"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 Siapa Gerangan
Karena terburu-buru Alvin dan Alex
pun berlari menuju ke aula, tanpa mereka
sadari, dari arah berlawanan juga tampak
seorang gadis yang juga berlari ke aula
pula.
Terjadilah tubrukan antara Alex dan
gadis tersebut, keduanya tampak
mengaduh, membuat Alvin berinisiatif
untuk membantu gadis tersebut, sebab
gadis itu langsung terjatuh, sementara
Alex hanya oleng sedikit, tapi gak ngaruh.
"Gpp" ucap gadis itu singkat menjawab
pertanyaan Alvin.
Alvin pun membantu gadis tersebut
untuk berdiri, masih dengan tatapan yang
serius, begitu pula Alex yang juga ikut terdiam menatap gadis manis
berkerudung di depannya itu.
"Maaf ya, aku gak lihat" ucap Alex.
"Iya gpp, aku juga gak lihat tadi" jawab
gadis tersebut menatap Alex, kemudian
Alvin. Lalu terdiam beberapa detik,
kemudian masuk ke dalam aula terlebih
dahulu sebelum mengatakan apapun.
"Ngerasa ada yang aneh gak Lex?"
tanya Alvin yang merasa dirinya aneh
melihat gadis barusan.
"Iya vin, udah lah kita pikir nanti aja,
masuk dulu yukk, dah telat nih" ajak Alex.
Keduanya pun mnasuk ke dalam aula
yang sudah berisi para peserta lomba.
"Baiklah, nama nama yang saya
panggil ini masuk kedalam 30 besar, nilai
tertinggi dalam menjawab soal ujian di babak kedua tadi. Bagi yang namanya
tidak di sebut, boleh dipersilahkan untuk
pulang" ujar panitia lomba.
Satu persatu nama nama yang masuk
dalam 30 besar yang disebutkan pun maju,
setidaknya 10 dari 15 siswa SMA SANG
JUARA yang tersisa, menyumbangkan
namanya dalam 30 besar, murid dengan
nilai tertinggi.
"Wah kamu masuk Lun, sayang banget
ya aku gak masuk huhu" ucap seorang
gadis menyemangati temannya.
Dan teman yang disebut Lun adalah
gadis yang tadi di tabrak oleh Alex, gadis
yang kini berjalan kedepan, di jajaran
Alvin dan Alex serta seluruh peserta
lomba dengan nilai tertinggi.
"Namanya Luna" gumam Alvin.
"Jadi buat kalian yang masuk dalam 30 besar, persiapkan diri kalian sebaik
mungkin, karena lomba terakhir diadakan
lusa. Jadi saya harap kalian
mempersiapkan diri dengan baik, oh ya
sedikit bocoran untuk lusa, Bahwa lomba
tidak hanya diadakan secara tertulis,
melainkan juga tanya jawab serta
presentasi" ujar seorang panitia lomba.
Seluruh siswa pun mulai
berhamburan keluar, setelah ditutupnya
lomba. Diluar aula, Alvin mencari gadis
yang ditabrak Alex, entah untuk apa.
Hanya saja pikirannya mulai kepikiran
tentang gadis itu.
"Duluan ya Alvin" pamit Arumi
seraya tersenyum sambil berlalu, saat
melihat Alvin masih celingukan
mencari Luna,
"Eh iya rum, gak bareng mobil
sekolah?" tanya Alvin sedikit berteriak sebab Arumi sudah menjauh.
"Bareng Daffa" ucap Arumi tanpa
suara, hanya dari gerakan bibir. Namun
bisa di pahami oleh Alvi.
Alvin pun hanya mengangguk,
namun kemudian dirinya dikejutkan oleh
kedatangan Alex yang merangkulnya dari
belakang, seraya mengajak segera naik
mobil sekolah.
Di dalam mobil, Alvin tampak
melamun, Alex menyadarinya, namun
lebih memilih mengabaikan, sebab dirinya
juga tengah berpikir.
Mengingat Luna, membuat Alex
menoleh ke Alvin, hal itu dilakukan
Alex berkali-kali. Membuat Alvin
menyadarinya, karena merasa risih
diperhatikan demikian.
"Apasih Lex!? Liatnya gitu banget"
keluh Alvin kesal.
"Sekarang aku tahu apa yang
mengganjal dengan gadis tadi vin" seru
Alex, seraya menarik kolong handuk
Alvin.
"Apa apaan kamu Lex!" tegur Alvin
mendapati Alex yang tengah mengambil
hasduk yang ia pakai secara paksa.
Tanpa menjawab, Alex pun segera
mengibaskan hasduk Alvin hingga
kembali ke bentuk awal sebelum dipakai,
artinya hanya sebuah kain merah putih
berbentuk segitiga.
Dengan tanpa permisi, Alex segera
memakaikan kain hasduk tersebut sebagai
kerudung di wajah Alvin, membuat Alvin semakin kesal dan memberontak,
namun Alex terus memaksa seraya
memegang kain handuk untuk di rekatkan di leher Alvin.
