Entah untuk alasan apa Gladys memilih kembali ke sebuah pulau di ujung negri. Dia memiliki banyak kenangan masa kecil yang indah disana. mungkin jejak kenangan itu yang bisa menyembuhkan luka yang entah sejak kapan mulai terbentuk.
berbekal ingatan masa lalu yang sudah puluhan tahun, dia pun nekat untuk memulai petualangannya. .....
mencari sisa kenangan bersama keluarganya, teman dan orang lain yang dahulu sangat akrab dengan nya. berharap disana juga kelak dia bisa membuat kenangan yang sama seperti yang dia rasa di masa lalu.
dapat kah Gladys mewujudkan nya ?
Apakah semua akan berjalan seperti pengharapan nya?
ikuti kisah nya.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanah Shakila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan kedua
Setelah menerima perawatan, terlihat Gladys di pasangi infus dan selang oksigen. Setelah dokter selesai memeriksa nya. Dia pun mendekati bima yang sejak tadi nampak gelisah menunggu sang dokter. Sementara zarah sejak tadi keruangan lain untuk mengisi formulir pendaftaran pasien. Syukur nya tadi bima menarik tas kecil milik Gladys . Dan seperti dugaan nya disana ada kartu penduduk milik nya. Selagi dia menunggu Gladys , zarah di minta nya untuk mengurus administrasi.
Sebenarnya bukan tanpa alasan bima melakukan itu, sebab jika diri nya yang mengurus bisa saja dia pun di mintai data pribadi. Sementara itu dia benar-benar harus hati-hati dengan data pribadi nya. Mengingat profesi nya yang sangat dirahasiakan untuk warga sipil. sekali saja data nya terekspos di tempat umum, maka rekam nya akan terdeteksi juga di pusat. Dan akan segera masuk ke laporan jika ada apa-apa. Makanya dia sungguh harus berhati-hati sekali. Walaupun panik dia harus tetap memikirkan jalan keluar tercepat atas situasi rumit yang mungkin tidak terduga. Seperti sekarang ini. Tapi tenang saja, dia adalah ahli nya.
"teman nya yah ?" tanya sang dokter.
"iyah dok, bagaimana keadaan teman saya ?" tanya bima
"sepertinya dia hanya kelelahan. Tubuh nya sedikit terkejut dengan kesibukan baru nya akhir-akhir ini. Mungkin sebelumnya dia tidak pernah bekerja terlalu berat. Jika nanti dia sudah sadarkan diri dan membaik. Boleh pesan kepada nya agar tidak terlalu memaksakan diri saat bekerja. Tubuh juga butuh penyesuaian, ajak juga sedikit-sedikit untuk berolahraga. "
bima mengangguk mendengar kan penjelasan dokter muda itu. Dokter juga masih melanjutkan beberapa penjelasan medis yang sebenarnya terjadi pada tubuh Gladys . Dan bima menyimak dengan saksama. Sebelum akhir nya zarah datang dan si dokter pamit pergi.
"maaf merepotkan?" ucap bima sambil menunduk. Kini dia sedikit kesulitan menutupi wajah tampan nya. Sebab tadi dia spontan melepas topi dan jaket nya setelah melihat kondisi Gladys .
"santai saja. Jadi apa kata dokter barusan ?"
"dia kelelahan. Kegiatan fisik nya akhir-akhir ini berlebihan. Mungkin sebelum nya dia jarang berkegiatan aktif di luar rumah."
Zarah hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan bima. Dia mengintip dari balik pintu melalui kaca kecil.
"tapi maaf nih sebelumnya, aku gak bisa nemenin dia nih sampai pagi. Soalnya jam 8 aku harus sudah berada ditempat kerja.. Jadi gimana?"
"kamu bisa bawa mobil bapak?"
"bisa "
"yah udah kamu pulang duluan aja. Kata dokter juga dia gak parah kok. aku juga gak ada kegiatan. Biar aku yang jagain dia " ucap bima sambil menyodorkan kunci mobil. Dia juga mengucapkan terimakasih.
Setelah zarah pamit pergi, dia masuk. Namun dia sedikit terkejut mendapati Gladys sudah duduk bersandar. Selang oksigen nya masih terpasang. Sebagian besar wajah nya tertutup rambut yang sedikit awut-awutan.
"kamu sudah bangun ?" ucap bima sambil mendekatkan tangan nya ingin memegang kening untuk memeriksa suhu tubuhnya. pasalnya sebelum dilarikan kesini dia benar-benar demam tinggi. Namun di luar dugaan, Gladys menghindari tangan nya.
Bima tak mungkin memaksa nya, dia duduk di kursi dan menatap ke arah Gladys yang masih tertunduk.
"kata dokter kamu gak boleh capek-capek." ucap Bima.
"terimakasih sudah khawatir. Sebaiknya kamu pulang saja dan istrahat. Aku bisa mengurus diri ku sendiri."
"masa sih ?" bima berucap setengah tertawa seperti meragukan ucapan nya. Jika benar bisa mengurus diri sendiri, mana mungkin dia akan berakhir dirumah sakit seperti ini.
"udah gak usah bawel. jangan sok kuat begitu. Keliatan banget kamu anak rumahan. Entah apa juga yang menjadi alasan mu datang hingga sejauh ini. Tapi syukur nya disini kamu di kelilingi orang-orang baik. Jika kamu salah tempat entah apa yang akan terjadi pada mu."
