NovelToon NovelToon
ALVANA

ALVANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: aufalifa

"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja

🍃🍃🍃

Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.

Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?

🍃🍃🍃

"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tahun ke empat

Diusia anak-anak yang hampir semuanya sama, kini Alvan dan Ana memutuskan bahwa umur anak-anaknya berselisih satu tahun. Rey sekarang di posisi umur lima tahun, Alvarez dan Alvira berumur empat tahun, sedangkan Alan masih berumur 3 tahun.

Rey yang selaku Abang tertua harus bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya. Sekarang, dirinya sudah menginjak sekolah di taman kanak-kanak atau bisa di juluki Kelas A. Sedari masih bayi, Rey memang cukup cerdas sehingga di umurnya yang sekarang masih tergolong anak kecil pun ia mudah memahami kondisi sekitar.

Rey yang tiap hari harus berada di tengah keributan adik-adiknya yang tak pernah mau mengalah dan berusaha menenangkan jika disalah satunya ada yang menangis.

Alvan dan Ana juga sangat beruntung ada Rey di kehidupannya, si anak kecil yang mudah menerima, selalu ngalah demi kedamaian dan si paling rajin di antara saudara lainnya. Rey benar-benar sanggup menjadi seorang kakak terbaik untuk adik-adiknya.

"Uma." Ana menoleh, mendapati Rey yang berjalan ke arahnya.

"Iya sayang, ada apa?"

"Kenapa adik selalu nangis tiap hari? Apa Rey gagal jadi Abang?" tanyanya polos

Ana tersenyum. "Adik-adiknya Rey masih kecil semua, Rey ga pernah gagal menjadi Abang." ucapnya menenangkan

Alvan menyadari sesuatu di pelipis Rey yang memar, lelaki berkepala tiga itu segera menggendong Rey untuk duduk di pangkuannya. "Ini kenapa? Siapa yang buat Rey begini?" tanyanya menunjuk ke arah pelipis Rey

Rey menggeleng lemah. "Baba, tadi Alvira rebutan mainan sama Alvarez. Abang berusaha misahin mereka tapi Alvira dorong Abang sampai Abang jatuh natap kursi."

"Alvira udah minta maaf belum?" Rey menggeleng

Alvan menghela nafas panjang, Alvan akui memang diantara empat anaknya, alviralah yang paling bandel. Kalau dinasehati selalu berujung nangis dan mengira jika Alvan memarahinya. Tetapi jika ia biarkan, yang ada nanti besarnya akan semakin semena-mena.

"Alvira." panggil Alvan

Alvira yang masih bermain terpaksa menoleh dengan ekspresi kesalnya. Pasti Baba nya itu akan memarahinya karena ia tak mau meminta maaf setelah membuat kesalahan.

"Sini sayang." Ana bersuara, menyambut kedatangan putri kecilnya dengan lembut.

Mendengar senyum tulus dan lembut itu, Alvira segera berlari menuju Ana dengan senyum lebarnya. Ia merasa akan ada yang membelanya.

"Uma, Baba malah. Alvila gamau sama Baba." ucapnya merajuk, ia segera menjauhkan pandangannya pada Alvan.

"Baba ngga marah, sayang. Baba mau Alvira mengakui kesalahannya. Sekarang Uma tanya, tadi Alvira apain Abang sampai pelipis Abang memar?"

Alvira menunduk, detik berikutnya ia menangis. Bayi kecil ini memang sangat cengeng kala ada yang bertanya tentang kesalahannya atau ketika orang lagi menasehati. Membuat Alvan maupun Ana harus lebih hati-hati demi kedamaian hati putrinya.

"Abang mau lebut mainan Alvila, Uma."

Mendengar dirinya difitnah oleh sang adik, Rey segera meluruskan. "Ngga, adik. Abang tadi mau pisahin adik sama Alvarez biar ga rebutan terus."

"Ngga! Abang mau lebut mainan Alvila!" marahnya hendak meninju Rey yang ada di pangkuan Alvan, secepat kilat Alvan menghalanginya hingga tangan kekarnya yang menjadi tempat tinju Alvira. Meski tangannya kecil, tinjuan Alvira sangat kuat.

"Alvira, ngga boleh gitu." ujar Ana memperingati, ia segera menarik lengan Alvira dan membawanya menjauh dari Rey.

Sekarang, Alvira berkumpul lagi dengan Alvarez dan Alan yang tengah main bersama. Melihat kedatangan Alvira, mereka menunjukkan ekspresi tidak suka seakan takut bakal ada perusuh, walaupun aslinya juga gitu.

"Sayang, lain kali ga boleh gitu ya. Kalau Alvira merasa punya salah, jangan malu buat minta maaf. Abang pasti maafin Alvira kalau Alvira mengakui kesalahan."

