Istri penurut diabaikan, berubah badas bikin cemburu.
Rayno, pria yang terkenal dingin menikahi gadis yang tak pernah ia cintai. Vexia.
Di balik sikap dinginnya, tersembunyi sumpah lama yang tak pernah ia langgar. Ia hanya akan mencintai gadis yang pernah menyelamatkan hidupnya.
Namun ketika seorang wanita bernama Bilqis mengaku sebagai gadis itu, hati Rayno justru menolak mencintainya.
Sementara Vexia perlahan sadar, cinta yang ia pertahankan mungkin hanyalah luka yang tertunda.
Ia, istri yang dulu lembut dan penurut, kini berubah menjadi wanita Badas. Berani, tajam, dan tak lagi menunduk pada siapa pun.
Entah mengapa, perubahan itu justru membuat Rayno tak bisa berpaling darinya.
Dan saat kebenaran yang mengguncang terungkap, akankah pernikahan mereka tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Mau Roti Sobek
Pria yang tak lain adalah manager klub tersenyum sopan.
“Maaf, saya dengar sedikit. Yang disampaikan Nona ini benar. Absinthe memang langka dan kami menyimpannya di ruang khusus.”
Rombongan divisi itu serempak menatap Vexia.
Vega tercekat, wajahnya memerah.
“Jarang tamu tahu perbedaan kadar alkohol sejelas itu, Nona,” lanjut sang manager sopan. “Kalau butuh rekomendasi, saya bisa bantu.”
“Terima kasih,” jawab Vexia dengan senyum kecil. “Tapi malam ini, saya pilih yang tenang. Mocktail dingin saja.”
Manager itu menunduk hormat sebelum pergi.
Setelah minuman dipesan, bisik-bisik kecil langsung terdengar dari beberapa rekan Vexia.
“Dia kok tahu banget, ya?”
“Dulu katanya gadis desa, tapi kayaknya bukan deh.”
“Gila, keren sih. Tapi misterius banget.”
Vexia hanya diam. Tatapannya terarah pada lantai dansa yang mulai ramai.
Lampu biru berpendar, menari di matanya. Dingin, tapi menawan.
Di seberang, Vega menatapnya diam-diam, rahangnya menegang.
“Malam ini baru dimulai, Vexia,” gumamnya lirih. “Jangan pikir lo bisa terus bersinar.”
Tak jauh dari sana, di sudut ruangan yang remang, Dani menatap pemandangan itu sambil memutar gelas di tangannya.
Lampu neon memantul di cairan amber minumannya, dentuman musik berganti ritme setiap beberapa menit. Cukup keras untuk mengguncang dada, tapi tak sampai menenggelamkan suara-suara tawa di sekitarnya.
Vega mencondongkan tubuh, suaranya setengah mengejek.
“Vexia, udah dandan kayak gitu masa cuma duduk di sini? Gimana kalau kita ke lantai dansa?”
Nada tantangannya jelas.
Hana langsung menyambar, antusias.
“Ayo, Xi! Rame-rame pasti seru!”
Yang lain ikut bersorak.
Akhirnya, Vexia berdiri. Jaket hitamnya berkilau lembut di bawah lampu strobo, langkahnya mantap menuruni tangga menuju lantai dansa.
Musik menggema. Tubuh-tubuh bergerak.
Dan ketika Vexia mulai menari, semua mata tertuju padanya.
Gerakannya halus, ritmis, elegan tapi memikat. Dalam sekejap, beberapa pemuda mendekat, terpesona oleh kecantikan dan auranya.
Vega yang tadinya yakin bisa mempermalukan Vexia, justru terdiam. Matanya membulat, rahangnya kaku.
Hana menatap teman kantornya dengan kagum.
“Gila… Xi bisa nari gitu?”
Sementara itu, Dani hanya bisa menggeleng pelan dari kejauhan. Senyum geli muncul di sudut bibirnya.
“Bu bos… beneran di luar dugaan.”
Di meja bartender, seorang pria menatap ke arah lantai dansa. Sorot matanya mengikuti setiap gerak Vexia.
Sudut bibirnya terangkat perlahan. Senyum yang samar, tapi berbahaya.
Setelah puas menari, Vexia dan rekan-rekannya pindah ke sofa dekat lantai dansa. Tawa masih terdengar di meja mereka ketika musik berganti ritme lebih pelan.
