NovelToon NovelToon
TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Reetha

Sudah 12 tahun sejak Chesna Castella Abram tidak lagi pernah bertemu dengan teman dekatnya saat SMA, Gideon Sanggana. Kala itu, Gideon harus meninggalkan tanah air untuk melakukan pengobatan di luar negeri karena kecelakaan yang menimpanya membuat ia kehilangan penglihatan dan kakinya lumpuh, membuatnya merasa malu bertemu semua orang, terutama Chesna. Di tahun ke 12, saat ia kini berusia 27 tahun, Gideon kembali ke tanah air, meski kakinya belum pulih sepenuhnya tapi penglihatannya telah kembali. Di sisi lain, Alan saudara kembar Chesna - pun memiliki luka sekaligus hasrat mengandung amarah tak terbendung terhadap masa lalunya sejak lima tahun silam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Di sebuah restoran yang ditemani alunan musik klasik lembut yang mengisi ruang beraroma kopi dan bunga segar.

Rania tiba lebih dulu. Ia duduk di sudut ruangan yang menghadap taman, mengenakan setelan sederhana warna biru pastel, rambutnya digelung rapi. Ada sedikit keraguan di matanya, tapi juga ketegasan seorang ibu yang sudah menimbang banyak hal.

Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya muncul, langkahnya anggun dan wajahnya membawa senyum tulus.

“Rania,” sapa Reva, ibu Gideon, dengan nada lembut.

Rania segera berdiri, menyambutnya dengan pelukan hangat yang sempat membuat kedua wanita itu terdiam beberapa detik.

“Terima kasih sudah meluangkan waktu,” ujar Reva setelah keduanya duduk.

Rania tersenyum kecil. “Tentu. Saya juga ingin membicarakan ini dengan baik-baik. Lagipula, pernikahan anak-anak kita bukan hal kecil.”

Reva menarik napas pelan, menatap cangkir teh di depannya sebelum akhirnya berkata dengan suara berat, “Sebelum bicara soal pernikahan, izinkan saya menyampaikan sesuatu dulu, Rania.”

Ia menatap calon besannya itu dalam-dalam, mata Reva terlihat bergetar menahan emosi.

“Atas nama keluarga Sanggana, saya ingin meminta maaf… terutama untuk ibu mertua saya yang telah bersikap tidak pantas pada Chesna. Saya tahu kata-katanya melukai, dan saya juga tahu putri Anda tidak pantas diperlakukan seperti itu.”

Suasana mendadak hening.

Rania terdiam, menatap Reva yang jelas-jelas tulus dalam ucapannya.

Ia bisa melihat ada rasa sesal yang nyata di mata wanita itu.

Rania akhirnya tersenyum lembut. “Saya mengerti, Reva. Nyonya Besar sudah lanjut usia, mungkin beliau masih terbawa trauma masa lalu.”

Nada suaranya tenang, tapi mengandung kebijaksanaan. “Dulu waktu kecelakaan itu terjadi, kita semua sama-sama sakit. Tapi saya yakin… Tuhan masih memberi anak-anak kita kesempatan”

Reva menunduk sebentar, senyumnya mengembang pelan. “Saya juga berpikir begitu. Jujur saja, Rania, waktu mendengar nama Chesna kembali disebut, saya sempat ragu. Tapi melihat cara Gideon memandang putrimu… saya tahu hatinya tidak pernah berubah. Keinginannya untuk memiliki Chesna terlalu besar.”

Rania terkekeh kecil, “Dan saya kira putri saya pun sama keras kepalanya. Katanya mau fokus jadi dokter, eh, sekarang malah sibuk atur jadwal terapi untuk calon suami. Bu Reva, andai saja Anda tahu, sejak kepergian Gideon dua belas tahun lalu, putri saya tidak pernah berhenti merindukannya. Anak itu, lucu juga.”

Keduanya tertawa kecil, membuat suasana yang semula kaku menjadi hangat.

Pelayan datang membawa beberapa menu.

“Anak-anak kita sudah dewasa,” ujar Reva.. “Saya hanya berharap mereka bisa hidup dalam rumah tangga yang dikelilingi doa-doa kita, punya masa depan yang memiliki kebahagiaan berlimpah.”

Rania mengangguk pelan. “Saya pun begitu. Dan jangan khawatir, bu Reva… saya sudah berbicara dengan Ibu mertua saya. Beliau juga mulai melunak. Hanya butuh waktu sedikit lagi.”

