Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Kerja sama itu terasa seperti janji yang belum pernah Arion ucapkan sepanjang hidupnya. Bukan sekadar kata-kata, melainkan sebuah ikatan yang terbentuk dari lumpur pengkhianatan dan harapan yang rapuh.
Luna telah membuka sebuah pintu dalam dirinya, pintu yang Arion sendiri tidak tahu pernah ada. Namun Arion tahu bahwa jalan menuju penebusan bukan hanya terjal, tapi juga dipenuhi godaan yang familiar, yang seolah menariknya kembali ke jurang kebiasaan lamanya.
Aroma darah di lorong kampus kini bercampur dengan wangi harapan dan juga samar-samar bau cemburu.
Malam itu mengalir panjang, Setelah Luna pergi meninggalkan Arion dengan beban pikiran yang baru namun terasa penting, Arion menghabiskan waktu dengan Kenzie dan Adrian, membahas setiap detail dari USB drive Adam.
Adrian dengan pengetahuan nya, berhasil mengekstrak beberapa metadata dan jejak digital yang lebih dalam, mengarahkan mereka pada nama-nama lain di balik klub rahasia itu, termasuk beberapa nama pengusaha properti terkenal di kota.
"Ini bukan hanya korupsi kampus Dion" Kenzie berkata suaranya berat.
"Ini jaring laba-laba Dan Dekan Anwar hanya salah satu kaki tangannya"
Arion mengangguk matanya menatap kosong ke layar laptop Adrian "Kita butuh orang-orang yang berani Dan koneksi di luar lingkup ini."
Pikiran Arion kembali pada Luna. Luna yang tanpa gentar melihat video-video menjijikkan itu. Luna yang berani mengucap janji. Luna yang kini menjadi sekutunya, dan entah bagaimana memegang kunci untuk membongkar bukan hanya kejahatan ini tapi juga hati Arion sendiri.
Keesokan harinya, kampus terasa lebih sunyi, Mahasiswa-mahasiswa yang biasanya riuh kini berjalan dengan tatapan waspada, berbisik-bisik, Insiden kematian Adam dan perkelahian di asrama telah menciptakan suasana yang mencekam.
Arion memutuskan untuk mencari Luna di studio seninya, Ia mendapati Luna sedang mengerjakan lukisan lain, Kali ini bukan tentang kekacauan melainkan tentang harapan, Sebuah siluet wanita memegang lentera di tengah kegelapan yang pekat.
"Kau melukis harapan?" Arion bertanya, suaranya pelan. Ia menyukai suasana di sekitar Luna ketenangan yang entah bagaimana menular padanya.
Luna menoleh, senyum tipis terukir di bibirnya, Senyum yang kini terasa lebih hangat bagi Arion.
"Aku harus melukisnya, Jika tidak aku akan tenggelam dalam kegelapan"
Arion mendekat, mengamati lukisan itu "Bagaimana rencanamu?"
"Aku sudah menghubungi Profesor Hadi" Luna menjelaskan sambil membersihkan kuasnya.
"Beliau adalah mentor saya dan juga seorang yang sangat menjunjung tinggi kebenaran, Beliau pernah mencoba membongkar beberapa kasus korupsi kecil di kampus tapi selalu terhalang"
"Dan beliau bersedia membantu"
"Beliau sangat terkejut dengan apa yang kita temukan, Beliau meminta kita untuk menyiapkan semua bukti, dan dia akan mencari cara untuk menyampaikannya ke media atau pihak berwenang yang tidak bisa disuap". Arion mengangguk, Ini adalah permulaan.
"Kita harus berhati-hati Luna. Mereka pasti akan tahu kalau kita bergerak"
"Aku tahu" Luna menatap Arion, matanya penuh tekad "Kita tidak bisa mundur sekarang"
Arion merasa ada sesuatu yang berdesir dalam dadanya, Bukan adrenalin dari perkelahian, bukan gairah dari godaan, tapi rasa hormat dan ketertarikan yang lebih dalam.
