NovelToon NovelToon
49 Days

49 Days

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Angst / Penyeberangan Dunia Lain / Hantu
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Suri baru menyadari ada banyak hantu di rumahnya setelah terbangun dari koma. Dan di antaranya, ada Si Tampan yang selalu tampak tidak bahagia.

Suatu hari, Suri mencoba mengajak Si Tampan bicara. Tanpa tahu bahwa keputusannya itu akan menyeretnya dalam sebuah misi berbahaya. Waktunya hanya 49 hari untuk menyelesaikan misi. Jika gagal, Suri harus siap menghadapi konsekuensi.

Apakah Suri akan berhasil membantu Si Tampan... atau mereka keburu kehabisan waktu sebelum mencapai titik terang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makhluk Halus

Kalian pernah lihat penampakan anak TK yang begitu penasaran pada hal baru? Nah, seperti itulah keadaan Suri sekarang. Berjongkok di tengah semak-semak, di mana tanah di bawahnya basah penuh air hujan, sang gadis memandang makhluk halus di depannya dengan mata berkaca-kaca.

Dalam pandangannya, makhluk itu begitu halus, kecil, dan rapuh, sehingga tangannya tertahan untuk sekadar mengelus bulunya. Takut jika sang makhluk halus merasa terganggu. Takut jika sentuhan yang dimaksudkan sebagai luapan kasih sayang malah melukai sang makhluk ciptaan Tuhan.

Sementara Dean, yang pertama kali menemukan makhluk itu di belakang semak, hanya mengawasi dari jarak aman. Dia berdiri memegang payung. Satu tangannya masuk ke dalam saku celana. Postur tubuhnya tegap, persis seperti petugas keamanan swasta yang biasa disewa para artis ibu kota.

"Dia lucu sekali," bisik Suri dengan sorot mata penuh kekaguman.

Kalian harus tahu, Suri sudah mengatakannya sembilan kali, jadi tolong maklumi jika kini Dean diam seribu bahasa tanpa niat menanggapi.

"Bolehkah kita bawa dia ke rumah?" Sang gadis mendongak. Puppy eyes tercipta begitu saja. Kedua tangan yang bertaut di depan dada, bagai mendukung permohonannya agar dikabulkan tanpa banyak drama. "Boleh, ya?"

"Kenapa tanya aku? Itu kan rumahmu. Kau bebas menentukan apa yang mau kau bawa pulang." Dean membalas secara rasional.

Persona anak manis di dalam diri Suri serta-merta hangus setelahnya. Gadis itu melepaskan tautan tangan, menghilangkan puppy eyes (yang dia tidak sadar sudah membuat Dean terjerat), dan memasang wajah garang.

"Benar juga," katanya, "kenapa aku harus minta izin kepadamu? Kau kan bukan siapa-siapa, cuma hantu yang kebetulan ikut tinggal di sana. Ah, dasar aku ini." Suri nyerocos tanpa henti dengan suara cemprengnya, padahal sebelum ini dia begitu berhati-hati, bicara pun bisik-bisik karena takut mengganggu si makhluk halus.

Makhluk halus itu tidur melingkar, tampak begitu nyaman. Dedaunan kering bercampur tanah menempel di tubuhnya yang basah, namun ia tidak terusik sama sekali.

"Omong-omong," Suri kembali bicara dengan nada bisik-bisik. "Kenapa dia anteng sekali? Dari tadi kita berisik, tapi dia sama sekali tidak terganggu."

"Dia tuli," sahut Dean.

Sedetik pertama, kepala Suri manggut-manggut, dan detik berikutnya kepalanya kembali mendongak dengan mata memicing curiga.

"Dari mana kau tahu dia tuli?" todongnya. "Jangan sembarangan bicara, Dean. Kalau ternyata dia tidak tuli, dan mendengarmu bicara begitu, nanti dia sakit hati."

