NovelToon NovelToon
Ibu Sambung Kekasihku

Ibu Sambung Kekasihku

Status: tamat
Genre:Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:399
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tinggal di rumah?

Sehabis pulang dari tempat senam, aku langsung membersihkan kiri karena merasa lengket dengan keringat cukup banyak keluar tadi. Seperti biasa, hanya memerlukan waktu beberapa menit untuk aku melakukan kegiatan mandi.

Setelah rapih dengan pakaian rumahan, aku pun keluar dari dalam kamar dan mata ku langsung menangkap seseorang yang sedang ada di ruang televisi dengan televisi yang menyala tetapi orang tersebut malah fokus pada laptop yang ada dipangkuannya.

"Mas, TV nya kalo gak dilihatin matiin aja." Ucapku sambil berjalan ke arahnya.

"Biar rame Amira, saya biasanya kayak gitu."

"Tapi boros tau."

"Saya masih sanggup buat bayarnya." Balasnya dengan mata yang masih tertuju pada laptopnya.

"Iya-iya aku tau. Lagi ngapain? Bukannya ini hari libur?" Tanya ku heran kepadanya, karena memang yang aku tau hari ini dia libur dari kerjaannya.

"Saya lagi lihat-lihat referensi gedung pernikahan dan juga desain undangan yang tadi dikirim sama sekretaris saya."

"Oh gitu, aku juga mau lihat dong." Ucapku sambil melirik ke arah laptop yang ada di pangkuannya.

Mendengar permintaan ku itu, dia langsung mengarahkan laptop miliknya kehadapan ku agar aku dapat melihat nya. Dapat aku lihat beberapa desain undangan pernikahan disana, semuanya begitu mewah dan elegan.

"Coba kamu yang pilih, saya bingung." Mendengar hal itu aku dengan senang hati melihat satu persatu desain undangan pernikahan tersebut.

"Yang ini bagus deh Mas, kelihatan mewah gitu tapi gak terlalu rame desainnya." Ucapku sambil menunjuk salah satu desain undangan pernikahan yang ada disana, undangan tersebut didominasi oleh sentuhan warna emas yang membuatnya terlihat lebih mewah.

"Boleh juga, saya suka yang itu. Jadi, mau yang itu aja?" Tanya nya kepada ku untuk memastikan undangan pernikahan yang aku pilih.

"Iya, aku suka yang itu. Emangnya Mas mau undang berapa tamu undangan?"

"Tidak banyak, hanya beberapa kolega terdekat saya saja. Dari awal kita sudah sepakat kan buat pernikahannya tidak perlu mengundang banyak orang?"

"Iya, aku setuju."

"Baiklah, berarti untuk undangan pernikahan nya kita jadi ambil yang ini. Sekarang tinggal kita pilih gedung buat resepsi pernikahannya."

Setelah tampilan laptopnya berubah, kini menampilkan beberapa pilihan gedung untuk resepsi pernikahan.

"Kamu juga yang pilih, saya ikut pilihan kamu."

"Eumm oke." Aku pun mulai melihat-lihat kembali pilihan gedung-gedung yang nantinya akan dipakai untuk acara resepsi pernikahan aku dan juga Mas Javar.

"Kayaknya yang ini cocok deh, tempatnya gak terlalu luas, cocok buat tamu undangan yang gak terlalu banyak, biar kelihatannya tetap ramai." Ucapku sambil menunjuk salah satu pilihan gedung resepsi pernikahan yang ada di layar laptop.

"Saya ikut apa kata kamu, kalo kamu maunya yang itu nanti saya bilang ke sekretaris saya buat urus semua."

"Iya yang ini aja."

Laptop yang tadinya ada di pangkuan ku kini aku kembalikan pada pemiliknya, aku pun beranjak dari tempat dudukku bermaksud untuk mengambil cemilan yang ada di lemari dapur.

Setelah mendapatkan apa yang aku cari, aku pun kembali lagi ke ruang televisi dan kembali duduk di sofa dengan satu buah toples cemilan yang aku ambil tadi.

"Besok saya harus ke kantor, ada meeting penting." Mendengar perkataan itu aku menoleh kepadanya.

"Bagus deh, biar Mas ada kerjaan." Ucapku sambil terus mengunyah cemilan yang ada di mulutku.

"Kamu pikir selama ini saya pengangguran?"

"Iya." Jawabku seadanya karena memang selama ini Mas Javar selalu ada di apartemen seperti orang yang tidak punya kerjaan.

Dia pun menghela nafas panjang. "Terserah kamu Amira."