Arion mengambil tangan Luna, membelai punggung tangannya dengan ibu jarinya, Sentuhan ini berbeda dari sentuhan pada wanita lain, Lebih tulus, lebih mengandung janji, Luna tidak menarik tangannya, justru menggenggam tangan Arion balik, seolah memberikan dukungan dan kepercayaan. Arion menatap mata Luna
"Aku berjanji akan menjagamu Luna, Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu"
Luna tersenyum tipis "Aku tahu Dan aku akan menjagamu juga Arion Dari dirimu sendiri" Kata-katanya diucapkan dengan nada lembut namun ada ketegasan di sana.
Saat Arion dan Luna sedang mendiskusikan langkah selanjutnya, di koridor kampus yang sepi sebuah suara tajam memecah keheningan.
"Oh lihat siapa ini, Pangeran playboy kita sudah menemukan mainan baru", Arion dan Luna menoleh, Serena berdiri di ujung koridor menyilangkan tangannya di dada tatapannya penuh amarah dan kecemburuan yang membara, Di belakang Serena ada dua anggota Ular Hijau lainnya mengawas.
"Serena" Arion membalas, suaranya tenang namun ada nada peringatan.
"Apa kau tidak tahu malu Arion? Kemarin kau masih di pelukan Violet, dan sekarang kau sudah merangkul si gadis seni yang polos ini?" Serena melangkah mendekat matanya tajam menatap Luna
"Atau kau sudah lupa bagaimana rasanya berada di tanganku? Atau di tangan Violet?"
Luna merasakan sentakan Ia melirik Arion, ekspresinya sulit dibaca.
"Itu bukan urusanmu Serena". Arion menempatkan dirinya di depan Luna menjadi perisai.
"Bukan urusanku?" Serena tertawa sinis.
"Semua yang berhubungan denganmu adalah urusanku Arion, Terutama jika kau mencoba bermain-main dengan hati wanita dan itu mencoreng reputasi kami" Mata Serena kembali tertuju pada Luna penuh kebencian.
"Dan kau gadis kecil Jangan terlalu mudah termakan pesona Arion, Dia akan menghancurkanmu Seperti dia menghancurkan semua wanita yang pernah ia sentuh"
Luna meskipun terkejut, tidak gentar, Ia melangkah sedikit ke samping, berdiri di samping Arion.
"Aku tahu siapa Arion" Luna berkata suaranya tenang.
"Dan aku tahu apa yang aku lakukan"
Serena terkesiap tidak menyangka Luna akan berani membalas.
"Beraninya kau, Kau tidak tahu siapa aku"
"Aku tahu kau sedang cemburu" Luna membalas tatapannya setajam Serena.
"Tapi cemburu tidak akan mengubah kebenaran Atau menghentikan apa yang akan kami lakukan"
Arion melirik Luna terkejut sekaligus bangga, Luna memang berbeda.
"Omong kosong" Serena berteriak Ia maju seolah ingin menyerang Luna Namun Arion sigap menahan Serena di pergelangan tangannya.
"Cukup Serena" Arion menggeram
"Jangan memprovokasi masalah yang tidak perlu, Kami punya urusan yang lebih besar dari dendam murahanmu"
"Kau akan menyesal Arion, Kau akan menyesal telah menolakku demi wanita polos ini. Aku akan memastikan kau merasakan setiap tetes penyesalanmu". Serena menatap Arion, matanya berkaca-kaca menahan amarah.
Serena menarik tangannya dari cengkeraman Arion lalu meludah ke tanah sebelum berbalik dan pergi diikuti oleh anak buahnya. Luna menatap Arion, Ada kekhawatiran di matanya
"Apa yang dia maksud?"
Arion menggeleng "Jangan pikirkan dia Dia hanya cemburu Dia adalah salah satu wanita yang kupikir bisa kumainkan" Ada rasa bersalah yang menggerogotinya saat mengucapkan kalimat itu di depan Luna.
Luna menghela napas "Arion kau harus berhenti Ini tidak hanya membahayakanmu, tapi juga aku". Arion memegang kedua pipi Luna, menatap dalam matanya dan mencium keningnya.
"Aku tahu Dan aku akan berhenti, Aku bersumpah" Ciuman itu singkat di kening Luna"
"Tapi untuk saat ini kita punya misi, Misi yang lebih penting dari semua ini"
Mereka berdua tahu janji Arion akan terus diuji Dan ujian pertama mungkin baru saja dimulai.