NovelToon NovelToon
Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Ku Buat Kau Menyesal, Mas!

Status: tamat
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:587k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Aluna Haryanti Wijaya, gadis lembut yang menikah demi menjaga kehormatan keluarga. Pernikahannya dengan Barra Pramudya, CEO muda pewaris keluarga besar, tampak sempurna di mata semua orang. Namun di balik janji suci itu, Aluna hanya merasakan dingin, sepi, dan luka. Sejak awal, hati Barra bukan miliknya. Cinta pria itu telah lebih dulu tertambat pada Miska adik tirinya sendiri. Gadis berwajah polos namun berhati licik, yang sejak kecil selalu ingin merebut apa pun yang dimiliki Aluna.

Setahun pernikahan, Aluna hanya menerima tatapan kosong dari suaminya. Hingga saat Miska kembali dari luar negeri, segalanya runtuh. Aluna akhirnya tahu kebenaran yang menghancurkan, cintanya hanyalah bayangan dari cinta Barra kepada Miska.

Akankah, Aluna bertahan demi cintanya. Atau pergi meninggalkan Barra demi melanjutkan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Ulang Tahun Kakek Haryanto

Malam itu kediaman besar keluarga Wijaya dipenuhi cahaya lampu kristal dan dekorasi elegan bernuansa emas. Semua orang menyiapkan pesta ulang tahun ke-85 Haryanto dengan penuh hormat. Meski usianya sudah lanjut, kakek itu masih tegap dan berwibawa, mengenakan beskap Jawa dengan sorot mata hangat.

Aluna berjalan beriringan dengan Raka yang tampak gagah dalam setelan kecilnya. Bocah lima tahun itu menggenggam tangan ibunya erat, membuat Aluna tersenyum penuh bangga. Sejak awal malam, ia sudah mendapat kabar menggembirakan dari Taka.

[Aku akan segera pulang].

Meski Taka tidak menjelaskan lebih jauh, dan meski Aluna tak tahu tentang video yang diam-diam dikirim Miska, hatinya merasa lega.

“Selamat ulang tahun, Kakek,” ucap Raka dengan suara lantang. Bocah itu memeluk Haryanto erat, membuat suasana hangat menyebar. Senyum Haryanto mengembang lebar. “Raka cucu kebanggaan Kakek … panjang umurmu, nak.”

Pesta berlangsung meriah. Musik gesekan biola lembut terdengar, para tamu berdatangan dengan pakaian formal. Investor, rekan bisnis, dan tokoh masyarakat bergantian menyalami Haryanto. Di tengah keramaian, Haryanto sempat menoleh kepada Aluna.

“Aluna, tolong sambut para tamu penting itu. Mereka yang bisa mendongkrak kembali perusahaan kita. Kakek, ingin mereka percaya pada keluarga Wijaya lagi.”

Aluna mengangguk patuh, dengan tenang dan elegan, ia menyambut satu per satu tamu penting. Senyumnya hangat, tutur katanya penuh wibawa, membuat banyak investor terkesan. Sejumlah mata terpaku pada sosoknya yang memancarkan keanggunan seorang pewaris sejati.

Namun, dari kejauhan, sepasang mata memperhatikan dengan penuh iri dan dendam. Miska berdiri di samping ibunya, Tuti, sembari memeluk gelas sampanye.

“Lihat, Ma,” bisiknya lirih. “Kenapa semua orang selalu memuja Aluna? Dia seolah punya segalanya. Padahal aku juga anak dari keluarga ini!”

Tuti mengusap lengan putrinya, suaranya licin penuh racun.

“Sstt, sabar. Malam ini, biar semua orang lihat siapa sebenarnya Aluna. Aku sudah siapkan sesuatu. Kau hanya perlu pastikan Raka sibuk dengan Kakek, jangan sampai bocah itu muncul tiba-tiba.”

Miska mengangguk, lalu segera memberi isyarat pada seorang pelayan muda. Di tangannya ada nampan berisi beberapa gelas minuman berwarna merah anggur. Miska mendekat, lalu dengan cepat memasukkan serbuk putih halus dari sebuah kapsul kecil ke salah satu gelas. Ia menatap cairan itu dengan senyum miring.

“Ini akan membuatnya tak berdaya. Dan setelah itu … kita bisa kendalikan ceritanya sesuai kemauan kita,” gumam Miska penuh kepuasan. Pelayan yang polos hanya mengangguk, mengira itu instruksi biasa. “Antarkan ini pada Nyonya Aluna,” bisik Miska dingin.

Di sisi lain ruangan, Aluna masih bercakap dengan seorang investor dari Singapura. Raka duduk di pangkuan Haryanto, tertawa riang ketika kakeknya menceritakan kisah masa mudanya. Malam itu seolah sempurna, hingga perlahan bayangan rencana jahat mulai merayap.

Aluna menerima segelas minuman itu dengan anggun, tidak menaruh curiga sedikit pun. “Terima kasih,” katanya singkat sambil tetap berbicara dengan salah satu investor. Ia menyesapnya pelan, manis asam dari anggur membuat tenggorokannya segar.

