Shapire tanpa sengaja telah menabrak calon istri Axel hingga tiada. Karena kesalahannya Saphire terpaksa menikahi seorang mafia kejam. Pria itu menghukum Saphire dengan pernikahan yang tidak pernah ia bayangkan. Pernikahan yang membuat hari-harinya seperti di neraka.
Akankah Saphire berhasil menaklukkan hati sang Mafia? Atau ia yang akan terjerat oleh cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Axel seperti cenayang, ia memiliki insting yang kuat. Seperti saat ini tubuh Shapire gemetar ketika mendengar ucapan yang Axel lontarkan. Baru saja ia memiliki niat belum juga mencoba Axel sudah dapat membaca apa yang ada dalam benak Shapire.
Ini semua karena bisikan setan yang berasal dari sahabatnya itu, bisa-bisanya seorang Ratu Adhitama putri profesor terkemuka di rumah sakit memberi saran seperti itu.
Kalau tidak, racuni saja dia!
Ucapan Ratu dan ucapan Axel seolah kini sedang berperang dalam benak Shapire. Shapire menoleh kearah suaminya yang sejak tadi memperhatikan ia menghangatkan makanan. Ia bergegas melakukan pekerjaannya sebelum Axel kembali marah. Beberapa menit kemudian hidangan malam pun sudah tersaji di atas meja makan.
Shapire dan Axel mulai menikmati makanan mereka, tidak ada obrolan mesra seperti pasangan pada umumnya. Yang terdengar hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu, pria ini benar-benar sangat dingin. Beberapa kali bertemu dengannya Shapire belum pernah melihat seorang Axel tersenyum apalagi tertawa.
"Besok kita akan pindah ke rumah," ucap Axel dengan tatapan dingin.
Shapire hanya menjawab dengan anggukan kepala, ia malas berdebat dengan Axel. Setelah selesai menikmati makan malam mereka kembali ke dalam kamar. Sebelum mendekati tempat tidur, Axel sudah mendahului Shapire menguasai tempat tidur.
"Jangan harap kau boleh tidur satu ranjang denganku! Aku tidak Sudi menyentuhmu" kata Axel dengan sinis.
Shapire pun mengambil salah satu bantal dan berjalan menuju sofa yang berada di dalam kamar. Ia pun tidak ingin satu tempat tidur dengan pria kejam itu, Axel sengaja menambah suhu ruangan membuat Shapire merasa kedinginan.
"Bolehkah aku menurunkan suhu ruangannya?" tanya Shapire sedikit gugup.
Axel yang hendak memejamkan matanya mendengus kesal, ia menatap Shapire dengan tatapan tidak suka. Pria itu melemparkan selimut kepada Shapire, setidaknya wanita itu tidak lagi merengek karena kedinginan.
"Terima kasih," ucap Shapire terdengar sendu.
Di malam pengantin yang seharusnya malam paling bahagia, ia harus mengalami hal seperti ini. Belum 24 jam ia menjadi istri Axel namun rasanya sudah sakit sekali. Mimpi indah Shapire yang ingin membangun bahtera rumah tangga yang indah seperti dalam dongeng sirna sudah karena yang ia nikahi bukan Dino melainkan pria ini. Pria kejam yang tidak memiliki hati nurani.
Hari berikutnya, matahari terbit dengan sinar yang lembut, suara kicauan burung yang saling bercengkrama seolah memberikan semangat untuk Shapire. Shapire terbangun ketika ia merasakan kehangatan sang mentari yang masuk ke dalam kamar melalui celah jendela kamar.
Namun, tidak ada yang berubah bagi Shapire. Kehidupannya sudah tidak lagi bahagia sejak ia menikah dengan Axel Kayzhi Smith. Shapire bangkit dari sofa, ia meregangkan tubuhnya yang kesakitan. Tidur di sofa ternyata tidak enak sekali, lihatlah pria kejam itu masih asyik menikmati tidurnya yang nyaman.
"Jangan melihatku seperti itu! Cepat siapkan air hangat" titah Axel dengan mata yang masih terpejam.
Shapire bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk mengisi air dalam bathtub dengan air hangat. Ia merutuki kebodohannya yang sempat memperhatikan pria kejam itu. Pria itu seperti memiliki mana tiga mata, sudah jelas kedua mata itu terpejam tapi ia masih bisa mengetahui apabila Shapire melihat ia sejak tadi. Atau mungkin ia titisan cenayang yang selalu mengetahui apapun?
“Hoam!” Shapire menguap lebar.
