Bertahun-tahun memendam cinta pada Bagaskara, Aliyah rela menolak puluhan lamaran pria yang meminangnya.
Tak disangka, tepat di hari ulang tahunnya, Aliyah mendapati lamaran dari Bagaskara lewat perantara adiknya, Rajendra.
Tanpa pikir panjang Aliyah iya-iya saja dan mengira bahwa lamaran itu memang benar datang dari Bagaskara.
Sedikitpun Aliyah tidak menduga, bahwa ternyata lamaran itu bukan kehendak Bagaskara, melainkan inisiatif adiknya semata.
Mengetahui hal itu, alih-alih sadar diri atau merasa dirinya akan menjadi bayang-bayang dari mantan calon istri Bagaskara sebelumnya, Aliyah justru bertekad untuk membuat Bagaskara benar-benar jatuh cinta padanya dengan segala cara, tidak peduli meski dipandang hina ataupun sedikit gila.
.
.
"Nggak perlu langsung cinta, Kak Bagas ... sayang aja dulu nggak apa-apa." - Aliyah Maheera.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 - Kakak Tergoda?
Pertanyaan itu seketika lolos dari bibir Aliya, polos dan tidak dibuat-buat. Dia sekadar bertanya dengan harapan akan dijawab “Iya.” atau sekarang anggukan pelan.
Sayangnya, harapan itu harus kembali pupus tatkala Bagaskara justru hanya menarik napas panjang dan tidak menjawabnya walau sepatah. Jelas sikap itu membuat Aliya semakin sadar diri bahwa yang dia lakukan saat ini salah.
“Soal itu ....” Tak diduga, Bagas yang tadi hanya diam kini mulai bersuara dan membuat jantung Aliya berdegup tak karu-karuan.
Wajahnya memerah, dia tak sabar mendapat jawaban, tetapi di sisi lain dia teramat khawatir akan penolakan pria itu. Tak ayal, Aliya yang tadi begitu penasaran memilih untuk segera angkat bicara. “Eh nggak usah dijawab!!”
“Kenapa?”
“Biar saja, nanti bilang kalau sudah cinta,” jawab Aliya malu-malu, tutorial cara bertanya itu dia dapati dari berbagai sumber, Aruni salah-satunya.
Mengingat Aruni kerap kali bernostalgia tentang awal-awal pernikahan mereka yang terkesan amat manis, dan Aliya mengambil pengalaman di dalamnya.
“Tidak mau dijawab sekarang?”
“Memangnya Kakak sudah cinta?” Kembali Aliya bertanya dengan mata yang memiliki keberanian untuk menatap pria itu.
Bagas terdiam, sesaat kemudian dia berlalu ke kamar mandi dan meninggalkan kemeja kotor tepat di keranjang pakaian.
Sebuah pengakuan secara tidak sengaja meski Aliya memilih untuk menunda jawaban Bagaskara. Demi Tuhan dia katakan, sedih, tapi apa hendak dikata? Dia tidak punya kuasa lebih sekalipun rasa cintanya luar biasa.
“Berharap apa sih, Al? Lagian terlalu cepat ... nggak mungkin juga langsung cinta, ngaco ih.”
Dia yang bertanya, tapi dia juga yang justru mengutuk dirinya sendiri karena dirasa terlalu buru-buru menuntut kepastian. Padahal, jika dipikir-pikir lagi jawabannya sudah jelas, mana mungkin Bagas sudah cinta.
Segera Aliya menggelengkan kepala, dia bergegas mencari kesibukan lain yang sekiranya bisa membuatnya lupa tentang pertanyaan konyol itu.
Tanpa menunggu Bagaskara selesai, Aliya sudah bersiap untuk mandi karena jujur saja dia gerah juga. Kebetulan, handuknya memang tidak di dalam hingga bisa bebas sekalipun melucuti pakaian sekarang.
“Kok lama banget sih, baru tahu laki-laki mandinya selama itu ... apa mungkin ada yang sakit ya?” Dibanding kesal, Aliya lebih ke arah khawatir karena sang suami tak kunjung keluar.
Bukan tanpa alasan kenapa Aliya sampai bertanya-tanya, karena biasanya Bagas tidak pernah lama. Baru kali ini dia begitu lama hingga menimbulkan tanya.
Tak sedikitpun Aliya tahu, bahwa di dalam kamar mandi, Bagaskara tengah memikirkan pertanyaan yang tadi dia lontarkan.
“Sejauh ini, apa Kak Bagas sudah mencintaiku?”
Masih jelas teringat di benak Bagas, bahkan ekspresinya juga masih dia ingat. Dan, tentang pertanyaannya jujur saja Bagaskara bingung hendak menjawab apa, dia tidak bisa mengutarakan apa yang ada di dalam benaknya, juga tidak bisa memahami apa yang terjadi pada dirinya.
“Cinta?” Kata-kata itu lolos dari bibir Bagaskara, sembari merenung dia bertanya, lebih kepada dirinya sendiri. “Ehm aku bahkan lupa cinta itu bagaimana.”
Tanpa sadar, senyum getir di bibir pria itu terbit begitu tipis, nyaris tak terlihat. Tentang cinta Bagas memang kurang mengerti, terlebih lagi setelah dia memutuskan untuk rela Aruni menjadi istri adiknya.
