Presdir Cantik Jatuh Cinta

Alvaro terpaksa mengunyah makanannya di tengah malam, entah kenapa ucapan Benny selalu saja ia turuti walaupun pria itu tidak bersamanya. Setiap kali mendengar omelan dari sahabatnya itu, seolah olah Benny terus menatapnya tajam dan berada tepat di sampingnya.

Alvaro meletakkan sendoknya setelah berhasil memakan setengah piring makanannya. Ia segera beranjak dari tempat duduknya lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Cukup lama pria itu menikmati guyuran air hangat di tengah malam. Setelah selesai, ia pun keluar dari kamar mandinya. Mengganti pakaiannya yang lebih santai seraya mengambil laptopnya lagi menuju sofa. Tentu saja ia tak bisa tidur karena pertemuannya yang kurang menyenangkan dengan Hiroki. Masalah pekerjaan memang selalu menjadi nomor satu untuknya.

Alvaro menatap laptopnya dengan serius.

Pria itu terus membaca proposal dan juga bahan presentasi proyek yang ia ajukan tadi pada Hiroki.

"Sepertinya tidak ada yang salah dengan proposal ini. Tapi kenapa Hiroki masih mempertimbangkannya. Dana yang diajukan Jaya Kontruksi pun tidak terlalu tinggi. Sebenarnya bagian mana yang salah?" pikir Alvaro.

Alvaro melihat jam yang ada di ponselnya, tepat jam 2 dini hari namun ia masih belum bisa memejamkan matanya walaupun tubuhnya terasa lelah. Ia menghela nafas panjang seraya menghubungi sahabatnya lagi.

"Ya Tuhan... ini jam berapa di Jepang Al. Mengapa kau belum juga tidur?" hardik Benny setelah mengangkat teleponnya.

"Tak bisakah kau mengangkat teleponku dengan ucapan yang manis?"

"Ciiiih... aku sahabatmu bukan pacarmu."

"Bukankah rumor tentang kita sudah tersebar, kita itu pasangan Ben."

Benny mengumpat. "Pasangan kepalamu, ciiiih... Aku masih normal Al, kau pun tahu itu. Mungkin saja justru kau yang menyukaiku karena kau tak pernah mau bersama wanita." ejeknya.

Kali ini Alvaro yang mengumpat membuat Benny terkekeh geli.

"Apa yang sedang kau lakukan, berisitirahatlah Al, kau sudah jahat pada tubuhmu sendiri."

"Ini karena ulahmu menyuruhku makan di tengah malam, aku jadi sulit tidur. Apa yang sedang kau lakukan sekarang?"

"Tentu saja ingin makan malam, ini sudah jam 7 malam waktu di Paris. Dan yang aku tahu, orang akan mudah tertidur setelah perutnya kenyang."

"Aku bukan seperti yang lain."

"Tentu saja kau memang berbeda. Pria yang sedikit tidak normal." ejek Benny.

"Sialan..." umpat Alvaro. "Aku berkali-kali membaca proposal yang kita ajukan, aku membacanya dengan teliti. Aku rasa tidak ada yang kurang, bahkan dana yang kita tawarkan sudah dibawah standar, tapi kenapa Hiroki membuat kita menunggu?" imbuhnya.

"Ckckck... bukankah aku sudah bilang bersantailah sambil mencari tahu Al. Mengapa kau menyiksa dirimu sendiri karena masalah satu proyek ini Al? Tidak seperti biasanya kau setegang ini. Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"

"Sepertinya aku kena sial."

"Hah??? Apa maksudmu?"

"Sebelum aku terbang ke Jepang, aku bertabrakan dengan seorang wanita bar bar di bandara. Menjengkelkan sekali jika aku ingat ia berteriak seperti orang hutan yang kelaparan."

"Ya Tuhan... ucapanmu kejam sekali pada wanita Al. Jadi wanita itu yang mengganggu pikiranmu saat ini? Apakah wanita itu cantik?"

"Siapa bilang aku sedang memikirkannya, aku berbicara tentang kesialanku hari ini. Dan mana aku tahu ia cantik atau tidak, aku tidak memperhatikannya, jadi jangan berpikiran macam macam Ben. Kau membuatku semakin kesal saja." jawab Alvaro.

Benny melepaskan tawanya membuat Alvaro seketika menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Seharusnya kau lihat dulu seperti apa wanita itu, bukankah jika wanita itu cantik adalah sebuah keberuntungan bukan kesialan?"

"Berhentilah bercanda Ben. Wanita itu cantik ataupun tidak, bukan urusanku. Aku sedang serius saat ini. Ini pertama kalinya aku melakukan presentasi sendiri tapi di tolak secara tidak langsung. Aku sudah jauh jauh datang ke Jepang, tapi sikap Hiroki sangat menjengkelkan."