Ia menutupi mulutnya dengan tangan. Semalaman ia tak dapat tidur nyenyak, pertama kali tidur di sofa membuat seluruh tubuhnya remuk. Ini baru hari pertama, masih ada hari-hari kejam berikutnya untuk Shapire selama bersama dengan Axel.
Bunyi gemericik air mengusik rungunya. Dengan mata yang terkantuk-kantuk, ia beranjak menghampiri Axel hendak memberitahu airnya sudah penuh. Namun, tanpa diduga, ternyata Axel sudah berada di depan pintu, memandang Shapire dengan tatapan dingin.
Pria itu masuk begitu saja ke dalam kamar mandi, sementara Shapire bergegas keluar dari sana. Ia dengan cepat merapikan tempat tidur, lalu menyiapkan keperluan Axel. Shapire tidak peduli Axel akan menyukainya atau tidak, yang pasti ia akan tetap melakukan tugasnya sebagai istri. Shapire tercengang ketika masuk ke dalam walk in closet, banyak pakaian Axel, sepatu dan aksesoris dominan warna hitam.
"Ini ruangan atau rumah duka? Kenapa isinya hitam semua?" gumam Shapire sambil mengambil jas, kemeja dan segala keperluan Axel.
Tiba-tiba saja sering ponsel milik Shapire menghentikan aktivitasnya, Shapire keluar dari sana untuk mengambil ponselnya, ia lalu menerima panggilan tersebut. Ternyata ada panggilan darurat dari rumah sakit, pihak rumah sakit mengetahui apabila Shapire sedang cuti. Namun saat ini rumah sakit sedang membutuhkannya, ada banyak pasien gawat darurat karena kecelakaan beruntun di jalan tol.
"Baik, aku akan ke sana!" jawab Shapire sangat yakin.
Namun, ketika Shapire hendak bersiap Axel keluar dari kamar mandi. Ia mengkerutkan keningnya ketika melihat Shapire sibuk mengambil pakaian di dalam koper miliknya. Ia pun melihat pakaian yang sudah Shapire siapkan di atas tempat tidur.
"Mau kemana kau?" tanya Axel dengan ketus.
Shapire melengos begitu saja melewati Axel, ia masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti pakaian.
Shapire berteriak dari dalam kamar mandi, "Aku harus pergi ke rumah sakit, banyak pasien gawat darurat yang membutuhkanku."
Beberapa menit kemudian Shapire keluar dari kamar mandi dalam keadaan rapi, begitu pula Axel yang sudah memakai pakaian yang ia ambil sendiri. Shapire tersenyum getir ketika melihat pakaian yang ia pilihkan tidak dipakai oleh suaminya. Ia berjalan menghampiri Shapire yang memoleskan bedak pada wajahnya.
"Untuk apa kau bekerja? Apa kau pikir aku miskin?" tanya Axel dengan nada tinggi. Pria itu bahkan kini mencengkram pergelangan tangan Shapire dengan kuat membuat Shapire menghentikan aktivitasnya.
Axel menatap Shapire dengan tatapan menyala-nyala karena marah. Sama halnya dengan Shapire menatap Axel dengan tatapan menyala, ia tetap dengan tekadnya, Axel boleh melakukan apapun kepadanya tapi tidak dengan melarangnya untuk menjadi dokter. Ini impiannya sejak kecil, ia sangat menyukai membantu orang yang membutuhkan bantuannya.
"Aku tidak peduli dengan kekayaan, aku peduli dengan nyawa manusia yang harus aku tolong. Kau boleh melakukan apapun kepadaku, tapi tidak untuk ini Axel, banyak orang yang membutuhkanku sekarang!" Kini Shapire tidak terdiam, ia bahkan menepis tangan Axel yang sempat mencengkramnya.
"Kau membuatku marah Shapire!" teriak Axel.
Ia tidak suka ada yang melawan perintahnya, namun wanita ini dengan berani melawannya. Shapire bahkan pergi begitu saja meski tanpa izin dari Axel. Ia tidak tahu apabila saat ini Shapire sudah memancing kemarahan Axel
"Tunggu hukumanmu, Shapire! Kau akan menyesal sudah melawanku." Axel mengepalkan tangannya dengan kuat karena emosi.
....
Jangan lupa like komen gaess 🤗
ettt tp othorr menganggu aja.. dasarr🙄
sapa sihh tuhh yg ketok🤔
dengarkan kata mom shapir dan kau akan tau kalau dia kesepian dan butuh teman .
kemana kata²mu yg menyakitkan dulu/Curse//Curse/
aku gak terima ya axel, kau belum minta maaf dah nyosor dan posesif aja/Right Bah!//Right Bah!/
ah enak Axel klu nyusu dari sumbernya😂😂