Dean memutar bola mata malas. Sedari tadi berdiri, dia akhirnya ikutan berjongkok di sebelah Suri. Seakan hendak membuktikan ucapannya, Dean mengulurkan tangan. Suri pun tidak sempat mencegah karena Dean sudah lebih dulu menoel pelan kepala makhluk halus di depan mereka. Seketika itu juga, tidur lelap sang makhluk halus terganggu. Matanya terbuka, refleks tubuhnya hampir membawanya kabur dari hadapan Suri dan Dean. Namun, saat makhluk halus berupa tuxedo cat itu menatap ke arah Dean, ia kembali tenang.

"Lihat? Dia hanya bereaksi ketika disentuh, karena telinganya tidak berfungsi."

"Pertanyaanku masih sama," ucap Suri, sorot matanya kian menelisik. "Dari mana kau tahu kalau dia tuli?"

Dean menunjuk pelipisnya sendiri. "Logika," katanya, "tidak mungkin kucing ini masih bisa tidur lelap di saat keadaan sekitar begitu berisik, kecuali dia memang tidak bisa mendengar apa pun."

Jawaban Dean terdengar menyebalkan. Suri ingin setidaknya sekali saja seumur hidup memukul kepala hantu itu sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Tetapi gesekan halus di kakinya membuyarkan segalanya. Tuxedo cat liar yang mereka bicarakan sejak tadi, tanpa canggung menggesekkan kepala di kakinya. Geli merangsang Suri sampai bagian tengkuk. Tubuhnya bergetar pelan, refleks alami atas sensasi asing yang menyapa kulitnya.

"Hei, kau menyukaiku?" tanyanya.

Si kucing tidak menjawab. Malah Dean yang menyahut, "Dia juga bisu."

"Yang ini pasti sok tahu," cibir Suri. Tangannya mulai berani mengusap-usap kepala sang kucing. Sang kucing sendiri masih menggesek-gesekkan kepalanya di kaki Suri.

"Kalau tidak percaya, coba saja buat dia mengeong. Aku acungi seribu jempol kalau kau bisa."

Suri mendecih tak suka. "Kau banyak omong."

"Kau juga."

"Cih."

"Kalau mau bawa dia pulang, cepat kau gendong. Kita harus segera pulang sebelum gelap."

Suri berkomat-kamit tak jelas. Ada suaranya, tapi Dean tidak bisa mendengar rangkaian kata yang keluar dari bibir sang gadis. Entah umpatan, atau hanya gibberish yang tidak layak didengarkan oleh telinga.

Meski begitu, Suri tetap menurut apa kata Dean. Kucing tuxedo tadi diangkatnya, dibawa erat dalam dekapan. Kepalanya masih terus dibelai penuh kasih sayang. Suri bagai habis menemukan harta karun yang telah lama hilang.

Bersama kucing manis tadi, mereka pulang. Awan-awan mendung hampir sirna sepenuhnya, tergantikan langit malam yang pekat. Suri sudah tidak sabar untuk merawat kucing dalam dekapannya itu. Sehingga saat sedikit lagi mereka sampai teras, Suri lebih dulu menerobos rintik hujan untuk sampai lebih dulu. Dia pun seakan melupakan keberadaan Dean. Kakinya melangkah riang masuk ke dalam rumah, sambil bibirnya terus mengoceh pada si kucing manis.

Tertinggal di belakang, Dean menyusul dengan perasaan bimbang. Perjanjiannya dengan yang di atas tidak pernah menyebutkan garis batas yang jelas, sehingga kemunculan kucing manis tadi masih juga membuatnya terkejut.

Jika kelopak bunga itu adalah pertanda waktu, yang kali ini apa?

"Dean?! Bisakah bantu aku membeli makanan kucing? Aku butuh yang basah dan kering! Kemarilah! Aku akan memberikan uangnya sekarang!"

"Iya, aku datang!"

Bersama pertanyaan yang hanya bisa disimpan sendiri, Dean melangkah masuk menghampiri Suri. Dalam setiap langkahnya, Dean hanya bisa berharap semoga apa yang yang di atas datangkan ke sini, tidak akan membawa pertanda buruk.

...🍃🍃🍃🍃🍃...

