NovelToon NovelToon
Gigoloku Bossku

Gigoloku Bossku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Suami Tak Berguna / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:63.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: mama reni

“Satu malam, satu kesalahan … tapi justru mengikat takdir yang tak bisa dihindari.”

Elena yang sakit hati akibat pengkhianat suaminya. Mencoba membalas dendam dengan mencari pelampiasan ke klub malam.

Dia menghabiskan waktu bersama pria yang dia anggap gigolo. Hanya untuk kesenangan dan dilupakan dalam satu malam.

Tapi bagaimana jadinya jika pria itu muncul lagi dalam hidup Elena bukan sebagai teman tidur tapi sebagai bos barunya di kantor. Dan yang lebih mengejutkan bagi Elena, ternyata Axel adalah sepupu dari suaminya Aldy.

Axel tahu betul siapa Elena dan malam yang telah mereka habiskan bersama. Elena yang ingin melupakan semua tak bisa menghindari pertemuan yang tak terduga ini.

Axel lalu berusaha menarik Elena dalam permainan yang lebih berbahaya, bukan hanya sekedar teman tidur berstatus gigolo.

Apakah Elena akan menerima permainan Axel sebagai media balas dendam pada suaminya ataukah akan ada harapan yang lain dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua

Dentuman musik langsung menghantam telinga Elena begitu ia melangkah masuk ke dalam klub. Lampu-lampu neon warna-warni menari di langit-langit, berganti-ganti antara biru, ungu, dan merah, seolah ikut mengiringi hentakan beat musik yang keras. Ruangan itu penuh dengan orang-orang. Ada yang menari di lantai dansa, ada yang duduk di sofa panjang sambil tertawa keras, ada pula yang asyik berdua di sudut gelap.

Elena berhenti sejenak di dekat pintu masuk. Ia merasa seperti orang asing. Ini pertama kalinya ia datang ke tempat seperti itu. Tangannya meremas clutch kecil yang ia bawa. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena musik, tapi karena rasa gugup yang tak bisa ia kendalikan.

Seorang pelayan perempuan berseragam hitam mendekat, tersenyum sopan. “Selamat malam, Mbak. Mau duduk di area bar, lounge, atau langsung ke VIP room?” tanyanya ramah, meski matanya menilai Elena dari ujung kepala hingga kaki.

Elena menelan ludah. Ia melirik sekilas ke arah bar yang ramai, lalu menggeleng pelan. “Saya … saya cuma mau duduk. Di mana saja yang agak sepi.”

Pelayan itu mengangguk, lalu mengantarnya ke sofa di sisi agak pinggir. Suasananya memang sedikit lebih tenang dibanding tengah ruangan. Dari sana Elena bisa melihat keramaian, tapi tidak terlalu jadi pusat perhatian.

“Minum apa, Mbak?” tanya pelayan itu sambil menyiapkan tablet kecil untuk mencatat pesanan.

Elena ragu sebentar. Ia jarang sekali minum alkohol, bahkan hampir tidak pernah. Tapi malam ini berbeda. Malam ini, ia butuh sesuatu yang bisa membuat kepalanya berhenti berpikir. “Apa saja … yang agak manis. Biar nggak terlalu pahit,” jawab Elena canggung.

Pelayan itu tersenyum paham. “Baik. Saya bawakan cocktail, ya. Tunggu sebentar.”

Elena mengangguk pelan, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ia menghela napas panjang, menatap kosong ke arah kerumunan orang-orang yang tampak bahagia. Seandainya saja hidupnya juga bisa semudah itu.

Tak lama kemudian, minumannya datang. Segelas cocktail berwarna merah muda dengan hiasan potongan jeruk di pinggir gelas. Elena menatapnya sebentar, lalu meneguknya tanpa banyak pikir. Rasanya manis bercampur pahit, hangatnya langsung mengalir ke tenggorokannya.

Gelombang kecil keberanian mulai muncul. Kepalanya sedikit ringan. Ia meneguk lagi, kali ini lebih banyak.