Mendengar itu aku hanya tersenyum geli, memang seru jika menjahili orang seperti ini.

"Setelah menikah nanti, kita pindah ke rumah saya ya." Pernyataan tiba-tiba itu tentu saja membuat aku terkejut. Tinggal di rumah nya? Rumah dia yang tentu saja ada Geovan di dalamnya.

"Tapi Mas-"

"Geovan lagi?" Perkataan ku dengan cepat dipotong oleh pertanyaan dari nya.

"Anak itu gak bakalan macam-macam Amira, lagipula nanti dia akan menjadi anak kamu juga." Lanjutnya.

Menjadi ibu sambung dari mantan pacar yang masih ada cintai benar-benar mimpi yang buruk.

"Tapi kita berdua gak tau rencana apa yang lagi dia susun dalam otaknya."

"Amira, kamu harus percaya sama saya kalo Geovan gak bakalan berani macem-macem sama kamu."

Aku hanya menghela nafas pasrah terhadap keputusannya itu, memang mau bagaimana pun saat aku sudah menikah dengan Mas Javar nanti, secara otomatis Geovan juga menjadi anak ku dan aku memang sudah seharusnya tinggal di rumah Mas Javar.

"Aku ikut kata Mas, lagipula emang udah seharusnya nanti kalo aku udah resmi jadi istri kamu, mau tidak mau harus tinggal di rumah kamu."

"Hm, kamu jangan khawatir tentang Geovan." Ucapnya dengan satu tangan yang meraih satu tanganku dan menggenggamnya.

Aku hanya mengangguk menanggapi perkataannya walaupun di dalam hati ku masih merasa ragu dengan ucapannya itu. Aku tau Geovan seperti apa, dia termasuk orang yang pendendam apalagi jika dirinya sudah sakit hati. Aku hanya bisa berdoa semoga saja Geovan tidak melakukan hal apapun padaku nanti walaupun cukup mustahil terjadi.

Kini aku kembali fokus pada televisi yang menyala di depanku, mencoba untuk melupakan pikiran-pikiran buruk yang ada di dalam otak ku.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi entah kenapa mata ku terasa sangat berat, tumben sekali aku sudah merasa kantuk di jam segini, mungkin karena tadi siang aku kelelahan habis melakukan senam jadilah aku merasa kantuk di jam segini.

Tubuhku beranjak dari sofa, saat hendak melangkahkan kaki ku kembali ke dalam kamar, sebuah tangan menahan satu tanganku.

"Mau kemana?" Ternyata yang menahan ku adalah Mas Javar sambil mengerutkan keningnya tanda kebingungan.

"Mau ke kamar, aku udah ngantuk pengen tidur."

"Tumben di jam segini kamu udah ngantuk? Biasanya saya duluan yang tidur daripada kamu."

"Aku juga gak tau, tapi kayaknya karena tadi siang aku ngelakuin banyak aktivitas deh, mangkanya ngerasa capek dan pengen istirahat sekarang."

"Ya udah, sebentar." Dia pun ikut beranjak dari duduknya dan tidak lupa untuk mematikan televisi yang tadi masih menyala.

Kami berdua berjalan beriringan masuk ke dalam kamar, sampai di dalam kamar aku langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci kaki dan juga wajah ku, malam ini aku malas untuk menggunakan rangkaian skincare, karena rasa kantuk ku yang sudah tidak tertahankan.

Setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi, aku langsung kembali ke kamar dan membaringkan diri di kasur, mencari posisi yang nyaman untukku tidur. Saat aku mulai memejamkan mata, tiba-tiba aku merasakan sentuhan di kaki ku, bukan sentuhan biasa, tapi sebuah pijitin, hal itu tentu saja membuat aku tersadar kembali.

"Mas? Ngapain?" Tanya ku pelan.

"Pijitin kamu, udah lanjut tidur lagi aja."

"Nggak usah, Mas juga tidur, besok kan harus pagi-pagi pergi ke kantor."

"Iya nanti saya tidur." Ucapnya sambil kembali memijat kaki ku.

Percuma saja aku larang, dia tidak akan menghiraukan larangan ku. Pada akhirnya aku hanya bisa pasrah menerima pijatan darinya di kaki ku dan mulai kembali memejamkan mata, bohong jika aku merasa tidak nyaman dengan pijatan yang diberikan olehnya. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk aku benar-benar masuk ke dalam alam mimpi.

_____________________________________

Jangan lupa kasih komentar dan juga ulasan buat cerita ini ya..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!