Namun, tak lama setelah gelas itu kosong, sensasi aneh menjalar. Tubuhnya mendadak terasa panas, jantungnya berdegup tak terkendali, dan kepalanya sedikit berkunang. Ia menutup mulut dengan tangan, menahan agar tak terlihat di depan banyak orang.

“Permisi … saya perlu ke kamar kecil,” katanya pada investor dengan senyum kaku. Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah cepat, hampir terhuyung, menuju toilet di sisi sayap gedung. Begitu masuk, ia menyalakan keran dan membasuh wajahnya dengan air dingin, mencoba menenangkan diri. Nafasnya memburu. 'Ada sesuatu di minuman tadi,' batinnya.

Pintu toilet tiba-tiba terbuka keras. Miska masuk dengan langkah tergesa, senyum miring penuh kemenangan di wajahnya.

“Bagaimana rasanya, Kak? Panas? Sesak? Itu baru permulaan. Malam ini, semua orang akan melihat siapa dirimu sebenarnya.”

Aluna menoleh, matanya menyipit meski tubuhnya melemah. “Apa yang kau lakukan, Miska?” suaranya bergetar, tapi nadanya tetap dingin.

Miska mendekat, lalu berbisik. “Aku hanya memberimu kesempatan untuk kembali jadi bahan tertawaan, seperti enam tahun lalu.”

Suara sepatu terdengar dari luar. Pintu toilet kembali terbuka. Barra masuk dengan wajah kaku. Untuk sesaat, Aluna terpaku melihat pria yang dulu pernah ia cintai berdiri di sana.

Miska menoleh ke Barra dengan senyum penuh rencana. “Tepat waktunya. Dengar, Kak Barra, ini kesempatannya. Aluna sudah tidak berdaya. Kalau kau bisa … tidur dengannya malam ini, aku jamin dia akan kembali padamu. Orang-orang akan percaya kau masih memiliki Aluna. Dan dengan begitu, Taka hanya akan jadi bayangan.”

Barra terdiam, ada gejolak di dalam dirinya, antara logika, rasa bersalah, dan ego masa lalu yang masih menuntut hak. Dia memandang Aluna yang kini menahan diri bersandar di wastafel, napasnya terengah. Aluna menatap Barra dengan sorot tajam meski tubuhnya melemah.

 “Jangan berani … menyentuhku, Barra,” katanya dengan suara penuh perlawanan.

Barra mengepalkan tangan, napasnya berat. Miska mendekat, membisikkan racun yang lebih dalam.

“Pikirkan, ini satu-satunya jalan agar dia kembali. Kau hanya perlu satu langkah lagi. Aku akan urus sisanya.”

Ruangan hening beberapa detik. Hanya terdengar detak jam dan deru napas Aluna yang tersengal. Dan di titik itu, Barra mengangkat wajahnya, menatap Aluna dengan mata kelam, seolah keputusan sudah dibuat.

Barra setengah menyeret tubuh Aluna menuju kamar tamu yang sudah disiapkan. Nafasnya memburu, bukan hanya karena beban tubuh Aluna, tapi juga karena pikiran kotor yang terus menghantui. Ia mendorong pintu kamar dengan kaki, bersiap menutupnya rapat agar rencananya tak ada yang tahu.

Namun, saat daun pintu hampir tertutup, sebuah tangan kuat menahan dari luar. Pintu kembali terbuka dengan dorongan keras. Barra mendongak dan darahnya serasa berhenti mengalir.

Di ambang pintu berdiri sosok pria dengan setelan gelap yang rapi, wajahnya dingin, sorot matanya tajam seperti pisau, Takahashi Hiroto.

“Taka…” Barra tertegun, lidahnya kelu. Sebelum sempat melanjutkan kata-katanya, tinju keras mendarat di wajahnya. Tubuh Barra terhuyung, terjatuh ke lantai. Sekali, dua kali, tiga kali. Taka menghajar tanpa ampun, tatapan matanya membara.

“Berani sekali kau menyentuh istriku.” Suara Taka rendah, namun penuh ancaman. Barra menahan darah yang mengalir di sudut bibir, matanya dipenuhi keterkejutan sekaligus ketakutan.

“Asisten!” panggil Taka singkat. Seorang pria bersetelan hitam masuk dengan langkah cepat, membungkuk hormat.

“Bawa orang ini keluar. Pastikan dia tidak kembali mendekat.”

“As you command, Sir.” Asisten itu menarik Barra dengan paksa, menyeretnya keluar meski Barra masih mencoba berontak. Suara protesnya tertelan di balik pintu yang kembali tertutup rapat. Keheningan menyelimuti kamar. Taka menghela napas berat, menoleh ke arah ranjang tempat Aluna terbaring. Wajah istrinya tampak merah, matanya setengah terpejam, napasnya sedikit memburu.

“Aluna…” Taka duduk di tepi ranjang, tangannya terulur ingin membangunkannya. “Sayang, kau harus sadar. Aku sudah di sini. Tidak ada yang akan menyakitimu lagi.”

