Stella yang anak konglomerat hanya berpura-pura miskin di hadapan mertuanya. Dia menikah dengan Soni,yang merupakan karyawan swasta di sebuah bank ternama yang ternyata punya Stella sendiri. Tetapi Soni tidak tahu kalau bank itu milik mertuanya.
Semenjak Stella menikah dengan Soni,mertuanya mengira dia anak orang biasa. Dan di rumah dia di suruh kerja layaknya pembantu.
Kalau ada kesalahan sedikit dia di marahin dan di maki sama ibu mertuanya sendiri. Stella dan Soni sudah empat tahun menikah dan mempunyai putri yang sangat cantik. Sebenarnya Stella sudah capek hidup di rumah mertuanya seperti di neraka. Tetapi demi anak dia bertahan sampai akhirnya dia jenuh.
Akankah rumah tangga Soni dan Stella akan bertahan. Atau Stella memutuskan untuk bercerai dari Soni?
Ini hanya ringkasan cerita saja ya. Untuk selengkapnya silahkan di baca per bab nya ya. Terima Kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Yuk kita kenalan sama keluarga Stella
Leo Susanto ayah Stella merupakan seorang konglomerat di Indonesia. Walaupun Leo bukan orang terkaya nomor satu di Indonesia tetapi Leo merupakan orang terpengaruh juga di Indonesia. Menurut majalah Forbes tahun 2024,Leo menduduki posisi ke sepuluh orang terkaya di Indonesia. Leo pemilik Bank Asia yang berpusat di Tangerang dan memiliki seratus cabang yang berada di seluruh Indonesia. Dan juga Hotel Asia bintang tiga yang berada di Jabodetabek,Bandung dan Surabaya. Sedangkan hotel di Luar Negeri berada di Malaysia,Singapura,Philipina,Shanghai dan Hongkong.
Leo memiliki istri bernama Lucy Meliani. Lucy sendiri selain ibu rumah tangga,dia memiliki usaha sendiri. Lucy membuka toko kue yang berada di Tangerang dan Jakarta.
Leo mempunyai tiga anak yaitu Stella Susanto,Johan Susanto dan Rico Susanto.
Kedua anaknya sudah menikah dan anak bungsunya yaitu Rico yang belum menikah.
Untuk Stella sudah menikah dengan Soni (ada di bab satu ya).
Untuk Johan juga sudah menikah dan punya dua anak. Istri Johan bernama Angeline biasa di panggil Elin. Angeline wanita yang sangat sombong. Padahal pekerjaannya hanyalah seorang guru TK di sekolah kristen.
Angeline hanyalah anak keluarga yang sederhana. Semenjak dia menikah dengan adik Stella dan menjadi menantu keluarga konglomerat,di situ sifat asli Angeline terkuak. Sombong,suka meremehkan orang lain dan suka sekali dengan yang namanya pencitraan.
Lucy pun sebenarnya tidak terlalu merestui pernikahan Johan dan Angeline. Di karenakan untuk kebahagiaan anaknya akhirnya dengan terpaksa Lucy merestui juga dengan syarat mereka tidak boleh tinggal satu rumah dengan Leo dan Lucy.
Leo memberikan rumah kepada Johan dan Angeline di sebuah perumahan kompleks mewah dan sebuah mobil walaupun bukan mobil mewah. Walaupun nggak semewah rumah orang tuanya tetapi cukup untuk tempat tinggal mereka yang memiliki empat kamar tidur. Untuk pembantu,Lucy mencarinya melalui yayasan. Pembantu dari yayasan yang baru di pekerjakan di rumah Lucy. Sedangkan pembantu yang lama dipekerjakan di rumah Johan sambil memata-matai si Angeline.
Sebenarnya Johan dan Angeline di rumah sudah jarang berkomunikasi. Bahkan tanpa diketahui Leo dan Lucy,Johan dan Angeline sudah pisah ranjang. Mereka di rumah tidur di kamar yang berbeda. Angeline tidur di kamar utama sedangkan Johan tidur di kamar tamu yang berada di lantai bawah.
Johan sudah tidak tahan dengan Angeline yang suka marah dan jarang pulang. Dia selalu sibuk dengan teman-temannya. Sebenarnya Angeline iri dengan kedua saudara Johan yaitu Stella dan Rico. Rico diberi jabatan CEO di Bank Asia. Stella diberi jabatan CEO di Hotel Asia. Tetapi Stella belum mengambil jabatan tersebut karena keburu menikah dengan Soni. Sedangkan Johan hanya dijadikan General Manager (GM) di Hotel Asia. Dan Angeline tidak suka dengan Leo yang dianggap pilih kasih.
Leo sengaja memberikan Johan jabatan sebagai GM dikarenakan Leo dan Lucy tahu kalau Angeline hanya ingin menguasai segalanya baik keadaan di rumah maupun keuangan. Dia mengira kalau dia masuk ke keluarga konglomerat kehidupan dia bisa berubah drastis dan bisa menguasai suaminya. Ternyata Angeline salah. Orang tua Johan jauh lebih licik dibanding Angeline.
Itulah kisah tentang keluarga Stella. Sekarang kita lanjutkan tentang kehidupan Stella yang sekarang ya.