Sementara itu, kamar rawat kekasih Dean yang biasanya tenang pada malam hari, kini kedatangan tamu. Kakak perempuan Dean datang seperti biasa. Hanya saja, kali ini ia tidak datang sendirian. Dengan mata yang bengkak dan wajah pucat, perempuan berambut panjang itu berusaha mengulaskan senyum saat duduk di samping ranjang. Ia juga berusaha tegar saat menunjukkan apa yang ia bawa kepada kekasih Dean.

"Aku datang membawa Milk," katanya.

Seekor tuxedo cat diturunkan dari gendongannya, diletakkan di samping tubuh kekasih Dean.

Kucing bernama Milk itu adalah peliharaan Dean bersama kekasihnya. Ia dipelihara sejak usia satu bulan, ditemukan di parit dalam keadaan basah dan kelaparan. Tubuhnya yang didominasi warna hitam dan suara mengeongnya yang tidak keluar, hampir membuat Milk mati mengenaskan malam itu.

Namun sebagaimana dipercaya bahwa Tuhan selalu memiliki cara untuk menyelamatkan makhluk ciptaan-Nya, penglihatan kekasih Dean malam itu berkali lipat lebih tajam. Ia enggan mengabaikan instingnya meski Dean bilang area itu mungkin berbahaya. Meski diwarna cek-cok kecil, pada akhirnya kekasih Dean berhasil menyelamatkan satu nyawa berkat sikap keras kepalanya yang tepat waktu.

"Milk merindukanmu," kata kakak perempuan Dean lagi. "Sama besarnya seperti aku dan yang lain."

Setelah mengusap kepala Milk, kakak perempuan Dean beralih menyentuh tangan kekasih Dean, menggenggamnya erat. "Milk memang bisu dan tuli, tapi dia selalu bisa memberitahu kami betapa dia merindukanmu."

Setetes air mata lagi jatuh. Padahal saat dalam perjalanan ke sini, dia sudah berjanji tidak akan menangis lagi.

"Kami semua merindukanmu, Sayang. Karena itu ... karena itu...."

Tenggorokannya mulai tercekat. Kepalanya menunduk dalam-dalam. Bahunya mulai bergetar hebat.

Tangisnya pun pecah tanpa bisa dicegah. Sambil menggenggam tangan kekasih Dean makin erat, ia meraung-raung di dalam kamar rawat yang hening.

"Kembalilah, Sayang ... kembali. Kau sudah terlalu jauh berkelana. Kembalilah ... kembali pada kami...."

Bersambung.....

1
Zenun
Suri itu kekasih Dean, tapi lupa. Atau Suri ketempelan kekasih Dean
Zenun
Kasihan Dean gak tidur nanti😁
Zenun
Lah, berati yang dtemui Suri adalah milk
Zenun
apa ya kira-kira?
Zenun
Oh begindang, jadi kalu tidak boleh cuti lagi ya, Suri😁
Zenun
Suri mau ape nih?
Zenun
Nah itu dia yang ada dalam benaku
Zenun
mungkin itu petunjuk
Zenun
nama authornya Nowitsrain
Haechi
sukak kombinasi suri dean
Zenun
Dean, sesungguhnya kamu tahu apa? Coba ceritakan padaku? 😁
nowitsrain: Tau banyakkkk
total 1 replies
Zenun
Oh ternyata Gumaman Suri.. Jangan-jangan separuh yang masuk ke suri itu kekasihnya Dean
Zenun
Masa sih, ini ngomong Dean? Dean tahu darimana
nowitsrain: Dean itu...
total 1 replies
Zenun
Sekalian temenin mandi juga😁
Zenun: boleeee
total 2 replies
Zenun
Kalau tidurmu gak nyaman, Dean jadi gak nyaman
nowitsrain: Tetotttt. Kalau tidurnya nggak nyaman, nanti tantrum. Kalau tantrum, Dean pucing
total 1 replies
Zenun
Mungkin ini perbuatan kekasih Dean
nowitsrain: Hmmmm
total 1 replies
Zenun
kayanya ketiga hantu itu lagi ada misi juga dah
Zenun
Jangan diangkat Dean, biarkan dia posisinya begitu😄
Zenun
wah, jan baper, bahayul😄
Zenun
harusnya inisiatif kasih tahu duluan bang😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!