NovelToon NovelToon
Penguasa Diamond Amber.

Penguasa Diamond Amber.

Status: tamat
Genre:Dunia Lain / Kutukan / Dendam Kesumat / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita / Ruang Ajaib / Tamat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: NATALIA SITINJAK

Berkisah tentang seseorang yang terkena kutukan 'Tanpa Akhir' di kehidupan pertamanya. Pada kehidupan ke 2020 nya, sang Trasmigrator yang sudah tidak tahan lagi dengan kutukannya, memohon kepada Tuhan untuk membiarkannya mati.

Akan tetapi, seolah Kutukan Tanpa Akhir' menertawakannya. Sang Trasmigrator yang mengira kehidupan ke 2020 nya ini adalah yang terakhir. Sekali lagi jiwanya terbangun didalam tubuh orang lain. Kali ini adalah kehidupan seorang Nona Muda Bangsawan manja bernama Rihana Ariedny yang meninggal karena keracunan.

Sang Trasmigrator yang berhenti mengharapkan 'Kematian' memutuskan untuk menghibur dirinya dengan memulai kehidupan baru yang damai di sebuah wilayah terpinggirkan bernama Diamond Amber.

Namun siapa sangka banyak masalah mulai muncul setelahnya. Musuh bebuyutan dari banyak kehidupannya, sesama Transmigrator, yang baru saja ia temui setelah sekian lama malah ingin menghancurkan dunianya.

Yuuk ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NATALIA SITINJAK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

P. D. A

"Aku akan mencabik-cabik pelacur itu... Aku akan mengulitinya dengan pisauku, dasar penghianat, penghianat keparat, aku akan menghabisi mereka semua," gumamnya.

"...."

Menyeringai.

"KAU...!!!"

"Sampai jumpa saudara." Setelah mereka meninggalkan balai kota, aku kembali melihat prosesi hukuman yang ternyata sudah berakhir.

Sial, aku melewatkan adegan terakhir, gerutu batinku.

****

Pada malam hari, tepatnya setelah para terdakwa selesai mendapat pengobatan. Aku mengunjungi mereka di penjara bawah tanah kerajaan.

Para penjaga yang menuntunku berhenti tepat di lorong ke 5 yang gelap dan lantainya lembab, pencahayaan yang ada di sana hanya beberapa batang obor yang di pasang berjarak setiap 6 meter dari jarak 3 sel tahanan.

"Tempat ini bagus."

Mendengar perkataanku, penjaga di sebelah kanan sedikit tersentak.

"Apa? kan memang seperti itu."

Kedua penjaga hanya diam, mereka mengabaikan aku yang terus mengoceh sampai tiba di depan sel tahanan.

Ternyata, sel tahanan wilayah Ariedny di buat berdekatan satu sama lain. Sel mereka terbuka, hanya di batasi oleh pagar besi tipis yang membuat para dapat saling bertatapan langsung.

"Bisakah kalian meninggalkan kami."

Mengangguk. Kedua penjaga tahanan mengangguk lalu memberi jarak, mereka berada pada jarak yang cukup jauh tapi masih bisa memantau ku.

Karena tidak ingin orang lain mendengar percakapan kami, aku mengeluarkan sebuah item sihir kecil dadi ruang penyimpanan ajaibku dan mengaktifkannya. Begitu item sihir aktif, sihir kedap suara serta sihir ilusi mulai menghalangi pandangan dan pendengaran para penjaga.

"Oh ya ampun...."

Aku mulai berbicara pada Pemimpin wilayah Ariedny yang berada di sudut tempat tidurnya.

Aku melihat dia duduk dengan kain tipis menyelimuti tubuhnya seperti halnya tahanan lain dari wilayah Ariedny. Pihak kerajaan benar-benar tidak pilih kasih.

"Pemimpin wilayah Ariedny serta orang-orang wilayahnya hebat-hebat yah.... Kalian di pukul mengunakan cambuk selama tiga jam dan masih hidup, betapa kuatnya tubuh kalian."

Dengan santai aku duduk di atas lantai yang lembab di luar sel tahanan, menatap langsung kearah Erikson yang sekarang sudah menatapku.

"Benar, lihat aku. Aku lebih suka lawan bicaraku menatap mataku lang-."

"KOTORAN."

"Perkataanmu menyakitkan Ayah."

"Persetan denganmu!."

"Tsk Tsk Tsk.... Ternyata mulut itu masih memiliki tenaga untuk berbicara kot-."

"Dasar penghianat "

Aku mendengar perkataan lain dari sebelah sel tahanan yang merupakan milik kepala keuangan wilayah Ariedny. "Anda tega sekali..."

Tubuhnya yang bergetar membuat suaranya juga bergetar, nampaknya tingkat ke tahanan tubuh mereka berbeda, sehingga aku bisa melihat perbedaan nyata dari kondisi fisik mereka.

"Anda.... Anda!!!."

"Yah?."

"Kejam."

Aku tersenyum.

"Benar, aku kejam... Tapi, aku tidak ingin dengar itu dari mulut orang yang ingin menghancurkan hidupku."

"Apa yang kau inginkan sebenarnya," tanya penguasa wilayah Ariedny.

"Tidak ada, sejak awal aku tidak menginginkan apa-apa dari kalian."

"Tidak ada?," salah satu orang yang ikut di tahan mulai masuk dalam percakapan kami.

"Anda tidak mengharapkan apapun tapi lihatlah APA YANG ANDA LAKUKAN KEPADA KAMI!!!," orang itu mulai berteriak marah.