Hari sudah sore. Awan di siang hari yang berwarna putih berubah menjadi jingga dan angin sepoi-sepoi selalu membawa ketenangan. Lucy duduk di gazebo bersama Stella. Sedangkan Celia lagi berenang bersama sepupu-sepupunya. Tadi pas Cherry dan Evan pulang sekolah mereka sudah berkenalan. Evan dan Cherry sangat antusias menyambut Celia. Dan sekarang di sinilah mereka bertiga berenang bersama.
"Nak,apa kamu tidak ada rencana menggugat Soni?",tanya Lucy.
"Sebelum pulang ke sini,Stella sudah menggugat cerai Soni,mi. Soni memang bisa dibilang suami yang setia dan pengertian. Cuma yang paling Stella kurang suka karena Soni kurang tegas kepada mamanya."
"Ya sudah jika itu memang keputusanmu. Mami hanya bertanya. Mami sich dari awal tidak suka dengan ibu mertuamu. Kelihatan sok ngatur dan gila hormat. Makanya itu kenapa mami tidak setuju kamu menikah dengan Soni."
"Kalau mami lihat Soni tipe orang yang gimana,mi."
"Mami tidak pernah bertemu dengan Soni. Tapi kalau mami mendengar dari Rico soal pekerjaan,dia tipe pekerja keras. Dan mami dengar dari tantemu dia juga anak yang sopan. Tantemu saja tidak suka dengan ibu mertuamu. Dia bilang ibu mertuamu suka meremehkan orang yang tidak mampu."
"Iya mi. Itulah sifat ibu mertuaku. Makanya Stella tidak sanggup lagi tinggal di sana dan langsung pulang ke sini."
"Ya sudah. Kamu jalan-jalan saja. Besok kamu akan menggantikan papi mu menjadi CEO di hotel Asia. Seharusnya kamu sudah bekerja di hotel. Tetapi karena kamu menikah dan statusmu di sembunyikan jadinya papimu tidak bisa istirahat. Besok papi mu akan pensiun. Jadi kamu harus masuk kantor."
"Papi sudah tahu ya mi kalau Stella sudah pulang ke sini."
"Tahu. Kemarin mami kasih tau papi. Dan papi senang kalau kamu kembali lagi ke sini."
"Celia,ayo udahan. Sudah semakin sore ini. Nanti kamu sakit kalo kelamaan berenang",omel Stella.
"Iya ma. Bental lagi Celia naik."
"Mama kasih lima menit lagi habis itu naik ya."
"Baik,ma."
Matahari sudah tenggelam. Bertanda hari sudah menjelang malam.
Lucy,Stella,Cherry,Evan dan Celia sudah masuk ke dalam rumah. Cherry,Evan dan Celia sudah bersih-bersih. Sekarang mereka lagi di ruang makan sambil menunggu makan malam.
Sedangkan Lucy dan Stella berada di dapur sambil menyiapkan makan malam.
"Mi,papi belum pulang ya",tanya Stella.
"Paling sebentar lagi papi pulang",jawab Lucy.
Baru saja dibicarakan oleh Lucy dan Stella tiba-tiba Leo,papi Stella dan Johan,adik Stella pulang.
di saat Leo masuk ke dalam rumah tepatnya di ruang santai terlihat sepi. Padahal waktu baru menunjukkan pukul 17.50 wib.
"Kemana yang lain? Biasanya sebelum makan malam mereka kumpul di ruang tengah",tanya Leo pada dirinya sendiri.
"Grandpa pulang",teriak Leo.
"Kita ada di ruang makan grandpa",teriak Evan.
Leo melangkahkan kakinya ke ruang makan.
"Ternyata cucu grandpa ada di ruang makan. Tumben ada di sini. Biasanya ada di ruang tengah."
"Kita lagi makan kue grandpa. Grandma sama onty Stella membuat kue untuk kami",jawab Cherry.
Leo tertegun mendengar nama Stella.
Di saat Leo mau melangkahkan kakinya ke dapur tidak sengaja melihat anak kecil berumur tiga tahunan.
"Siapa anak cantik ini. Gemes banget",tanya Leo kepada Cherry dan Evan.
"Dia anak onty Stella grandpa. Namanya Celia",jawab Evan.
Baru saja Leo mendekati Celia tiba-tiba terdengar panggilan dari Lucy.
"Eh papi ternyata sudah pulang. Papi bersih-bersih dulu ya",tegur Lucy.
Sedangkan Stella dibelakang Lucy terdiam. Matanya berkaca-kaca melihat sang papi.
Mau memanggil serasa tenggorokan tercekat. Tetapi mau tidak mau Stella memanggil sang papi.
"Papi.."panggil Stella dengan pelan.
Walaupun pelan tapi semua orang yang ada di sana bisa mendengarnya.
"Putriku..kamu sudah pulang nak",ucap Leo dengan lirih.
Stella menghampiri sang papi dan memeluknya dengan erat.
"Papi..Stella kangen...hiks...hiks..."
"Papi juga kangen,nak. Jangan pergi lagi ya."
Stella mengangguk walaupun masih berada di pelukan sang papi.