Dan ya, itu adalah wanita terakhir yang Bagas tatap sebagai cinta. Hingga saat ini, dia pun mengakui bahwa belum ada yang menggeser pemilik wajah cantik dan senyum hangat itu di hatinya.
Kembali tentang Aliya, dia sadar betul statusnya dan tahu bahwa Aliya adalah seorang istri. “Ck kenapa juga dia bertanya semacam itu, membuat kepalaku sak–”
“Kak Bagas!!”
Baru juga dipikirkan, ketukan pintu dan suara lantang Aliya terdengar dengan begitu jelasnya. Bagas yang paham bahwa dirinya sudah telanjur lama di dalam kamar mandi bergegas mengakhiri ritualnya karena memang sudah terasa dingin sebenarnya.
.
.
“Kak Bagas kok lama? Kenapa?” Baru juga pintu terbuka, pemilik mata bulat itu sudah melontarkan pertanyaan yang tak bisa segera Bagas jawab.
Penampilannya yang hanya menggunakan handuk demi menutupi sebagian kecil tubuhnya itu membuat Bagas agak resah jujur saja.
Segera dia memalingkan wajah sebelum menjawab sepatah katapun atas pertanyaan Aliya. Sialnya, Aliya agaknya tidak mengerti tentang hal itu hingga dia memilih terus bertanya demi memastikan keadaan Bagaskara.
“Kak? Jawab ... kenapa? Ada yang sakit? Sudah mandinya atau ken–”
“Aku baik-baik saja, sana mandi.” Bagas dengan sangat terpaksa mengusir si centil itu karena nekat sekali mengekor di belakang punggungnya.
Sontak Aliya berdecak, tak segera beranjak hingga akhirnya Bagaskara berbalik dan menatap ke arahnya. Sebisa mungkin pria itu bersikap tenang meski belahan da-da Aliya terpampang jelas di depan matanya. “Apa maumu sebenarnya?”
“Hah?”
“Aku tanya, apa maumu dengan mengekor di belakangku seperti ini? Sengaja menggoda atau bagaimana? Hem?” Pria itu mengulang pertanyaannya dengan nada yang sedikit lebih menenangkan di telinga.
Aliya tak segera menjawab, dia mengerjap pelan sembari berpikir kenapa bisa Bagas menuduhnya menggoda. Sesaat setelahnya, Aliya menyadari penampilan yang memang super seksi ini.
“Ah, Kakak tergoda rupanya?” terka Aliya dengan segudang rasa percaya diri di benaknya.
“Astaga.” Bagaskara menunduk, sontak pria itu memijit puncak hidungnya tatkala mendapati pertanyaan super percaya diri dari Aliya.
Alih-alih segera berlalu, Aliya justru seolah menantang hingga pria memutuskan untuk mengimbanginya. “Tergoda?”
“Hem, tergoda.”
“Aliya kamu ....” Bagas menarik napas panjang sebelum kemudian dia embuskan perlahan. “Kamu tahu tidak bahwa di dunia ini sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk dengan rasa percaya dirimu itu.”
“Woah mencurigakan.” Begitu ucap Aliya, tenang sekali dan terdengar begitu datar.
“Mencurigakan? Mencurigakan bagaimana maksudmu?”
Aliya bersedekap da-da, dia menggigit bibir bawahnya sebelum kemudian mengembuskan napas kasar.
“Well gimana ya bilangnya? Hampir kepala empat, tapi bisa-bisanya tidak tergoda lihat penampilanku yang begini ... padahal, kalau laki-laki normal lihat lekuk tubuh lawan jenis saja biasanya sih langsung berdiri, kok bisa Kakak tidak?”
Diam, Bagas yang benar-benar tidak menduga bahwa Aliya akan mengatakan hal itu lagi dan lagi terdiam membisu, sama sekali dia tidak mengira bahwa istrinya akan sepandai itu dalam bicara.
“Jadi maksudmu, aku tidak normal begitu?”
“Mungkin, aku juga sedang memastikan ... sebagai seorang istri, wajar kan kalau curiga–aarrrrggghhh!!”
Belum selesai Aliya bicara, Bagas sudah lebih dulu membuatnya berhenti bicara dengan membopong wanita itu ke atas tempat tidur. Sengaja sedikit dibanting dan dengan posisi Aliya terbaring, Bagaskara berkacak pinggang di hadapannya.
“Wait-wait!! Kak Bagas mau apa?”
Tak segera menjawab, pria itu tersenyum tipis dan perlahan membungkuk, bermaksud mengungkung tubuh Aliya yang kini sontak menutupi da-danya.
“Kenapa? Kamu butuh bukti 'kan?”
.
.
- To Be Continued -
jangan sampai ada lelaki lain yang menyayangi aliya melebihi kamu, bagas
Kagak tauu ape, duo makhluk itu lagi kasmaran 😆..
Elu jadi saksi bisuuuu, gitu aja kagak paham, ngiri yaaa 😆...
So selirih apapun suaramu selama tidak memakai bahasa kalbu Bagas bakalan dengar 😅..
Lain kali hati-hati ngomongnya apalagi kalau mau bully Bagas 😆✌...