NovelToon NovelToon
PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

PEMILIK HATI TUAN MUDA MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Identitas Tersembunyi / CEO / Mafia / Romansa / Iblis
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: TriZa Cancer

"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...

Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.

Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.

karya Triza cancer.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PEMBUNUH BAYARAN DAN PEMIMPIN MAFIA

Markas Shadow of Death malam itu sunyi dan beraroma logam dingin. Lampu-lampu redup berwarna kebiruan memantulkan bayangan di sepanjang lorong bawah tanah itu. Ketika pintu baja terbuka, suara sepatu hak tinggi terdengar berirama, Thalia baru saja tiba.

Begitu langkahnya menembus lorong utama, semua anggota yang berjaga langsung menunduk hormat.“Selamat datang kembali, Nona,”ucap mereka serempak.

Thalia hanya mengangguk singkat. Aura dingin dan kharismanya membuat siapa pun tak berani menatap lebih dari dua detik. Gaun malamnya kini sedikit berantakan, namun tetap menampilkan pesona mematikan.

Ia berjalan lurus menuju kamar pribadinya, ruangan dengan dinding kaca dan lemari senjata yang tersusun rapi seperti galeri kematian.

Begitu pintu otomatis tertutup di belakangnya, Thalia melepaskan gaunnya perlahan, menggantinya dengan kaus longgar berwarna hitam. Ia meletakkan pistol perak berlambang bintang ke dalam tempat khusus di dinding, senjata kesayangannya, tanda identitas seorang “Tata”.

“Misi selesai,” gumamnya lirih, menatap pantulan dirinya di cermin.

Ia lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur empuk berwarna hitam, matanya menatap langit-langit. Namun pikirannya jauh dari tenang.

Adegan di bar tadi terus terulang di benaknya Athar dan keempat sahabatnya. Cara mereka membawa diri, disiplin dalam tekanan, dan bagaimana Athar berdiri di hadapan pria bernama Joko dengan aura yang begitu kuat.

“Apa mereka… Golden Blood yang pernah Daddy ceritakan?”bisiknya pelan.

Thalia menggigit bibir bawahnya.

Ia ingat betul cerita lama Golden Blood, geng paling berbahaya yang punya koneksi di seluruh pasar senjata dunia. Dan pemimpinnya, pria yang dijuluki “Iblis dari Neraka” karena kekejamannya dan ketenangannya dalam membunuh.

“Kalau benar dia… berarti Athar itu...”

Thalia menghentikan ucapannya. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

“Tapi kenapa… mereka memanggilku Tata? Apa mereka tahu wajah asliku?”

Ia menatap pistol peraknya, logo bintang kecil di sisi moncong itu berkilau lembut di bawah cahaya lampu.

“Atau… karena Daddy pernah memesan pistol ini dari mereka?”Tangannya menyentuh dingin logam itu seolah mencari jawaban yang tak akan pernah keluar.

Banyak pertanyaan berputar di kepalanya. Tentang Athar. Tentang Golden Blood. Tentang kemungkinan mereka tahu siapa dirinya sebenarnya, pembunuh bayaran nomor satu yang dikenal tanpa wajah dan tanpa ampun.

“Apa dia tahu aku Tata… atau cuma menebak?”

bisiknya sebelum akhirnya matanya terpejam pelan.

Namun, tidur Thalia tidak benar-benar tenang. Bayangan Athar dengan tatapan datar tapi hangat di sela kekakuannya muncul di pikirannya, seperti serpihan misteri yang ingin ia pecahkan.

Sementara itu, di markas Golden Blood, suasananya tak jauh berbeda.

Para anggota sudah bubar, meninggalkan ruangan yang kini hanya berisi Athar dan empat sahabat dekatnya yang sudah tertidur di sofa.

Athar melangkah menuju kamar pribadinya, melepaskan jaket kulit, meletakkan pistol di atas meja, lalu merebahkan diri di kasurnya yang luas. Matanya menatap langit-langit gelap, sama seperti Thalia beberapa waktu lalu.

“Thalia…”

nama itu meluncur pelan dari bibirnya.

Wajahnya terbayang jelas kecantikan yang berpadu dengan ketegasan, aura dingin namun penuh rahasia. Athar tak pernah melihat gadis seperti itu sebelumnya.

Dan bagaimana Thalia menembak Joko dengan satu peluru dari luar jendela tepat di titik vital tanpa ragu sedikit pun.“Apa mungkin… dia Tata?” gumam Athar pelan.

Ia tersenyum tipis, senyum yang jarang muncul.“Kalau iya, berarti dunia ini memang kecil sekali.”

Tangannya menyentuh bekas luka lama di pergelangan, lalu ia menutup matanya perlahan.“Gadis itu… terlalu berbahaya. Tapi entah kenapa, gue malah pengen tahu lebih banyak.”

Di antara kesunyian malam, dua sosok berbeda dunia, sang pembunuh bayaran dan sang pemimpin mafia terlelap dengan pikiran yang saling berpusat.

......

