia di besarkan dengan bekal Rp 10 juta. Dia bukan anak biasa; di balik sikapnya yang pendiam, tersimpan kejeniusan, kemandirian, dan hati yang tulus. Saat harapannya mulai tampak menipis, sebuah sistem misterius bernama 'Hidup Sempurna' terbangun, dan menawarkannya kekuatan untuk melipatgandakan setiap uang yang dibelanjakan.

‎Namun, Edward tidak terbuai oleh kekayaan instan. Baginya, sistem adalah alat, bukan tujuan. Dengan integritas yang tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata, dia menggunakan kemampuan barunya secara strategis untuk membangun fondasi hidup yang kokoh, bukan hanya pamer kekayaan. Di tengah kehidupan barunya di SMA elit, dia harus menavigasi persahabatan dan persaingan.sambil tetap setia pada prinsipnya bahwa kehidupan sempurna bukanlah tentang seberapa banyak yang kamu miliki, tetapi tentang siapa kamu di balik semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlueFlame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Frustasi

"Tidak, tidak ada penolakan. Ini bukan permintaan, ini perintah," kata Selena dengan senyum yang sangat manis namun sama sekali tidak bisa dibantah. "Kau sudah menyelamatkan dompet ku . Setidaknya, izinkan ibu untuk membelikan mu makan malam."

Edward, yang selalu bisa menghitung semua variabel dan mengendalikan situasi, merasa seperti sedang berada di dalam labirin tanpa pintu keluar. Dia mencoba membuat alasan logis. "Bu, saya tidak enak badan. Lagipula, sudah malam."

"Ayah Aurora tidak akan mengizinkanku membiarkan pahlawanku pergi dengan perut kosong," kata Selena, lalu menatap Aurora. "Kan, Sayang?"

Aurora, yang sejak tadi diam saja, hanya mengangguk. "Iya." Suaranya datar, tapi Edward tahu itu adalah suara final.

Dia kalah.

Mereka berjalan ke sebuah restoran Italia kecil yang nyaman di seberang supermarket. Interiornya hangat dengan lampu gantung dan aroma roti panggang yang lezat. Selena, dengan keahliannya yang tidak terlihat, memilih meja di pojok dan secara halus mengatur kursi sehingga Edward terjepit di antara dirinya dan Aurora.

Edward duduk dengan kaku. Ini adalah mimpi buruk bagi seorang introvert seperti dia. Ditambah lagi, di sebelah kirinya duduk Aurora yang masih mengenakan hotpants dan kaos oversized, yang entah kenapa justru terlihat lebih berbahaya daripada Aurora dengan piyama.

"Jadi, Edward... Aurora bilang kau punya perusahaan sendiri?" Selena memulai percakapan, suaranya lembut namun penuh daya tarik.

"Iya, Bu. Namanya Catalyst AI," jawab Edward, berusaha fokus pada Selena. "Kami sedang mengembangkan platform analisis data untuk UKM."

"Wow, sangat ambisius untuk usiamu. Ayahmu pasti bangga," kata Selena, matanya berkelakar.

Edward tersenyum tipis. "Saya tidak punya ayah."

Suasana sedikit hening. Selena segera mengalihkan topik dengan bijaksana. "Maaf. Tapi aku yakin, kau akan membuat mereka bangga di mana pun mereka sekarang."

Edward mengangguk, berterima kasih atas pengertiannya. Dia mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan Selena tentang bisnisnya, timnya, dan visinya dengan sopan dan cerdas. Tapi otaknya sedang mengalami kekacauan internal.

'Fokus Edward!'

Dia berusaha menatap Selena saat berbicara, tapi matanya punya kehendak sendiri. Seperti ada magnet tak terlihat yang menarik pandangannya ke samping untuk menatap Aurora.

Aurora sedang asyik memainkan garpunya, menusuk-nusuk potongan lasagna dengan tatapan kosong. Cahaya lampu di atas meja menyorot sisi wajahnya, membuat bulu matanya yang panjang terlihat jelas. Sesekali, dia menggigit bibir bawahnya dengan ringan, sebuah gerakan yang dia lakukan tanpa sadar .

