Camelia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam satu malam.
Hanya karena hutang besar sang ayah, ia dipaksa menjadi “tebusan hidup” bagi Nerios—seorang CEO muda dingin, cerdas, namun menyimpan obsesi lama padanya sejak SMA.
Bagi Nerios, Camelia bukan sekadar gadis biasa. Ia adalah mimpi yang tak pernah bisa ia genggam, sosok yang terus menghantuinya hingga dewasa. Dan ketika kesempatan itu datang, Nerios tidak ragu menjadikannya milik pribadi, meski dengan cara yang paling kejam.
Namun, di balik dinding dingin kantor megah dan malam-malam penuh belenggu, hubungan mereka berubah. Camelia mulai mengenal sisi lain Nerios—sisi seorang pria yang rapuh, terikat masa lalu, dan perlahan membuat hatinya bimbang.
Apakah ini cinta… atau hanya obsesi yang akan menghancurkan mereka berdua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biebell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 — Sheryl, Sekretaris Lama
"Sheryl!"
Mata Nerios terbelalak ketika melihat Camelia terdorong ke depan. Tanpa pikir panjang, pria itu langsung menghampiri dan meraih tubuhnya dengan panik.
Tangan kokohnya melingkari pinggang Camelia, menariknya erat seolah tak ingin wanita itu jatuh atau disentuh siapa pun. Posesif.
"Kamu nggak kenapa-napa, kan?" suara Nerios terdengar lebih lembut dari biasanya, tapi sorot matanya penuh kecemasan.
Camelia, yang masih terkejut, justru menatapnya tajam. Tangannya menepiskan genggaman pria itu dengan kesal. "Lepaskan aku, Nerios!"
Nerios bergeming, matanya berubah datar, dan menatap dingin Sheryl. "Dimana sopan santunmu, hah?!" sentaknya, nada suaranya bergetar penuh ancaman.
Sheryl, yang berdiri di depan mereka, mendengus kesal. Ia menatap tajam Camelia yang masih berusaha melepaskan diri dari dekapan Nerios. Dengan lantang, ia menunjuk wajah wanita itu.
"Apa maksud Anda mengganti saya dengan perempuan itu?!" suara Sheryl meninggi, penuh amarah dan rasa tidak terima.
Camelia terkejut sekaligus tidak nyaman. "Cepat lepaskan aku!" bentaknya sekali lagi, tubuhnya memberontak kecil. Tapi cengkraman Nerios justru semakin erat, membuat pinggangnya nyeri.
"Diam, Camelia!" Nerios menunduk, suaranya serak dan menekan. "Jangan melawan aku di depan orang lain."
Camelia mendecak kesal, akhirnya menyerah dan berhenti meronta, meski napasnya memburu karena rasa kesal.
Kini sorot tajam Nerios beralih ke Sheryl. "Bukankah Rayhan sudah menjelaskan semuanya padamu? Lalu untuk apa kau masih protes?"
Sheryl mendelik, kedua tangannya mengepal. "Karena alasan itu tidak masuk akal! Kinerja saya sebagus ini diganti begitu saja dengan wanita yang bahkan tidak punya pengalaman apa pun?! Seperti main-main, Tuan Nerios!"
Nada Sheryl meninggi, penuh harga diri yang terluka.
Ia tidak tahu alasan sebenarnya. Yang ia tahu hanya beberapa kali ia pernah melakukan kesalahan, memang sempat menimbulkan kerugian. Tapi semua itu berhasil ia tutupi dengan menarik investor baru yang memberi keuntungan dua kali lipat. Jadi, bagi Sheryl, pergantian jabatan ini benar-benar tidak adil.
"Kenapa harus perempuan ini?!" Sheryl menunjuk Camelia dengan tatapan benci.
Nerios mendesis, nada suaranya penuh penekanan. "Karena dia lebih dari dirimu, Sheryl."
Sheryl terdiam, matanya membesar tak percaya.
"Wanitaku jauh lebih berharga dibandingkan kamu. Kau bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Camelia."
Nerios berkata dengan dingin, namun pelukannya pada Camelia semakin menegaskan siapa yang ia lindungi dan siapa yang sudah tidak ada artinya lagi baginya.
Sheryl tersenyum remeh, ia mengangguk kecil, lalu mendongak menatap congkak Camelia. "Jika memang dia lebih baik dari saya, maka klien yang hari ini akan bertemu dengan Anda, saya serahkan pada wanita Anda!" ujarnya seraya menekan kata 'wanita.'
Camelia langsung menatap Nerios, tatapannya terlihat panik, takut pria itu akan menyetujui itu. Jika dirinya yang mengambil alih—maka semuanya akan kacau. Bukan hanya mempermalukan Nerios, tapi dirinya juga.
Melihat Nerios tak membalas tatapannya dan terus menatap dingin Sheryl, itu membuat Camelia semakin panik, terlebih kini Nerios membuka mulut hendak menjawab perkataan Sheryl.
"Klien hari ini cukup penting, wanitaku tidak bisa langsung mengambil alih, jadi hari ini tetap kamu yang pergi bersama saya menemui klien untun terakhir kali, nanti saya akan berikan bonus tambahan," balas Nerios memberikan penawaran.
"Anda pikir saya mau?" sungut Sheryl tak terima, sudah menghina dirinya, lalu sekarang meminta bantuannya, yang benar saja?!