Pagi yang cerah menyelimuti markas Golden Blood. Cahaya matahari menembus kaca besar ruang tengah, menyorot lima pemuda yang kini sudah tampil rapi dan tampan. Memakai jas osis dan seragam sekolah yang disesuaikan dengan gaya khas mereka, berkelas, tegas, dan tetap beraroma bahaya.

Athar berdiri paling depan, menyampirkan tas di bahu dengan tenang.Dion menyisir rambutnya ke belakang sambil bercermin, sedangkan Doni, Raka dan Rafi sudah bercanda kecil sambil menunggu Athar keluar.

Meski dikenal sebagai anggota mafia paling berbahaya, di sekolah mereka justru menjadi anggota OSIS yang paling disegani, bukan karena kekerasan, tapi karena kedisiplinan dan ketegasan yang tak bisa ditawar.

Murid yang melihat mereka di koridor pasti otomatis menunduk, tapi diam-diam banyak yang mengagumi aura para “anggota OSIS” ini terutama sang ketua, Athar Putra Manggala.

“Jalan,”Ucap Athar datar. Mengendarai motornya.

Lima motor sport berderet keluar dari garasi markas, mengaum gagah memecah keheningan pagi. Wajah mereka tenang, tapi masing-masing tahu mereka bukan sekadar pelajar biasa.

Sementara itu, di tempat lain, markas Shadow of Death suasana justru jauh berbeda.

Di dalam kamar bernuansa hitam dan abu-abu, Thalia masih terbungkus selimut tebal, wajahnya menempel di bantal, rambut acak-acakan menutupi sebagian wajahnya.

Ponselnya bergetar dan berbunyi nyaring di meja samping. Ia mengerang pelan, meraih ponsel itu dengan malas, dan menjawab tanpa membuka mata.

“Hmmm… halo…”

Namun yang terdengar berikutnya hampir membuat Thalia jantungan.

“THALIA PUTRI DEWANTARA! APA KAMU GAK KE SEKOLAH?! BANGUUUNNNN!!”...

teriakan heboh itu membuat Thalia terperanjat dan spontan mengusap telinganya.

“Mommy… ihhh… kuping Thalia jadi budeg, nggak bisa gitu ya bangunin dengan lembut?”

gerutunya dengan suara serak setengah sadar.

Di seberang sana, suara Riana, mommy-nya, justru tertawa renyah.

“Kalau Mommy lembut, kamu malah makin nyenyak, Princess. Cepat bangun! Udah jam setengah tujuh, nanti terlambat! Atau jangan-jangan kamu sengaja terlambat biar bisa dihukum sama ketos tampan itu, hmmm?”

Thalia membuka mata lebar-lebar dan langsung memutar bola matanya.

“Mommy… serius deh, kenapa Mommy sama daddy tiba-tiba banget ngegodain Thalia soal Athar si ketos itu?”

“Soalnya Mommy denger dari daddy kamu suka banget berhadapan sama si ketos itu, bukanya kamu pernah di bonceng dan di gendong?” goda Riana sambil tertawa kecil.

“Udah ah, Mommy. Lia mau siap-siap. Buku-buku Lia udah diambilin Kak Bimo kan?”Tanpa menjawab Thalia langsung mengalihkan pembicaraan mommynya.

“Udah sayang, sekalian sama sarapan. Mommy masukin ke paperbag, biar kamu bisa sarapan di markas.”

Belum sempat Thalia menjawab, ketukan terdengar di pintu kamarnya.

Tok tok tok!..

“Nona Thalia, ini saya antar paperbag dan perlengkapan sekolah Nona.”

Thalia beranjak dan membuka pintu, dan muculah Bimo di depan pintu, pria berusia dua puluhan dengan wajah tegas dan rapi.

Ia adalah asisten pribadi sekaligus anggota kepercayaan Shadow of Death, dan orang yang paling sering mengurus keperluan Thalia tanpa banyak bicara.

“Makasih ya kak.. "Ucap Thalia

“Semua sudah siap, Nona. Mobil menunggu di depan.”

“Tapi Lia mau naik motor aja kak, tolong keluarin dari garasi ya.."jawabnya sambil menutup pintu dan berjalan ke lemari.

Thalia menatap pantulan dirinya di cermin.

Rambut acak, mata masih sayu, tapi begitu dia mulai mengenakan seragam putih abu-abu dan merapikan poni, refleks wajahnya berubah drastis menjadi Thalia yang ceria, barbar dan penuh kekonyolan.

“Ketos tampan, ya? Hah… Mommy kayaknya kebanyakan nonton dracin tuh,” gumamnya sambil tersenyum kecil.

Namun entah kenapa, dalam benaknya wajah Athar semalam tiba-tiba muncul begitu saja.

“Iblis dari Neraka…” bisiknya pelan, menatap pantulan dirinya sendiri.

“Apa benar kamu adalah dia si iblis neraka?”

1
Nagisa Furukawa
Gak sabar nih nungguin kelanjutannya, update cepat ya thor!
TriZa Cancer: siap kak di tunggu ya😍
total 1 replies
🌻🍪"Galletita"🍪🌻
Nggak sabar buat lanjut ceritanya!
TriZa Cancer: makasih kak sudah mampir di tunggu ya😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!