NovelToon NovelToon
Gadis Centil Milik CEO Dingin

Gadis Centil Milik CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: siti musleha

Di dunia ini, tidak semua kisah cinta berawal dari tatapan pertama yang membuat jantung berdegup kencang. Tidak semua pernikahan lahir dari janji manis yang diucapkan di bawah langit penuh bintang. Ada juga kisah yang dimulai dengan desahan kesal, tatapan sinis, dan sebuah keputusan keluarga yang tidak bisa ditolak.

Itulah yang sedang dialami Alira Putri Ramadhani , gadis berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA. Hidupnya selama ini penuh warna, penuh kehebohan, dan penuh canda. Ia dikenal sebagai gadis centil nan bar-bar di lingkungan sekolah maupun keluarganya. Mulutnya nyaris tidak bisa diam, selalu saja ada komentar kocak untuk setiap hal yang ia lihat.

Alira punya rambut hitam panjang bergelombang yang sering ia ikat asal-asalan, kulit putih bersih yang semakin menonjolkan pipinya yang chubby, serta mata bulat besar yang selalu berkilat seperti lampu neon kalau ia sedang punya ide konyol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti musleha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5 Makan Malam Keluarga

Hari itu, rumah keluarga Adrian sudah ramai sejak sore. Para pelayan sibuk mondar-mandir menata meja makan panjang yang dipenuhi lilin, vas bunga, dan peralatan makan perak berkilau. Atmosfernya mewah, kaku, dan sangat “kelas atas”.

Adrian baru saja tiba, mengenakan setelan hitam rapi seperti biasa. Wajahnya tetap dingin, tanpa ekspresi. Namun, sorot matanya sedikit gelap saat mendengar suara gaduh dari arah pintu masuk.

“ya ampunn! Rumahnya kayak istana, aku masuk aja kayak turis salah alamat,” suara itu jelas milik Alira.

Gadis berusia 18 tahun itu muncul dengan dress biru muda yang sebenarnya cukup cantik, tapi dipadukan dengan sneakers putih yang sama sekali tidak formal. Rambutnya dikuncir setengah dengan pita besar, dan di tangannya ia membawa goodie bag penuh camilan.

“Alira…” suara Adrian mengandung peringatan.

“Apa? Aku kan tamu terhormat. Eh, bener nggak sih? Aku ini istrinya calon penerus keluarga Wijaya. Berarti aku VIP dong.” Ia berjalan masuk dengan gaya centil, melambaikan tangan ke arah beberapa tamu yang sudah duduk. “Hai Om, Tante, halo semua. Salam kenal, aku Alira istri legalnya Adrian, jangan kaget ya!”

Beberapa wajah keluarga besar sontak terbelalak. Ada yang tersenyum kaku, ada yang berbisik-bisik. Adrian menutup mata sebentar, berusaha keras menahan diri untuk tidak menyeret gadis itu keluar.

Meja makan megah sudah dipenuhi anggota keluarga Wijaya. Ayah Adrian duduk di ujung meja dengan aura berwibawa. Ibu Adrian di sampingnya, tersenyum anggun tapi tajam. Paman, bibi, sepupu, semua hadir.

Alira duduk di sebelah Adrian, tidak menunjukkan sedikit pun rasa canggung. Bahkan, ia tampak terlalu nyaman.

“Wow, piringnya kinclong banget. Aku bisa ngaca di sini,” gumamnya sambil menatap piring porselen.

Adrian menunduk sedikit, berbisik pelan, “Diam.”

“Tapi beneran loh, Mas. Coba deh. Kamu bisa ngecek rambut kamu rapi apa nggak. Eh, atau mau aku beliin piring Hello Kitty biar lebih fun?”

Adrian memejamkan mata sebentar. Kenapa aku menikahi gadis ini…

Makanan mulai dihidangkan. Sup bening, steak premium, salmon panggang semuanya tampak elegan. Alira, tanpa ragu, langsung menyendok sup dengan semangat.

“Wah, ini supnya kayak di hotel bintang lima! Tapi kok kuahnya dikit ya? Aku biasa makan bakso mangkoknya penuh kuah.”

Sepupu Adrian menahan tawa. Ayah Adrian hanya mengerutkan kening, sementara ibunya menatap Alira dengan pandangan menilai.

“Alira,” suara ibunya tenang tapi tegas, “di keluarga ini, kami terbiasa makan dengan tata krama tertentu.”

Alira tersenyum manis. “Oh tenang, Tante. Aku juga punya tata krama kok. Misalnya…” ia mengangkat sendok sup tinggi-tinggi. “Kalau panas, jangan langsung dihirup, nanti lidah melepuh. Hehehe.”

Beberapa orang langsung tertawa, meski berusaha menutupinya. Adrian menunduk dalam-dalam, berharap kursi bisa menelannya.

Tak berhenti di situ, saat steak dihidangkan, Alira kembali bikin heboh.

“Mas, ini pisau mahal banget ya? Tajemnya gimana? Bisa dipakai motong bambu kali.”

Adrian mendesis pelan. “Makan saja, Alira.”