Alvira memalingkan wajahnya dengan kedua tangan dilipat kedada seolah sedang merajuk dan sangat ingin di bujuk. Namun yang ada justru sebaliknya, Alvarez memaksa wajah Alvira supaya mau noleh ke arah Ana.

"Minta maaf sama Umaku." ucapnya menekan

"Ngga mau." protesnya

"Sayang..."

Belum lagi Ana membujuk, Alvira malah menampar pipinya. "Alvila ga mau, Uma."

Melihat hal itu, Alvan marah dan langsung menghampiri Alvira. Alvira gadis yang paling bandel, sudah seharusnya ia lebih tegas supaya nantinya Alvira tidak semakin semena-mena.

"Siapa yang ngajari kamu begitu?" tanyanya tegas, Alvira hanya terus menunjuk tanpa menjawab

"Siapa yang ngajari kamu begitu?" tanyanya ulang, berharap Alvira mau membuka mulut dan mencoba menjelaskan.

Lagi, Alvira tak menjawab. Membuat Alvan semakin geram di buatnya. "Kenapa diam?"

Pecah sudah tangis Alvira, ia paling takut jika Alvan sudah bersikap demikian. Ana yang tak tega pun berniat menenangkan Alvira, tetapi Alvan melarang.

"Kasian, Baba."

"Kalau terus dibiarin nanti semakin menjadi-jadi." Alvan kembali menatap Alvira yang menangis sesenggukan, "Biar apa kamu begitu? Biar keliatan keren? Pernah ngga Baba ajari kamu mukul orang apalagi orang tua?"

Disela tangis sesenggukan, Alvira menggeleng. Rey yang merasa tak tega jika Alvira terus dimarahi langsung mendekat guna menjadi tameng untuk sang adik.

"Baba, udah Baba. Adik masih kecil." ucapnya membela

Alvan tak menghiraukan ucapan Rey dan tetap menatap Alvira. Berharap jika nasehatnya akan membuat perubahan untuk Alvira kedepannya.

"Minta maaf sama Uma." perintahnya, namun Alvira masih berada di tempatnya.

Rey merangkul bahu Alvira dan menuntunnya mendekat ke arah Ana. Menghapus air mata Alvira dan menyuruhnya untuk segera meminta maaf pada Ana.

Namun nihil, Alvira tetapi diam walaupun ekspresinya menunjukkan jika ia mengakui kesalahannya. Hal itu membuat Alvan mengusap wajahnya gusar, tidak kebayang jika ia punya anak yang begitu gengsi hanya sekedar meminta maaf.

"Alvira..." ucap Alvan lembut, berharap putri kecilnya itu segera meminta maaf dan keadaan akan kembali membaik.

Alvira menoleh tapi tak ada sepatah kata apapun yang keluar dari mulutnya, Alvarez yang begitu gemas dengan tingkah laku alvira langsung maju dan menyahut lengan Alvira menghadap Uma.

"Minta maaf sama Uma!" teriaknya emosi, namun Alvira juga masih tetap diam tak membuka suara.

Keadaan semakin kurang nyaman, Ana bergerak untuk maju dan mendamaikan keadaan. "Sudah-sudah, ayo sekarang kita makan dulu. Udah waktunya makan siang."

Rey mendekat, "Adik bilang minta maaf dulu ke Uma. Nanti Abang beliin es krim deh." bisiknya mencoba merayu Alvira

Alvira tetapi diam di tempat, sedangkan Rey tak mudah menyerah untuk terus membujuk Alvira. Ia kembali mendekatkan wajahnya ke telinga Alvira. "Kalau adik mau minta maaf ke Uma, nanti Abang beliin sesuatu buat adik. Adik mau apa?"

Alvira tersenyum lalu berbisik, "Alvila mau boneka Berbie."

Rey mengangguk antusias, ia segera menuntun Alvira untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya.

"Ikuti Abang ya." ucapnya, Alvira mengangguk

"Uma..."

"Uma..."

"Adik minta maaf Uma."

"Adik minta maaf Uma."

"Adik salah."

"Adik salah."

"Adik janji."

"Adik janji."

"Ga akan nakal lagi."

"Ga akan nakal lagi."

"Sekarang cium dan peluk Uma."

Alvira mengangguk dan langsung melakukan apa yang diperintahkan Rey padanya. Ana tersenyum dan langsung menyambut pelukan dari Alvira.

"Sini sayangnya Uma." ujar Ana menciumi pipi Alvira gemas

Rey menunduk, "Maaf Uma, Abang gagal jadi Abang yang baik untuk Adik."

"Ngga kok, sayang. Abang udah jadi Abang yang terbaik buat adik." Alvira tersenyum lalu merentangkan tangannya. "Sini semua peluk Uma."

1
Bukhori
lanjut👍
Bukhori
kerennn👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!