Berniat memberi kejutan, Bella menemukan tunangannya melamar wanita lain, bahkan saat dia akan menghampiri pria itu, keluarga pria itu malah menariknya pergi dan mengusirnya dari rumah.
Bella tak terima, dia dibilang wanita rendah, yang berharap keuntungan dari jabatan tinggi Vero. Padahal yang membuat Vero bisa bekerja di tempat itu adalah Bella.
Merasa kesal, diperlakukan seperti itu, bahkan Vero memutuskan hubungan pertunangannya hanya dengan sebuah pesan.
Bella pergi ke sebuah klub malam, dia mabuk dan menarik seorang pria yang dikiranya penghibur di klub malam itu.
Padahal, pria itu adalah kakak dari wanita yang merebut tunangannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Gak Kapok
Pagi harinya, saat Bella membuka matanya. Dia sudah tidak melihat Ethan di sampingnya. Tapi hal itu bagus juga, dia tidak perlu menjelaskan apapun pada ayahnya. Karena kalau sudah pergi sebelum ayahnya bangun, artinya ayahnya tidak akan tahu kan, kalau Ethan menyelinap masuk tadi malam.
Setelah mandi dan ganti pakaian, Bella turun ke lantai satu. Dia menemukan ayahnya yang sedang menyiapkan sarapan.
"Ayah, selamat pagi"
"Selamat pagi nak. Duduklah, sarapan dulu!"
Bella melihat di atas meja. Sudah ada dua piring bekas makan seseorang.
"Itu piring..."
"Oh, ini tadi ayah bertemu dengan salah satu murid ayah dulu saat lari pagi. Dia sudah menjadi seorang pengusaha sukses. Ayah sering lihat gambarnya di surat kabar. Semua teman-teman ayah juga sering membicarakannya. Hanya saja dulu, dia melanjutkan studi paska sarjana di luar negeri. Bahkan berbisnis disana. Dia juga membeli rumah yang disana itu, yang paling bekas di ujung jalan itu" kata Panji bersemangat menceritakan tentang salah satu muridnya yang jadi orang sukses itu.
Bella hanya mengangguk.
"Kamu sarapan sendirian tidak apa-apa ya. Ayah di undang ke rumah murid ayah itu. Dia punya banyak sekali koleksi buku dan lukisan yang bagus. Ayah ganti baju dulu ya!"
Bella mengangguk. Dia tidak pernah melihat ayahnya sesemangat itu sebelumnya. Setidaknya sudah jarang, sejak ayahnya berhenti mengajar di kampus paling ternama di kota ini.
Bella pun duduk dan melanjutkan sarapannya. Dia mengirim pesan untuk bertemu dengan sepupunya, Gery. Kebetulan pria itu sedang di kota ini. Dia seorang masinis.
Setelah sarapan, Bella pun menjemput sepupunya itu di rumah pamannya. Saat akan turun dari dalam mobil. Sebenarnya Bella juga sedikit ragu. Dia tidak tahu apakah pamannya itu sudah tahu tentang kandasnya hubungan pertunangannya dengan Vero. Masalahnya kan dia yang dulu minta tolong pada pamannya itu untuk membantu Kikan, meski asik Vero itu sering kali gagal dalam ujian.
Setelah semua itu, jika Bella masih juga dikhianati oleh Vero. Bella sebenarnya agak canggung bertemu pamannya itu.
Tapi, kalau tidak bertemu pamannya. Gery bilang tidak mau pergi.
"Hais, sudah basah ini. Kelelep sekalian aja deh" gumamnya sebelum turun dari mobil.
Sebenarnya dia ingin menggunakan salah satu pepatah klasik yang memang umum dalam situasinya saat ini. Meski penyusunan dan pemilihan kata dalam kalimat itu tidak benar. Untung saja tidak ada mendengarnya.
Bella menekan bel di rumah pamannya itu. Rumah yang tentunya lebih besar dan mewah dari rumah ayahnya. Karena memang pamannya itu punya tiga orang anak, dan anaknya jadi orang semua.
Maksudnya bukan sebelumnya mereka belum jadi manusia. Bahasa sederhananya, mereka sukses semua.
"Bella"
Sapa Anton yang sepertinya sudah bersiap untuk berangkat ke kampus.
"Selamat pagi paman, aku mau jemput kak Gery!"
"Oh, iya Gery sudah bilang. Masuk Bell" kata paman Anton.
Bella tersenyum dan masuk ke dalam rumah pamannya itu.
Dia melihat ke sekeliling rumah.
"Bibi...."
"Bella, kamu sudah datang?" tanya Tina, istrinya Anton, ibunya Gery.