"Lihat-lihat! Wajahmu sangat mirip
dengan gadis tadi vin!" seru Alex dengan
semangat.
la pun segera memberikan ponselnya,
dengan mode kamera depan, Alvin bisa
melihat wajahnya sendiri. Ia perhatikan
dengan seksama.
Benar saja apa yang dikatakan Alex,
jika begini wajahnya sangat mirip dengan
gadis bernama Luna tadi.
"Kok bisa gini ya Lex' ucap Alvin
pelan sembari mengelus pipi kanan dan
pipi kirinya.
"Jangan-jangan jodoh vin! Orang
bilang kalau wajahnya mirip berati jodoh!"
ujar Alex dengan semangat.
"Jodoh gundulmu iku!" pekik Alvin seraya menoyor kepala Alex sembari
melepas kain hasduk yang masih menjadi
kerudung di kepalanya.
"Sakit tau vin" keluh Alex memegangi
kepalanya.
"Rasain" ucap Alvin.
Keduanya terus berbincang, tak peduli
dengan siswa yang lain, sebab kini bus
yang mereka naiki banyak yang kosong,
tak seperti saat berangkat tadi, mengingat
bahwa murid yang telah gugur di babak
awal tadi sudah di pulangkan.
Sesampainya di rumah, Alvin
melihat beberapa sak berisi rosok tengah
berjajar rapi didepan rumahnya. Masing-
masing sak diberi nama pemiliknya,
membuat Alvin tersenyum dan
langsung berganti pakaian, untuk lanjut
mengambil sampah.
Usai mengambil sampah, Bintang
kembali ke rumah setelah isya, dan para
pemilik sak sak berisi rosok yang
ditinggalkan di depan rumah tadi telah
menunggu.
"Maaf pak, Bu, saya tadi pulangnya
telat" ucap Alvin.
"Gpp le, kalau emang kamu repot di
sekolah, mulai besok saya setor rosoknya
jam segini aja ya" jawab salah seorang ibu-
ibu pemulung.
"Boleh kalau ibu mau seperti itu,
dari pada nunggu saya pulang sekolah ya.
Sepertinya mending setor rosoknya jam
segini aja ya, atau tetep kayak gini juga
gapapa, sore kesini, jika langsung ketemu
saya bisa langsung timbang, kalau gak
ketemu ya sampean balik kesini di jam
segini, rosoknya taruh sini aja, biar gak
bolak balik dibawa" ujar Alvin yang segera diangguki kepala oleh 3 pemulung
lainnya.
Proses penimbangan dan transaksi
rosok pun dimulai, tak butuh waktu lama,
sebab tinggal menimbang dan menghitung
uang yang akan Alvin bayarkan untuk
mereka.
Keesokan harinya Alvin sekolah
seperti biasa, hari ini pelajaran biasa,
sebab lomba babak terakhir masih
diadakan di esok harinya.
"Ming, menurutmu mungkin nggak,
kalau aku ini punya kembaran?" tanya
Alvin tiba-tiba, membuat Mingyu
sedikit terkejut dengan pertanyaan
Alvin.
"Entahlah, mungkin saja" jawab
Mingyu asal.
"Kenapa ada gadis yang mirip banget sama aku ya Ming?" tanya Alvin lagi.
"Jodoh kali!" Jawab Mingyu asal,
persis jawaban Alex.
"Tapi aku gak ada rasa sama gadis itu
Ming, tapi dia tuh mirip banget sama aku"
keluh Alvin membuat Mingyu heran.
Tidak biasanya Alvin
membicarakan hal random seperti ini,
untung saja pergantian guru yang
mengajar tak segera datang, membuat
keduanya bisa leluasa berbicara.
"Denger ya Alvin, aku gak tahu
semirip apa gadis yang kamu temui itu,
tapi jika memang mirip banget. Bisa saja
itu memang kembaran atau saudara kamu,
mengingat kamu sendiri belum bertemu
dengan orang tua kandungmu kan, kalau
kamu tidak menganggap gadis itu seperti itu
oh, ya mungkin kalian memang mirip.
Ada kan teori yang mengatakan bahwa di
dunia ini, setidaknya ada 7 orang dengan
wajah yang mirip" jelas Mingyu dengan
sabar, membuat Alvin hanya bisa
menganggukkan kepalanya.
Alvin terus memikirkan gadis
bernama Luna kemarin, entah mengapa
dirinya merasa sangat dekat dengan gadis
tersebut, tapi ia sendiri tak bisa menami
perasaan ala yang ia alami ini.
Alvin hanya merasa dekat dan
familiar dengan Luna, meski kemarin
adalah kali pertama mereka bertemu,
seingat Alvin.
Saat istirahat, Alex tampak merapat ke
kelas Alvin. Melihat Alvin asyik
melamun membuatnya heran.
"Lapo iku Ming?" tanya Alex pada
Mingyu yang duduk di sebelah Alex.
Mingyu hanya mengedikkan bahu.
"Masih mikirin Luna?" tanya Alex
yang berhasil membuat Alvin dan
Mingyu menoleh padanya.