"Apa maksudmu ditolak? Kau seperti bukan Al yang aku kenal. Al sebelumnya selalu optimis saat melakukan pekerjaan, Al yang sekarang justru bersikap pesimis. Jika ini memang ada hubungannya dengan perusahaan Cruise, bukankah kita pernah dua kali mengalahkan mereka. Jadi optimislah sekarang, mungkin saja ini keberuntungan ketiga kita."

"Perasaanku kali ini berkata lain Ben. Sepertinya proyek Hiroki akan jatuh di tangan mereka. Aku tidak bisa ke Paris besok, aku masih ingin menemui Hiroki. Ini proyek besar Ben, bukan proyek biasa. Jadi kita harus mendapatkannya jika ingin semakin di kenal sebagai perusahaan konstruksi terbaik."

"Sepertinya ini bukan masalah proyek atau perusahaan Al, kau sedang memikirkan masalah pribadi." ucap Benny.

"Apa maksudmu?"

"Kau sedang memikirkan bagaimana penilaian ayahmu soal bisnis yang kau pegang saat ini kan? Kau selalu saja ingin membuktikan pada ayahmu, jika pilihanmu untuk membangun bisnis sendiri sudah benar. Kau ingin membuktikan bahwa kau tak perlu bantuan ayahmu. Kau ingin ayahmu mengakui bahwa kau lebih baik berbisnis sendiri bukan menjadi pewaris hotel milik keluarga Yugosa."

Ucapan Benny ada benarnya, setiap kali ia mulai mengejar suatu proyek, ia akan selalu memikirkan bagaimana penilaian ayahnya. Ia lari dari keluarga Yugosa dan lebih memilih membuka bisnis sendiri dengan sahabatnya. Ia melepaskan diri dari ahli waris hotel milik keluarga Yugosa karena ia tidak menyukai perhotelan. Dan konflik dalam keluarganya terus berlanjut hingga saat ini.

"Al... jika kau terus seperti ini. Sama saja kau tidak bisa lepas dari keluargamu. Apapun yang kau lakukan selalu saja dibayang-bayangi ayahmu." imbuh Benny.

"Aku hanya ingin papa menyerah untuk memintaku kembali Ben. Untuk itu, aku tidak ingin gagal dalam proyek apapun."

"Apa kau sudah tidak waras? Setiap pekerjaan selalu ada pasang surutnya, ada untung ruginya. Dan orang tua mana yang akan berhenti meminta anaknya kembali. Kau satu satunya penerus Yugosa."

"Jika kau terus saja membahas masalah ini, aku tidak ingin bicara lagi denganmu Ben."

"Oke baiklah, aku berhenti membicarakannya. Kau selalu saja menghindari masalah ini, jadi terserahlah apa yang ingin kau lakukan dengan ayahmu. Apa kau tahu yang sedang aku lakukan di Paris selain mengurus pekerjaan?"

"Tentu saja aku tahu. Kau sedang bermain bersama wanita wanita yang berbeda setiap saat. Itu sudah menjadi kebiasaanmu Ben."

Benny kembali tertawa. "Aku sedang menikmati masa mudaku Al. Inilah yang harus kau lakukan juga. Di kepalamu hanya ada pekerjaan saja, berhentilah membuat masa mudamu menjadi membosankan Al. Datanglah kemari, aku menunggumu untuk bersenang-senang."

"Dan aku semakin yakin tidak ingin kesana." jawab Alvaro.

"Menyebalkan sekali. Kau akan menjadi pria lajang sampai tua. Buat apa memiliki wajah tampan jika kau tidak menyukai wanita manapun."

"Kau harus menggarisbawahi kata tidak menyukai wanita manapun Ben. Aku juga normal, tapi aku tidak memikirkannya. Pekerjaan adalah kekasihku saat ini."

"Ucapanmu membuatku merinding. Baiklah, nikahi saja pekerjaanmu itu. Semoga kau bisa berbahagia bersamanya." ejek Benny.

"Berhentilah mengejekku Ben. Wanita hanya akan membuat hidupku repot saja. Kau saja yang menikmati mereka, tapi ingat Ben... jangan sampai kau menanam benihmu dimana mana, aku tak ingin memiliki ratusan ponakan dari wanita yang berbeda." ejek Alvaro balik.

"Astaga sialan... aku mengutukmu Al, suatu saat kau akan tergila gila pada satu wanita, ingat itu."

"Dan itu tidak akan pernah terjadi." jawab Alvaro seraya menutup teleponnya.

Alvaro melemparkan ponselnya sembarangan seraya kembali mengumpat. Sahabatnya tidak bisa menenangkan pikirannya. Benny justru berharap ia bisa bersenang-senang dengan banyak wanita seperti yang pria itu lakukan. Dan semua itu tidak mungkin terjadi, tidak akan ada wanita yang bisa mengikatnya dalam sebuah hubungan singkat maupun serius.

*****

Happy Reading All...