Bella tersenyum canggung, baru juga dia mau bertanya pada pamannya dimana bibinya itu. Wanita itu sudah muncul.
"Apa kabar bibi?" tanya Bella.
"Bibi sih baik. Duduk dulu Bella! Gery lagi bibi suruh benerin engsel pintu"
Mata Bella sedikit melebar. Ada seorang masinis benerin engsel pintu.
Tapi ayahnya yang seorang guru juga suka membenarkan setrikaan yang kurang panas dulu saat ibunya masih ada. Mungkin jadi laki-laki itu memang harus serba bisa.
"Kamu gimana? katanya kamu putus sama Vero kan? parah banget memang itu manusia satu ya. Gak tahu diri, gak tahu terimakasih. Dia gak tahu gimana sulitnya itu masukin adiknya yang otaknya gak seberapa itu ke kampus. Mimpinya ketinggian, harusnya dia sadar diri. Tapi setelah dibantu, sampai mempersulit hidupmu sendiri. Dia malah ninggalin kamu gitu aja! benar-benar tidak tahu diri. Makanya Bell, mendingan kayak sepupu kamu tuh kak Airin. Meskipun dia dijodohkan sama paman dan bibi. Tapi masa depannya bagus. Masa depannya baik. Dia punya dua anak sekarang rumah tangganya adem ayem. Cari suami gak perlu ganteng, ganteng gak bisa bikin kenyang Bell.."
"Ibu, kenapa bicara begitu?" tegur Anton.
Bella hanya tersenyum.
"Ibu bener loh yah. Buat apa ganteng kalau pengeretann Bella. Pengeretann sekarang itu bukan cuma masalah materi. Harga diri juga kalau di perass itu namanya pengeretann! iya kan Bell?" tanya Tina.
"Iya bi"
'Aduh, mana sih kak Gery. Ngeladenin bibi ngobrol sampai lebaran gajah juga gak bakal kelar ini' batin Bella.
"Nah kan, kamu setuju. Lagian ayah kamu juga sudah pernah bilang kan? dia gak suka sekali sama Vero dan keluarganya itu. Terlihat sekali mental-mental penjilattnya. Datang kalau ada maunya. Kalau gak ada perlu, mana pernah datang ke rumah kalian kan!"
Bella hanya bisa tersenyum. Kebiasaan Vero dan keluarganya, rupanya sudah terbaca oleh bibinya itu. Ya bagaimana pun, hubungan mereka memang sudah berlangsung 4 tahun. Bagaimana tidak dipahami oleh Tina.
"Bella"
Bella menoleh ke arah pagar pembatas di lantai dua.
'Oh ya ampun, kak Gery! akhirnya kamu menunjukkan batang hidungmu!' batin Bella lega.
"Eh, cuci tangan dulu. Yang bersih, habis itu ganti baju!" kata Tina.
Meski usianya sudah 27 tahun. Tetap saja bagi seorang ibu. Anak bungsunya adalah anak-anak. Pokoknya akan selalu di anggap anak-anak dimata ibunya.
Dampak di dalam mobil Bella. Gery terkekeh-kekeh.
"Diomelin?" tanya Gery.
"Apa terlihat jelas?" tanya Bella.
"Lagian, kamu itu bebal ya! paman sudah bilang. Dia tidak suka Vero. Matamu itu kelilipan terlalu lama tahu gak. 4 tahun kelilipan, gak sadar. Laki-laki yang bahkan hanya memanfaatkanmu!" kata Gery serius.
Bella juga menyesal sebenarnya. Karena seluruh keluarganya sudah menentang Vero. Tapi tetap saja, gara-gara dia menyelamatkan Bella saat akan jatuh dari tangga. Bella malah terpesona dan jatuh cinta. Dia menganggap Vero adalah pahlawan yang datang dari langit untuknya. Picisan sekali dia.
"Iya, aku benar-benar menyesal" aku Bella.
"Lalu, kamu minta waktuku hari ini untuk apa?" tanya Gery.
"Em, itu... "
"Itu apa?" tanya pria 27 tahun itu.
"Menyelidiki seseorang" jawab Bella pelan.
Gery memiringkan kepalanya sedikit dan menatap tak percaya ke arah Bella.
"Gak kapok kamu Bell. Pria mana lagi yang kamu anggap Guardian Angel?" tanya Gery.
"He he he" tawa Bella garing menatap kakak sepupunya yang geleng-geleng kepala itu.
***
Bersambung...
semangat berkarya kak 💪💪💪
salah sendiri ga kasih tau kamu tuh siapa,ya nikmati saja di caci maki ma zeyenggg