Pelayan tadi masih berdiri tak jauh darinya. Entah dorongan dari mana, tiba-tiba Elena memanggilnya. “Mbak .…”

Pelayan itu mendekat, tersenyum sopan. “Iya, Mbak?”

Elena menunduk sebentar, lalu memberanikan diri. “Di sini … apa ada … maksud saya pria yang bisa nemenin?” tanya Elena dengan suara pelan, nyaris tak terdengar.

Pelayan itu sempat terdiam, lalu menatapnya penuh arti. Senyum tipis muncul di bibirnya. “Maksud Mbak … teman minum? Atau teman ngobrol?”

Elena menghela napas, lalu memalingkan wajah. Pipinya memanas. “Ya … semacam itulah.”

Pelayan itu mengangguk paham. “Ada, Mbak. Tapi biasanya harus booking dulu. Kalau Mbak mau, saya bisa coba tanyakan. Tunggu sebentar, ya.”

Elena hanya mengangguk. Ia meneguk lagi minumannya. Rasa malu bercampur dengan rasa penasaran. Ia sendiri tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Ia hanya ingin melupakan rasa sakit di dadanya.

Waktu berjalan. Gelas cocktail pertama habis, pelayan membawakan lagi. Elena meneguk tanpa pikir. Musik semakin keras, lampu semakin redup, dan kepalanya mulai terasa berat.

Sekitar setengah jam kemudian, seorang pria masuk ke area lounge. Tubuhnya tinggi, tegap, mengenakan kemeja hitam dengan kancing bagian atas terbuka. Rambutnya sedikit berantakan tapi justru membuatnya tampak kasual. Wajahnya tegas, tatapannya tajam tapi santai. Ia duduk di kursi tak jauh dari Elena, lalu memanggil bartender untuk memesan minuman.

Elena yang sudah agak mabuk menatapnya. Pandangannya kabur, tapi ia masih bisa melihat garis wajah pria itu yang tampak menonjol di bawah cahaya lampu. “Oh … ini pasti dia…,” gumam Elena dalam hati.

Ia mengira pria itu adalah orang yang dikirimkan pelayan tadi. Seorang gigolo yang siap menemaninya malam itu.

Pria itu, Axel, baru saja menerima minumannya ketika Elena dengan langkah agak goyah mendekat. Ia tersenyum genit, duduk di kursi sebelah tanpa diundang.

“Hai .…” Suara Elena sedikit serak. “Kamu pasti … ya? Yang dikirim buat aku?”

Axel menoleh, alisnya berkerut. “Apa maksudmu?”

Elena tertawa kecil, lalu menyentuh lengannya. “Nggak usah pura-pura. Aku tahu kamu … kamu kan yang dikirim sama pelayan tadi buat nemenin aku malam ini.”

Axel menatapnya heran, lalu tertawa kecil. “Mbak, saya rasa kamu salah orang. Saya cuma lagi mau minum di sini, nggak lebih.”

Elena menggeleng keras. “Nggak, kamu jangan bohong. Aku … aku tahu. Kamu ganteng banget. Cocok. Pas banget sama yang aku butuhin malam ini.”

Axel menaruh gelasnya, lalu menatap Elena serius. “Kamu udah minum berapa banyak?”

Elena mengangkat gelasnya yang hampir kosong. “Baru dua. Tapi aku masih bisa kok. Jangan khawatir.”

Axel menghela napas. “Kamu salah paham. Aku bukan kayak yang kamu pikir. Aku cuma ....”

Sebelum Axel melanjutkan, Elena menyandarkan tubuhnya ke bahunya. “Aku capek … capek banget. Kamu nggak usah ngomong apa-apa. Temenin aku aja malam ini. Boleh kan?” suaranya bergetar, ada kesedihan yang tersembunyi di balik candaan mabuknya.

Axel terdiam. Ia bisa merasakan kalau wanita di sebelahnya ini sedang tidak baik-baik saja. Tapi, ia juga tahu ini situasi yang salah.