Reva menatapnya penuh harap. “Jadi… kita bisa lanjutkan rencana pernikahan ini?”

Rania tersenyum. “Tentu.“

Mereka pun bersulang dengan cangkir teh hangat itu, seolah meneguhkan janji baru, bahwa masa depan Gideon dan Chesna akan dibangun bukan di atas luka, melainkan atas cinta dan restu yang perlahan dipulihkan oleh dua ibu hebat yang tahu arti kasih yang sesungguhnya.

—-

Hari itu terasa panjang.

Langit di luar jendela klinik tampak mendung, persis seperti perasaan Chesna. Ia duduk sendirian di ruang istirahat, di antara aroma kopi yang sudah dingin dan berkas-berkas pasien yang belum sempat ia rapikan.

Beberapa minggu terakhir berjalan seperti kabut tanpa kabar, tanpa pesan, tanpa Gideon.

Bahkan setelah pertemuan keluarga yang sempat hangat, semuanya mendadak menghilang begitu saja. Ia mencoba menenangkan diri dengan alasan, mungkin Gideon sibuk. Mungkin urusan kantornya menumpuk.

Tapi bagian hatinya yang paling jujur tahu, ada jarak yang tiba-tiba tercipta di antara mereka.

Jarak yang membuat dada sesak.

Tangannya refleks menyentuh ponsel di meja. Tidak ada notifikasi baru. Tidak juga pesan yang ia harapkan.

“Harusnya aku yang datangi dia aja,” gumamnya.

Kalimat itu keluar begitu saja. Seolah otaknya dan hatinya sepakat untuk tidak menunggu lagi. Ia bangkit dari kursinya, mengambil tas kecil dan jas putihnya yang tergantung di belakang pintu.

Namun sebelum sempat melangkah, pintu ruang itu terbuka.

Chesna membeku.

Sosok tinggi dengan jas abu-abu berdiri di ambang pintu, Gideon. Wajahnya tampak lelah, tapi tetap karismatik seperti biasa. Tatapan matanya tajam tapi datar, seolah menahan banyak hal di balik pandangan itu.

“Gideon...” suara Chesna nyaris bergetar.

Untuk sepersekian detik, keduanya hanya saling menatap. Ada begitu banyak kata yang ingin Chesna ucapkan. Seperti pertanyaan, keluh, bahkan mungkin rindu, tapi semuanya tertahan di tenggorokan. Ia nyaris berlari mendekat, ingin menembus jarak yang sudah terlalu lama menggantung di udara.

Namun sebelum langkah itu sempat diambil, suara langkah lain terdengar dari koridor. Cepat. Keras.

Pintu ruang istirahat kembali terbuka.

Seorang wanita berambut pendek, berpakaian rapi tapi dengan ekspresi marah yang membara, berdiri di sana. Matanya menatap tajam ke arah Chesna.

Dalam sekejap, suasana berubah.

Wanita itu mendekat tanpa bicara panjang.

Plak!

Tamparan keras itu terdengar jelas, bahkan membuat beberapa perawat di luar menoleh kaget. Chesna terhuyung, refleks menyentuh pipinya yang perih.

Gideon melangkah maju spontan, namun wanita itu lebih dulu menunjuk ke arah Chesna dengan suara tinggi, “Jadi ini, ya? Ini perempuan murahan yang berani menghancurkan rumah tanggaku?!”

“A—apa maksud Anda?” suara Chesna parau, terkejut, nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

“Jangan pura-pura tidak tahu! Kau tidur dengan suamiku, dokter Chesna Abram, bukan?!” seru wanita itu, nada sinisnya menusuk tajam seperti belati.

Ruangan itu terasa membeku.

Gideon berdiri kaku, memandangi keduanya dengan alis berkerut. Ia tahu pasti tuduhan itu bukan untuk Chesna, tapi kalimat “tidur dengan suamiku” tetap menggema aneh di telinganya, membuat amarah dan kebingungan berbaur jadi satu.

“Saya pikir Anda salah orang,” jawab Chesna, berusaha tenang, meski suaranya sedikit bergetar. “Saya tidak tahu suami Anda siapa.”

Wanita itu mendengus. “Jangan berpura-pura suci! Kau pikir aku tidak tahu selama ini kau dekat dengan pria bernama Dokter Rendy?!”