Edward merasa tenggorokannya kering. Dia pernah melihat wajah ini puluhan kali di perpustakaan, tapi sekarang... berbeda. Kali ini mereka berhadapan tanpa lapisan formalitas, bukan sebagai teman sekolah dan juga bukan sebagai penghubung antara ia dan Damien.

"Edward?"

Suara Selena menyadarkannya.

"Eh, iya, Bu?"

Selena tersenyum. "Aku bertanya, apa tantangan terbesarmu saat membangun tim?"

"Oh...," Edward berusaha mengumpulkan kembali logikanya yang berantakan. "Menemukan orang-orang yang tidak hanya punya skill, tapi juga punya visi yang sama. Orang-orang yang mau menderita bersama untuk mencapai sesuatu yang lebih besar."

Saat dia berbicara, matanya kembali menoleh ke samping. Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu selama sepersekian detik. Edward merasa seperti tersengat listrik ringan dan langsung cepat-cepat menoleh ke arah lain, Edward merasa wajahnya sedikit panas.

Aurora juga menunduk, kembali asyik dengan lasagnanya, tapi Edward bisa melihat cuping telinganya yang sedikit merah.

Selena, yang menyaksikan seluruh interaksi itu, diam-diam hanya tertawa kecil dalam hati dan menyembunyikannya dengan menyeruput minumannya.

'Anak muda, mereka selalu berpikir perasaan mereka adalah misteri terbesar di dunia. Masa muda memang indah, aku jadi merindukan suami ku.'

Makan malam itu berlanjut dengan percakapan yang santai di permukaan, tapi penuh dengan badai bawah sadar di kepala Edward. Dia menjawab pertanyaan Selena dengan baik, walaupun hampir 70% perhatiannya hanya untuk menatap Aurora. menatap cara Aurora menyisir rambutnya ke belakang telinga dengan jari-jarinya, bagaimana pupil mata Aurora yang membesar saat merasa tertarik dengan topik yang Edward bahas. Edward benar benar tidak bisa mengendalikan dirinya pada perasaan baru dan tidak dia pahami ini.

***

Akhirnya, makan malam selesai. Selena dengan tegas menolak saat Edward mencoba membayar.

"Kau sudah melakukan sesuatu yang jauh lebih berharga," katanya sambil menyerahkan sebuah kartu nama yang elegan pada Edward. "Ini nomorku. Jika kau butuh apa pun, atau jika... ada yang mencoba mengganggumu, jangan ragu untuk menghubungi ku."

Edward menerima kartu itu, terasa seperti memegang sebuah aset yang sangat berharga. "Terima kasih, Bu."

Mereka keluar dari restoran. Edward membungkuk hormat pada Selena, lalu menatap Aurora. "Selamat malam, Aurora."

"Selamat malam, Edward," jawab Aurora, suaranya lebih lembut sambil tersenyum.

Edward berjalan cepat menuju halte bus, mencoba melarikan diri dari medan pertempuran yang membingungkan itu. Dia duduk di bangku tunggu, dan meletakkan wajahnya di telapak tangannya.

Dia, Christian Edward, yang bisa memecahkan algoritma kompleks, mengalahkan 18 preman, dan bahkan bisa mendapatkan investasi miliaran, benar-benar kalah dengan perasaan aneh ini.

Dia kalah oleh seorang gadis dengan kaos oversized yang entah kenapa membuat detak jantungnya berfungsi di luar semua logika dan perhitungan.

Dia menghela napas panjang. "Sistem," bisiknya pelan. "Aku butuh data. Apa yang terjadi padaku?"

Tapi kali ini, bahkan sistem pun diam. Seolah-olah ini adalah satu variabel yang harus dia pecahkan sendirian.

***

**Catatan**

Edward dari kecil tidak pernah benar-benar menyukai sesuatu, hidupnya datar dan membosankan. Jadi saat tiba tiba rasa baru yang lebih dari suka muncul, dia merasa kewalahan menghadapinya. Karena jangankan untuk menghadapinya, dia bahkan baru pertamakali mengalaminya secara langsung .

1
Aisyah Suyuti
menarik
TUAN AMIR
teruskan thor
aratanihanan
Wow, nggak nyangka sehebat ini!
Emitt Chan
Seru banget thor! Gk sabar mau baca kelanjutannya!
Edward M: iya, semoga suka yah... kalau ada saran atau kritik mohon di sampaikan yah/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!