“Elena, ya?” Axel menebak setelah melihat kartu karyawan yang tergantung di tas kecil Elena.

Elena mendongak, matanya berbinar samar. “Iya … kok kamu tahu namaku? Wah, profesional sekali. Memang harusnya begitu kan? Tahu siapa klienmu.” Ia terkekeh kecil, lalu menatap Axel dengan senyum genit. “Jadi, kamu mau temenin aku kan?”

Axel menahan tawa getir. “Kamu bener-bener salah paham, Mbak. Tapi ….” Ia terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

Elena meneguk sisa minumannya, lalu bangkit. Ia menarik tangan Axel dengan spontan. “Ayo … kita ke atas. Ada hotel di lantai atas kan? Aku tahu. Aku pernah dengar. Kita ke sana.”

Axel menatap tangannya yang ditarik, lalu menatap wajah Elena yang setengah mabuk. Ia bisa saja menolak, tapi ada sesuatu di sorot mata wanita itu yang membuatnya tidak tega.

Elena menoleh, tersenyum lebar meski matanya berkaca-kaca. “Ayo dong … jangan bikin aku nunggu. Malam ini aku pengen lupa semuanya.”

Dan dengan langkah goyah namun yakin, Elena menarik Axel menuju lift yang mengarah ke lantai atas.

Pintu lift terbuka. Musik dari bawah terdengar semakin jauh. Hanya suara detak jantung Elena yang makin kencang, bercampur dengan suara napas Axel yang terdengar berat.

1
Ucio
Aldi macam banci,,,suami gak jelas
ChikoRamadani
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ Sangat menarik
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...

terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
ChikoRamadani
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ Sangat menarik
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...

terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
Alona Luna
nyesek banget bacanya😭😭 udah capek banget ya len🥲 tapi semoga kamu baik-baik saja
ElHi
boleh gak Thor aku yg ngeracun ini laki2 toxic???? ubun2ku dah berasap!!!!
Oma Gavin
udah axel hbs ini gebukin aja aldy sampai bonyok dan masuk RS perkara urusan belakangan
Patrick Khan
gedek q sama aldi egois bgt.. q jd elena wes tak antemi kok🤬🤬⚔️⚔️
melinda
thor lanjut
buat aldi menyesal
Ilfa Yarni
awas aja kau aldi setelah yg dilakukan Elena kau msh saja egois kau yg bakalan mati
Eka ELissa
cptan Exel elen dlm bhya....
nur adam
lnjut
Ruwi Yah
wah kamu kecolongan elen
❤️Rizka Aulia ❤️
keluar dr hubungan ga sehat itu sulit tapi untuk bertahan uda ga kuat .
Fitria Syafei
Mana cantik kereeen 😘😘😘
Apriyanti
dasar suami egois brengsrk mau menang sendiri,,giliran Uda bgni aja gak mau kehilangan,,kemarin² aja cuek gak mau ngakuin rmh tangga nya gak mau kenalin elena sebagai istri,,pas skrg Uda ketauan Selingkuh baru dah berkoar koar,, lanjut thor
Dewi Anggya
waaah sekali lagi Aldi memenangkan keadaan.. apa Exel akan menolong Elena yg terkurung ddlm kamar... sangat egois si Aldi... pembenaran hny untuk dirinyaaa
Dew666
👍
🌷Vnyjkb🌷
sukurrrr!! sdh tahu kandang setan, laaa d masukin,,
ElHi
ngadepin orang red flag bin toxic emang susah..saat dia diatas angin dia gunakan bersenang2 dan menyakiti pasangan tanpa dia pikirkan baik2. Giliran dia lagi down putus asa...dia berulah seakan JD orang plg menderita di dunia utk merebut simpati lagi.....tarik ulur terus. ..bener2 capek sama orang macem gini
Ilfa Yarni
qelena jg bego td axel mau nemenin dia mlh ga mau beginikan jdnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!