"Tenagamu masih ada ternyata."

"Apa menurutmu situasi ini adalah lucu Rihana?."

"Tentu saja, ini lucu sehingga aku ingin tertawa. Beberapa hal paling menyenangkan di dunia adalah menyaksikan orang yang menusuk ku dari belakang mendapatkan karmanya."

"Ha- hahaha...." Wajah Erikson terlihat kusut, dia putus asa, rasa sakit di wajahnya terlihat menguras umurnya saat tertawa. "Seharusnya aku membunuhmu saja dari pada menyiapkan hal bodoh ini."

"Well... Kebodohanmu pada akhirnya membunuhmu, siapa suruh membuat skema licik pada orang yang jauh lebih licik darimu."

Siapa suruh membuat skema licik pada orang yang jauh lebih licik darimu."

"KAU!." Erikson mengeram, tubuhnya secara naluri menerjang kedepan, walau tubuhnya segera terjatuh dan menghantamkan wajahnya di lantai.

"Hahaha.... Dasar bodoh."

Aku sangat menikmati pemandangan itu, bahkan aku juga menikmati ekspresi marah dari tahanan di sebelah yang menatapku dalam kemarahan.

"Hahh...," sejenak aku menghela nafas, lalu berkata. "Mau aku beritahu sebuah rahasia? Mau kan? Kan?, baiklah aku anggap kalian mau."

"Apa-."

"Sebenarnya akulah yang menganti dokumen kepemilikan tanah yang asli dengan yang palsu."

Begitu aku mengatakannya dengan suara bisik, mata mereka terbuka lebar seperti akan keluar. Mereka begitu terkejut, membuat nafas mereka tertahan untuk sesaat.

"AP-."

Air mata jatuh dari kelopak mata bawahan Erikson, mereka menangis tanpa sadar. Erikson Ariedny yang menerima fakta itu tubuhnya menegang, membuat rasa sakit di tubuhnya semakin bertambah.

Dia mulai menjerit. "A.... AAAAA- KAU- KAU-!"

"AHAHAHAH.... Oh Ya Ampun! Ya Ampun!!!, Ekspresi Itu...."

Dalam penjara bawah tanah yang sunyi, aku tertawa terbahak-bahak seperti seorang maniak gila yang menikmati rasa sakit seseorang.

Aku sangat menikmati bagaimana mereka menderita di bawah tekanan mental dari kenyataan yang aku ucapkan.

"Bagaimana rasanya di bodohi oleh orang yang seharusnya kalian tipu? Apakah itu enak? Apakah kalian merasa puas?."

Aku hanya menyaksikan mereka bergetar, ada yang sudah pingsan sedangkan yang lain ketakutan. Erikson bernafas berat, air matanya telah bercampur dengan ludah di lantai dingin penjara.

"Kau kau ...AAAARG-," dia mulai menjerit, sepertinya rasa sakit mental yang kuberikan jauh lebih menyakitkan daripada rasa sakit pukulan cambuk tiga jam yang di deritanya.

"... Sakit bukan. Kira-kira kemungkinan seperti itulah aku akan menjerit jika rencana kalian berjalan sempurna."

Aku merendahkan suaraku seolah diriku merasa kesakitan. Sebagian sisi yang belum sepenuhnya aku kuasai merasakan hal yang tidak seharusnya aku rasakan. Mungkin begitulah dia menjerit.

Tanpa sadar aku menyentuh bagian hatiku yang terasa nyeri. Sudah lama aku tidak merasakan sensasi ini setelah hidup berulang-ulang.

Bahkan aku yang mati rasa sejak lama merasa bersimpati pada mantan pemilik tubuh ini jika hal yang di inginkan sampai Erikson tercapai.

"Tidak perduli seberapa bencinya kau dengan anakmu ini, sebagai seorang Ayah, anda seharusnya membunuh dia dengan tanganmu dari pada membuatnya hidup dalam malu di depan publik."

"AAAARG... HAAA...." Erikson tampaknya tidak terlalu mendengar ku karena dia sibuk berguling-guling diatas ludahnya.

"Bodoh, hahh.... Sepertinya aku sudah selesai di sini."

Menjentikkan jari.

Begitu jariku berbunyi, sihir ilusi menghilang, sekarang adalah gambaran nyata. Kembali aku mengambil item sihir berbentuk pin kecil dari atas lantai lalu memasukkannya lagi kedalam sub ruang dimensi.

Para penjaga yang melihatku terlihat menunjukan kekhawatiran, ilusi yang kuberikan pada mereka tergambar seperti seorang putri yang mendapat kecaman dari Ayah yang jahat, kira-kira begitulah mata mereka melihat. Oleh sebab itu, cara mereka melihatku pun sedikit melunak.

"Nampaknya percakapan anda tidak menyenangkan."

"Yah, begitulah."

Aku memperbaiki bajuku lalu berjalan di depan duluan, tanpa melihat kebelakang. Ah... Aku masih harus melihat Raygal dan nyonya Ariedny setelah ini... Sial, aku sibuk sekali.... Kira-kira bagaimana kabar Wilayahku hari ini?.

Bibir dan keningku mulai mengkerut, memikirkan tumpukan dokumen baru yang aku minta siapkan oleh orang-orang di Diamond Amber, sudah membuat kepalaku pening.

Aku tidak suka mengerjakan dokumen, apa lagi dokumen dana, itu penuh dengan matematika, walau aku pernah hidup sebagai ahli matematika.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!