"Ini!" Dengan kasar Sheryl menyodorkan sebuah berkas pada Camelia. "Karena kau lebih baik dariku, maka kerjakan tugas sekretaris mulai sekarang!"
Camelia menatap berkas itu dengan ragu, sedangkan Nerios langsung melepaskan rangkulannya pada pinggang Camelia, berjalan dua langkah agar lebih dekat dengan Sheryl.
"Jaga batasanmu, aku di sini atasanmu, aku bisa memecatmu kapan saja dan membuatmu tidak mendapatkan pekerjaan dimana pun!" Nerios murka karena Sheryl berani memerintah Camelia di depannya.
Sheryl mencengkeram erat berkas itu, jemarinya bergetar menahan emosi. Dengan kasar ia menyentakkannya hingga berkas itu menabrak pahanya sendiri.
"Fine!" desisnya tajam. "Saya akan tangani klien itu untuk terakhir kalinya!" Nada suaranya penuh amarah sekaligus getir, karena ia tau bahwa Nerios tidak pernah main-main dengan ancamannya.
"Siapkan ruang rapat sekarang juga!" perintah Nerios dengan tegas.
Tanpa membantah, Sheryl langsung keluar dari dalam ruangan, ia harus segera menyiapkan untuk rapat yang akan dilaksanakan sekitar 30 menit lagi.
"Kau belajar tata cara menjadi sekretaris," suruh Nerios sambil membalikan tubuhnya, menatap Camelia.
"Bagaimana caraku belajar?" tanya Camelia bingung, ia tidak tau harus memulai dari mana.
Nerios menghela nafas, ia menunjuk meja kerja milik Camelia dengan dagunya. "Di atas mejamu sudah ada berkas yang berisi cara dan aturan menjadi sekretaris, kau pelajari itu terlebih dahulu, setelah rapat baru aku yang akan mengajarimu."
Camelia mengangguk paham. "Baiklah!"
"Kalau begitu aku akan pergi, dan jangan berpikir bahwa kau bisa kabur dariku!" pesan Nerios sebelum akhirnya melangkah keluar dari dalam ruangan.
...———...
Beberapa jam kemudian, rapat besar dengan klien utama dimulai. Ruangan terasa dingin dan penuh tekanan. Sheryl duduk di samping Nerios, perhatian semua orang jelas tertuju pada Nerios, Sheryl, dan klien di meja utama.
Mr. Denovan memulai perbincangan. “Pak Nerios, saya masih ragu dengan proyek ini. Angka investasi yang Anda tawarkan cukup besar, sementara kompetitor sudah lebih dulu meluncurkan produk serupa.”
Nerios menatap sang klien. “Justru karena itulah Anda harus bergabung dengan kami. Kompetitor hanya menjual kecepatan. Kami menjual stabilitas dan masa depan. Investasi ini bukan untuk satu tahun, melainkan lima tahun ke depan.”
“Lima tahun adalah waktu panjang. Bagaimana saya bisa yakin perusahaan Anda tidak akan goyah di tengah jalan?” tanya Mr. Denovan dengan ragu.
Sheryl yang duduk di sisi kanan langsung menyambar dengan senyum profesional. Tangannya cepat membuka berkas presentasi. “Pak, izinkan saya menjawab. Perusahaan kami memang pernah menghadapi kerugian, tapi setelah itu kami berhasil menutupinya dengan keuntungan dua kali lipat dari investor besar yang saya tarik. Artinya, kami punya rekam jejak menyelesaikan masalah dengan hasil lebih baik. Itu bukan janji, tapi bukti.”
Mr. Denovan menatap Sheryl dengan minat. “Hm ... saya ingat kasus itu. Banyak yang memprediksi perusahaan Anda akan runtuh, tapi ternyata justru bangkit.”
Nerios menyela, suaranya tajam, seperti ingin mengingatkan, bahwa Miller' Crop tidak pernah diambang kebangkrutan. “Dan jangan lupakan satu hal. Di balik semua strategi, keputusan akhir selalu saya yang pegang. Saya tidak pernah mengizinkan perusahaan ini kalah.”
Sheryl menatap cepat ke arah Nerios, lalu kembali ke Mr. Denovan dengan tenang. “Benar. Itulah sebabnya bekerja dengan kami adalah jaminan. Pak Nerios bukan tipe pemimpin yang bermain aman. Beliau selalu membawa hasil nyata. Dan dengan tim kami, Anda akan mendapatkan prioritas tertinggi.”
Mr. Denovan menghela napas, lalu tersenyum tipis. “Baiklah. Saya akan mempertimbangkan tawaran ini lebih serius. Kalian membuatnya terdengar meyakinkan.”
Nerios mencondongkan tubuh ke depan, tatapannya menusuk. “Pertimbangkan cepat. Karena jika Anda menolak hari ini, besok tawaran ini sudah tidak ada lagi.”
Ruangan kembali hening. Mr. Denovan menatap lekat ke arah Nerios dan Sheryl, lalu mengangguk kecil.
“Baik. Saya akan ambil risiko ini,” putus Mr. Denovan. Tidak ada salahnya mempercayai perusahaan besar ini.
Sheryl mencatat kalimat hasil dari rapat hari ini di laptopnya, ia tersenyum senang karena berhasil meyakinkan klien untuk kesekian kalinya.
Ia menatap Nerios dengan remeh seakan berbicara 'apakah wanitamu bisa melakukan ini?'
Berikan dukungan kalian teman-teman!
Jangan lupa vote dan komen
Salam cinta, biebell