Sambung bima kemudian. Dia masih dengan nada yang dingin tapi terkesan perhatian.
Gladys yang malas menanggapi memilih untuk kembali berbaring dan menutupi seluruh tubuhnya dengan cover bad. Sungguh dia malas berdebat. Orang yang keras kepala memang hanya perlu di diami. Paling juga bentar lagi dia akan pergi sebab merasa tak di hargai.
***
09.12
Pintu kamar di buka dengan sedikit kasar. Membuat Bima yang duduk dikursi sembari bersedekap dada ketiduran jadi terbangun dengan sedikit terkejut. Dia menatap kearah pintu dan mendapati si pelaku. Ternyata itu qilah dan regi. Dia melirik Gladys yang ternyata sudah tidur kembali, syukur nya dia tak menyadari kehadiran dua makhluk berisik itu.
Qilah dan regi masih mematung, mereka tidak tahu jika ternyata Bima masih disana dan menunggu Gladys . Keduanya saling sikut, tapi melihat bima yang berdiri regi buru-buru mundur dan mendorong pelan tubuh qilah.
"apa - apaan sih kamu ?" ucap qilah seperti ingin menonjok lelaki tak berguna yang malah sembunyi di balik badannya.
"emmmh.... Mumpung kalian sudah disini. Saya pulang saja. Tolong jaga dia dan jangan terlalu berisik. Sepertinya dia baru saja tertidur."
"o...oooh. Iyah.... Baik lah." qilah hanya menjawab seadanya. Sebab belum juga dia selesai dengan kalimat nya Bima sudah hilang di balik pintu.
"apa - apaan itu ? Dia beneran gak ngapa-ngapain Gladys kan ? Dan sok khawatir padahal dia pelaku nya. Gelagat nya sangat mencurigakan." ucap regi yang kini mulai berani angkat suara setelah Bima pergi.
"halaaaah, tadi aja malah jadiin aku tameng. Dasar cowok gak guna."
Qilah memilih duduk di tempat bima tadi. Sedangkan regi sudah berbaring di sofa panjang yang memang berada tak jauh dari ranjang pasien.
di dalam kamar itu, ada 3 bilik yang di sekat menggunakan kain berbentuk leter huruf L. Kedua bilik lain nya masih tertutup. Hanya tempat Gladys yang sengaja di buka. Berarti tidak ada pasien lain di ruangan itu selain Gladys .
Qilah bergerak menyentuh pelan kening Gladys , terasa masih hangat. Dia pun merapikan bad cover yang menutupi tubuh Gladys hingga ke dada.
"gak tau kenapa aku kok ngerasa Gladys ini gadis yang kuat dan pilu. Entahlah, jika melihat wajah nya selalu bawaan nya pen meluk dia. Kayak kasian banget gitu." ucap qilah melow
"menyedihkan.!!!!" jawab regi yang sukses membuyarkan kesedihan qilah.
"sialan,!! Kamu itu yang menyedihkan. Ngikutin orang gak tau malu. "
"tapi kata mama harus jagain kamu."
"nye.... Nye .. Nye..... Gak usah beralasan dengan bawa- bawa mama ku."
"kenapa sih ? mama mu kan mama ku juga "
'gak ada yah, jangan suka ngarang kamu"
Di suruh jagain orang sakit dan di minta gak berisik malah berdebat, udah gitu bawa Masalah keluarga lagi. Benar-benar deh dua anak ini. Untung saja Gladys tidur nya pulas setelah menerima suntikan penurun demam. Jadi dia tak perlu mendengar perdebatan tak penting dalam prahara rumah tangga orang lain.
Qilah dan regi memang berasal dari daerah yang sama. Qilah pergi merantau sebab tak ingin terlalu membebani keluarganya, dia anak pertama dari lima bersaudara. Sedangkan ayah nya seorang buruh serabutan yang tak berpenghasilan tetap. Sementara ibu nya juga hanya ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan. Dia benar-benar hanya berkutat dengan rumah sepanjang hari tanpa lelah.
Sedang ayah nya juga harus menghidupi keluarga, membayar kebutuhan sekolah adik-adik, belum lagi kebutuhan dapur dan biaya hidup lainnya.
Jadilah setelah lulus dia memilih merantau, berharap bisa mengurangi beban orang tua dan membantu mengirim biaya kebutuhan keluarga setiap bulan nya.
Namun anehnya, makhluk tuhan yang selama hidupnya selalu menempel pada nya juga malah mengikuti nya sampai ke kampung orang.
Regi dan diri nya lahir dan tumbuh di lingkungan yang sama. Tidak seperti diri nya, regi tumbuh di keluarga yang bisa dikatakan berkecukupan. Kedua orang tuanya adalah guru PNS. Dia juga anak bungsu dari dua bersaudara. kakak nya seorang perempuan yang berprofesi sebagai bidan. Anehnya dia malah memilih untuk menyusahkan qilah, padahal dia bisa leha-leha dengan biaya orang tua. Tanpa harus hidup susah.
Biasa nya jika sudah gajian, dia akan meminta qilah untuk mengirimkan semua gaji nya itu untuk diberikan kepada orang tua qilah. Dan biaya hidupnya tentu saja ada jatah bulanan dari orang tuanya. Namun kebanyakan juga tetap qilah yang mengurus keuangan nya, walau banyak adu mulut nya.