Tapi bukannya diam, Alira malah mendekat ke telinga Adrian. “Eh, kalau aku salah pakai pisau gimana? Ntar aku dipermalukan lagi. Kamu kan pintar, bisa dong motongin buat aku?”

Seketika meja makan terdiam. Semua mata menatap ke arah Adrian, menunggu reaksinya.

Adrian mengangkat alis, lalu perlahan memotong steak di piring Alira. Gerakannya anggun, presisi, seperti biasa.

Alira tersenyum puas. “Nah, gitu dong. Romantis banget, kan? CEO dingin motongin steak buat istrinya.”

Sepupu Adrian yang duduk agak jauh berseru pelan, “Aduh, kaya drama Korea!”

Meja makan kembali ramai oleh bisikan tertahan dan tawa kecil. Adrian hanya bisa menahan napas dalam-dalam.

Percakapan di meja makin intens. Beberapa anggota keluarga mulai menguji Alira dengan pertanyaan.

“Jadi, Alira, kamu sekarang tinggal bersama Adrian?” tanya salah satu bibi.

Alira mengangguk bersemangat. “Iya dong. Rumahnya gede banget, sampai aku takut nyasar. Untung ada Mas Adrian, jadi GPS pribadi.”

Semua tertawa. Adrian memijat pelipisnya.

“Kalau begitu, bagaimana rasanya menjadi istri Adrian?” paman lain bertanya.

Alira menoleh ke arah Adrian, matanya berbinar penuh nakal. “Hmm, rasanya kayak main hard mode. Dia dingin banget, kayak kulkas tiga pintu. Tapi aku suka tantangan. Aku bakal bikin kulkas ini jadi microwave, tunggu aja.”

Seketika meja pecah oleh tawa. Bahkan ayah Adrian tak bisa menahan senyum tipis. Adrian, di sisi lain, merasa hidupnya berkurang lima tahun dalam semalam.

Saat makanan penutup datang—cheesecake elegan dengan saus raspberry—Alira kembali membuat kejutan.

“Mas, boleh aku suapin kamu?” katanya tiba-tiba.

Adrian menoleh cepat. “Tidak.”

Alira sudah mengangkat garpu kecil berisi cheesecake. “Ayo lah, Mas. Biar semua orang tahu kalau kamu itu sweet juga. Satu gigitan aja.”

“Alira.” Suara Adrian rendah, nyaris seperti peringatan.

Namun, Alira malah mendekatkan garpu ke bibirnya. Semua mata tertuju pada mereka. Situasi benar-benar jadi tontonan.

Setelah beberapa detik canggung, Adrian akhirnya—dengan wajah datar dan tatapan membunuh—membuka mulut sedikit dan menerima suapan itu.

Alira langsung bersorak kecil. “Yeeey! Akhirnya CEO dingin makan dari tangan istrinya. Catat tanggalnya, guys!”

Meja kembali geger. Beberapa sepupu bahkan bertepuk tangan pelan. Adrian menatapnya tajam, tapi Alira hanya pura-pura polos sambil mengunyah cheesecake sendiri.

Setelah makan malam selesai, suasana masih ramai. Para tamu perlahan bubar. Adrian berdiri dengan anggun, seperti biasa, tapi jelas terlihat kesal.

Sementara itu, Alira berjalan santai di sampingnya, melambai-lambaikan tangan ke arah beberapa bibi dan sepupu yang masih tertawa kecil.

“Daaah, Om, Tante. Makasih makanannya. Nanti aku ajarin resep mie instan level dewa ya!”

Begitu mereka berdua sampai di mobil, Adrian langsung membuka pintu dengan keras.

“Masih berani ketawa?” suaranya rendah, dingin, nyaris meledak.

Alira duduk santai di kursi penumpang, masih tersenyum puas. “Kenapa marah? Semua orang suka aku tadi. Mereka ketawa, suasananya cair, nggak kaku kayak biasanya. Harusnya kamu berterima kasih.”

Adrian menatapnya tajam. “Kamu mempermalukan aku.”

Alira berhenti sebentar, lalu mendekat sedikit. Senyumnya tetap ada, tapi suaranya lebih lembut. “Aku nggak pernah niat mempermalukan kamu. Aku cuma pengen nunjukkin kalau keluarga itu bisa hangat, bisa ketawa. Kamu terbiasa hidup dingin, tapi aku pengen kamu lihat sisi lain.”

Adrian terdiam beberapa detik, jemarinya mengetat di setir. Lalu, tanpa menjawab, ia menyalakan mesin mobil.

Alira menatapnya diam-diam, lalu bergumam pelan. “Kamu boleh benci aku sekarang, tapi aku yakin… suatu hari kamu bakal nyadar kalau aku bukan cuma pengganggu.”

Mobil melaju meninggalkan rumah besar itu, membawa mereka kembali ke kehidupan rumah tangga penuh benturan.

Namun, di dalam hati Adrian, ada satu hal kecil yang tidak bisa ia tolak senyum Alira tadi meski merepotkan, tapi entah kenapa, sulit dihapus dari pikirannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!