Hana meneguk minumannya, lalu berseru riang,
“Di klub malam elit gini, host-nya pasti tampan-tampan banget, 'kan?”
Hani langsung menimpali dengan semangat,
“Iya dong, masa nggak?!”
Bira dan staf pria lainnya hanya tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan.
Vega melirik sinis, mengangkat alis.
“Gak usah mimpi. Kalian gak bakal mampu bayar.”
Vexia melirik Vega sekilas. Datar, tapi cukup untuk membuat Vega menegakkan punggung.
Lalu, ia menatap Hana dan Hani.
“Kalian suka host yang kayak gimana?”
Hana langsung bersinar.
“Yang tampan! Yang perutnya kayak roti sobek!” serunya, membuat beberapa staf wanita lain tertawa keras.
Vexia tersenyum tipis.
Ia menoleh ke arah seorang pelayan yang lewat.
“Tolong panggilkan tiga host paling tampan di sini. Yang perutnya sixpack.”
Pelayan itu menahan senyum, menunduk sopan, lalu pergi.
Bira dan para staf pria spontan membulatkan mata.
“Xia, lo serius?” tanya Bira tak percaya.
“Serius,” jawab Vexia santai, memutar gelasnya tanpa beban.
Vega mencondongkan tubuh, nada suaranya sinis.
“Kalau gak mampu bayar, jangan minta sokongan buat bayar, ya. Lo pikir mereka murah?”
Vexia menatapnya. Sekilas, senyum kecil muncul di bibirnya.
“Tenang aja. Kalau duit gue kurang, gue yang tanggung. Kalian boleh pulang duluan.”
Hana langsung berseru,
“Tenang, Xi! Kalau kurang, gue bantu!”
Hani ikut mengangkat gelasnya.
“Gue juga! Sekali-sekali buang duit buat senang-senang gak apa-apa!”
Sorak tawa pun pecah di meja itu.
Staf wanita bersorak antusias, sementara Bira dan staf pria yang lain hanya bisa saling pandang, lalu menghela napas panjang, kehabisan kata.
Musik berganti ritme. Lampu strobo berpendar lembut di wajah Vexia. Ia tersenyum samar, namun matanya tak sepenuhnya tertawa.
Ada sesuatu yang berkilat di sana. Dingin, elegan, dan sedikit berbahaya.
Sementara itu, di sisi lain klub malam, pintu kaca tebal perlahan terbuka.
Langkah sepatu kulit menjejak masuk. Tegas. Mantap dan berwibawa.
Aroma parfum maskulin langsung berbaur dengan udara penuh alkohol dan asap rokok.
Rayno.
Ia berdiri sejenak di ambang pintu, menatap ruangan luas penuh keramaian.
Musik berdentum, lampu berganti warna, tapi tatapannya dingin dan fokus.
Ia berjalan menuju bar di sisi kanan. Kemeja hitam yang digulung hingga ke siku menampilkan otot lengannya. Kontras dengan cahaya ungu kebiruan yang menari di dinding kaca.
Beberapa wanita refleks menoleh. Tapi Rayno tak memerhatikan. Ia terlalu tenang, terlalu dingin, terlalu gagah untuk tempat sekeras itu.
Dani, yang duduk tak jauh dari bar, nyaris tersedak minumannya saat melihat siapa yang baru masuk.
“Astaga…” gumamnya pelan, menunduk spontan di balik gelas.
Matanya membulat, menatap diam-diam lewat pantulan cermin bar.
Tuan Rayno.
Di sini. Di klub yang sama. Dadanya langsung berdebar.
"Apakah… apakah Tuan tahu istrinya ada di sini juga?"
Dani meneguk ludah, antara panik dan penasaran. Tangannya refleks meraih ponsel, lalu menahan diri.
"Tidak. Jangan cari mati."
Ia hanya bisa menatap dari jauh, menunggu sesuatu yang bahkan tak berani ia bayangkan terjadi.
Di sisi lain ruangan, Vexia tertawa pelan di tengah teman-temannya.
Gelak tawanya tenggelam di antara dentuman musik dan cahaya strobo.
Ia tampak hidup, tapi matanya memantulkan sesuatu yang lain. Kilatan kosong yang hanya Rayno bisa pahami jika melihatnya.
Namun di sisi lain, seorang pria menatap Vexia tanpa berkedip.
Yovie.
Dan langkah Rayno berhenti tepat di sampingnya, membuatnya menoleh.