Tapi saat jemarinya hendak menyentuh pipi Aluna, tangan ramping itu lebih dulu meraih dasinya. Tarikan tiba-tiba membuat tubuh Taka condong ke depan, dan sebelum sempat menahan diri, bibirnya sudah bertemu bibir Aluna.

Jantung Taka berdetak kencang, seakan hendak meloncat keluar dari dadanya. Enam tahun pernikahan mereka, enam tahun ia menahan diri, menjaga jarak, tidak pernah menyentuh Aluna lebih dari sekadar genggaman tangan.

Taka ingin mundur, ingin menolak. “Aluna … kau tidak sadar. Aku...”

Namun, suara lirih Aluna memotong. Matanya menatap lurus ke arah Taka dengan kejernihan penuh, tak ada kabut mabuk di sana.

“Aku tidak benar-benar minum minuman yang diberi Miska…” bisiknya, hangat di telinga Taka. “Aku hanya ingin tahu siapa yang akan ada di sisiku malam ini.” Wajah Taka memanas, tubuhnya menegang.

“Aluna…”

Senyum tipis terukir di bibir istrinya. “Mulai malam ini, aku sepenuhnya milikmu, Hiroto Takahashi.”

Kalimat itu mengguncang seluruh dinding pertahanan Taka. Bibirnya kembali menempel pada bibir Aluna, kali ini bukan kebetulan, bukan paksaan. Ciuman yang awalnya lembut berubah semakin dalam, penuh kerinduan dan pelepasan yang selama ini tertahan.

Tangan Taka menangkup wajah Aluna dengan hati-hati, seolah ia masih takut menyakitinya. Tetapi Aluna justru meraih lehernya, menariknya lebih dekat, membuat jarak di antara mereka benar-benar lenyap. Dan malam itu hubungan yang lama tertunda akhirnya terjalin, bukan karena rencana licik orang lain, melainkan karena keputusan mereka sendiri. Suka sama suka, dengan ikatan cinta yang akhirnya menemukan jalannya.

'Miska, aku akan mengurusmu besok pagi!' mata Taka menyala memerah, rahang mengeras seakan ingin menenggelamkan Miska di dasar laut pada malam itu.

1
Siti Masitah
aluna..aluna napa cinta di paksakan..jdinya kan sakit..
Jetva
sejak kapan infus pakai mesin..?? klo alat pendeteksi/monitor jantung, iya...berbunyi sesuai dgn irama detak jantung...🙏🙏🙏
Aisyah Alfatih: maaf typo 🙈 untung ada komen kakak 💕
total 1 replies
ngatun Lestari
maaf saking asyiknya baca baru aku kasih rating..aku suka wanita tangguh dngn pendirian kuat..
Nilovar Beik
semoga Aluna hamil biar gak pisah sm Taka
arniya
luar biasa kak
𝐏𝐞𝐧𝐚𝐩𝐢𝐚𝐧𝐨𝐡📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Rina Arie
good
Heriyani Lawi
sdh tau dijahati terus kok mau2nya sih tinggal disitu kaya ga punya rmh aja. katanya org kaya
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya🙏.

Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "PARTING SMILE" ya, siapa tau Kaka suka.

Berkisah tentang penyanyi religi yang terjerat pernikahan kontrak dan cinta masa lalunya yang sangat rumit. Ditambah dia tipe yang gengsian dan menyebalkan, hiih dah lah.

Insyaallah seru ka... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
ken darsihk
Aq blm mampirrr
Siti Maulidah
ceritanya menarik
Ellya Muchdiana
dulu Aluna disuruh minum pil pencegah kehamilan, sekarang anaknya sudah besar Barra ingin mengakui Raka sebagai putranya
Jumiah
turuti ap yg ayah mu ingin kan
demi anak mu biar kan ,ayah mu menyesalinya nttx yg gk berujung .
karna sdh membela yg slh..
Nurika Hikmawati: Halo sahabat pembaca,

Aku baru saja menulis novel terbaru. SIAPA AKU DI SISIMU

Bercerita tentang seorang wanita yang baru terbangun dari koma, dan tiba-tiba sudah memiliki suami.

Mampir yuk, semoga sesuai dengan genre kamu.

Terima kasih 🙏🏻
total 1 replies
Nadira ST
bara calon penghuni RSJ,udah mulai oleng
A.M.G
💜💜💜💜💜
sam sung
mksh cerita bagus meski disini kesan nya terlalu keras karma nya...juga happy ending meski kurang gantung kisah nya tapi seru ..smgt smoga sukses thor👍👍👍
Aisyah Alfatih: makasih kakak 💕
total 1 replies
Ida Susmi Rahayu Bilaadi
baguslah karma sesuai, drpd yg lg viral skr. org2 baik yg jd korban di luar negri. niatnya kerja di LN dpt gaji gede tak taunya malah ginjalnya ilang 😢
Ucio
Mantap AlunA lanjut kan
Ucio
Masih gk kapok juga mreka,,, Selamat menikmati
Ucio
Kubur mreka bertiga hidup² boleh juga Om Taka
Ucio
Sekumpulan Najis gk kapok² buat rencana jahat
Ucio
Selamat menikmati Bara
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!