Mata Chesna membulat. Nama itu seperti palu yang menghantam kepalanya.

Rendy, rekan satu profesinya, dokter dari divisi lain yang beberapa kali bekerja bersamanya dalam penelitian. Tapi pria itu sudah menikah.

Dan gosip tentang kedekatan mereka memang sempat beredar di kalangan staf rumah sakit.

“Dia yang datang ke rumahku tengah malam karena ‘urusan pasien darurat’? Hah!”

Wanita itu mendekat lagi, suaranya penuh amarah bercampur luka. “Ternyata aku benar, kau bermain api dengan suami orang!”

“Cukup!” suara Gideon akhirnya terdengar.

Tegas, rendah, tapi penuh tekanan.

Tatapan tajamnya mengarah ke wanita itu. “Saya rasa Anda tidak seharusnya membuat keributan di tempat kerja seseorang.”

Wanita itu melirik Gideon, seolah baru menyadari keberadaannya. Tapi amarahnya sudah terlanjur meledak. “Tuan, Anda tidak tahu siapa wanita ini! Dia perusak rumah tangga orang!”

Chesna menggeleng lemah, matanya memanas. Ia ingin menjelaskan, ingin membela diri, tapi lidahnya kelu. Semua yang terjadi begitu cepat, terlalu memalukan, dan di depan Gideon pula.

“Silakan keluar, Bu,” ucap Gideon dengan nada menahan diri. “Kalau Anda ingin menyelesaikan masalah, gunakan jalur hukum. Bukan tamparan.”

Namun wanita itu masih menatap sinis, lalu menatap Chesna dari ujung kepala hingga kaki.

“Cantik, pintar, tapi murahan,” katanya penuh kebencian.

“Aku tidak tergoda suami Anda. Untuk apa aku mau suami orang. Aku juga punya suami. Dia suamiku!” Chesna menunjuk Gideon dengan tegas.

Wanita itu menoleh, mendapati Gideon disana. “Oh, pantas kau berselingkuh. Ternyata suamimu hanya seorang yang cacat.”

__

Bersambungggggggggg

1
RaveENa
aku kira neneknya chesna sama kek neneknya gideon/Grin/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
RaveENa
ini kenapa sihh para nenek2 kepo bgt,ikut campur bgt.
bukannya nikmatin hr tua,ehh malah ikut campur urusan cucu2 nya/Left Bah!/
thor lidya biang gosip ya,apa2 selalu aja tau/Facepalm/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Dar Pin
haduh bangun tidur dibuat spot jantung 😄💪
Nurminah
sudah bau tanah aja bikin rusuh ceptin mati aja Thor nenek peot nya nyusahin aja
RaveENa: bikin emosi ya kak tu nenek2
total 1 replies
Dar Pin
haduh ada aja yg ngalangin 🤣
Nurminah
lanjutkan makin seruuuu
Eva Karmita
so sweet nya 💓💓💓💓💓💓💓😍
Mela Nurmala
slalu ingin baca... utk alan diperbanyak jg ya thor. penisirin pengen alan cepet2 tau klo di pny anak ternyata😄
Dar Pin
meleyot Thor hatiku tunggu gebrakan Alan nih ayo jangan kalah dengan pasangan satunya 👍😄
Ophy60
Alan....kerahkan orang² mu untuk mencari. Shenia sudah didepan mata.
Dar Pin
ayo Alan berjuang semoga cepetan ketemu titik terang biar bisa kumpul menjadi keluarga 💪😄
Dar Pin
deg deg hatiku Thor lanjut 💪
Umi Kolifah
ayo Thor pertemukan keduanya agar si kembar bisa sama2 membina keluarga yang bahagia
Nurminah
aku kira bakal kehamilan simpatik biar alan tambah gencar nyari sherina tau bakal jadi ayah
tari
ayo thor pertemukan alan dan shenia
tari
bacanya sambil senyum senyum nih thor😀🥰
RaveENa
meleyot aq bacanya...seneng bgt kl disuguhin yg manis2 kek gini.
thor kapan giliran alan??
Dar Pin
ketawa terus bawaannya thor JD semangat nunggu lanjutannya kawal sampai halal chesna Gidion 💪😄
Iin Wahyuni
lanjut thor💪
Dar Pin
mudah mudahan cepet ketemu Alan dan shenia ya JD ikut gregetan nih lanjut Thor 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!