“Hai, Bro! Udah lama gak jumpa!” seru Yovie sambil mengangkat gelasnya.
Rayno menoleh. Yovie, sahabat lamanya, duduk santai dengan setelan kasual berkelas dan segelas sampanye di tangan.
Rayno menarik kursi di sebelahnya dan duduk.
“Kapan lo balik?” tanyanya datar, tapi nadanya masih menyiratkan keakraban.
“Baru tadi. Pas gue telepon lo itu, gue baru keluar dari bandara,” jawab Yovie, meneguk minumannya pelan.
Rayno memberi isyarat pada bartender. “Cocktail.”
Sang bartender mengangguk, segera menyiapkan pesanan.
Yovie menatap wajah sahabatnya dengan pandangan tajam. “Muka lo kusut banget, Bro. Gue denger perusahaan lo baik-baik aja. Jadi, apa karena cewek itu lagi? Cewek masa lalu lo? Udah ketemu?”
Rayno menghela napas kasar, bahunya turun berat.
“Gue udah kerahkan semua cara. Tapi belum nemu.”
Ia meraih gelas cocktail yang baru diletakkan di depannya dan meneguknya perlahan.
Yovie bersandar di kursi, mengamati. “Bro, mending lo buka hati buat cewek lain. Jangan terus nunggu yang gak pasti. Hidup lo berhenti di situ-situ aja.”
Rayno menatap isi gelasnya, memutar cairan di dalamnya.
“Gue udah sumpah bakal nikahin dia.”
Mata Yovie menatap lurus, tanpa senyum kali ini.
“Udah sembilan tahun, Ray. Sembilan tahun. Gimana kalau cewek itu udah nikah? Lagian... balas budi juga gak harus lo wujudin lewat pernikahan. Masih banyak cara lain.”
Rayno diam. Rahangnya mengeras. Musik di sekeliling mereka seakan memudar.
Yovie melanjutkan pelan, nadanya lebih lembut.
“Gue cuma takut lo kecewa, Bro. Kadang orang yang kita cari udah berubah. Atau kita yang berubah. Gimana kalau pas lo nemuin dia nanti... lo gak bisa cinta? Atau dia bukan orang yang sama lagi? Lo mau tetap nikah cuma karena janji masa lalu?”
Rayno menggenggam gelasnya erat, sampai buku-buku jarinya memutih.
Matanya menatap kosong ke arah minuman di depannya. Tapi pikirannya tidak di sana.
Vexia.
Wajah itu muncul di benaknya. Tatapannya. Senyumnya.
Gadis itu, yang pelan-pelan mengisi ruang kosong dalam dirinya tanpa ia sadari.
...🌸❤️🌸...
Next chapter...
Vexia membeku. Ia mengenali suara itu.
Pelan, kepalanya menoleh. Separuh terkejut, separuh tidak percaya.
To be continued
Vega masih cari gara-gara maunya - dasar muka badak hati culas.
Nah..nah...nah...Rayno ke club yang sama dengan istrinya 😄.
Dani kaget wooooy.
Yovie teman Rayno ternyata tahu juga tentang masa lalu Rayno.
Masih mengharap gadis di masa lalunya - tapi pikiran dan hati tak bisa dipungkiri - Vexia menari-nari dibenaknya. Dasar Rayno o'on 🤭😄
Nah lo istri pergi gak pamit - rasain Rayno.
Sampai sepuluh kali Rayno menghubungi istrinya baru diangkat.
Dani jiwa kepo-nya kambuh lagi - tertarik melihat Vexia di tempat hiburan malam.
Vexia pergi mentraktir karyawan satu divisi di tempat hiburan malam paling mewah di kotanya.
Nova ikut ya - tak tahu malu ini orang - suka sirik terhadap Vexia - ee ikut bergabung. Ngomong gak enak di dengar pula.
Vexia hafal berbagai macam minuman - Vega semakin menjadi siriknya.
Jangan-jangan Rayno juga ke tempat yang sama dengan Vexia.
kira2 apa mereka saling menyapa pas ketemu.atau pura2 gak liat..harus banget nunggu ya thor...gak bisa sekarang aja apa? baiklah bakalan sabar menunggu, tapi gpl lho
hayo siapa tuh yang panggil vexia rayno atau cowok lainnya
Apa Vexia akan dikasih hukuman oleh Rayno atw malah Rayno yang dihukum Vexia dengan tidak disapa & tidak kenal yang namanya Rayno alias dicuekin 😛