Zhiyuan, menantu keluarga Liu yang dulu dicap tak berguna dan hanya membawa aib, pernah dipenjara tiga tahun atas tuduhan yang tidak pernah ia lakukan. Selama itu, dunia menganggapnya sampah yang layak dilupakan. Namun, ketika ia kembali, yang pulang bukanlah pria lemah yang dulu diinjak-injak. Di balik langkahnya yang tenang tersembunyi kekuatan, rahasia, dan tekad yang mampu mengguncang keluarga Liu—dan seluruh kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35 Artefak peninggalan Long Tian
Zhiyuan berdiri di mulut sebuah goa tersembunyi. Rerimbunan semak menutupi pintu masuk, nyaris tak bisa dikenali kecuali bagi mereka yang tahu. Udara dingin menusuk dari dalam, membawa aroma tanah basah dan lumut yang membusuk.
Ia menatap kegelapan pekat itu, lalu menghela napas panjang.
“Pak Tua Long… aku harap semua yang kau katakan waktu itu benar.”
Kilasan ingatan menyeruak.
Di dalam sel pengap, tubuh renta Long Tian duduk bersandar di dinding besi. Matanya keruh, napasnya berat, tapi tatapan itu masih tajam.
“Zhiyuan, dengar baik-baik. Aku bukan pria suci, tapi aku meninggalkan sesuatu. Artefak kuno—warisan terakhirku. Itu kusimpan jauh di dalam sebuah goa di pegunungan timur. Goa itu penuh dengan jebakan. Bukan siapa pun yang bisa masuk.”
Zhiyuan menelan ludah. “Kalau begitu, kenapa memberitahu saya?”
Long Tian terkekeh, lalu batuk darah.
“Karena hanya seseorang dengan tekad hidup-mati demi orang yang dia cintai… yang pantas mendapatkannya. Aku tahu matamu, anak muda. Kau rela mengorbankan nyawamu demi istrimu, kan?”
Zhiyuan terdiam. Tapi tatapannya kala itu sudah cukup sebagai jawaban.
Long Tian kemudian melepas liontin giok dari lehernya—sebuah batu hijau berbentuk bulat pipih dengan ukiran kuno. Ia menggenggam tangan Zhiyuan, menaruhnya di sana.
“Giok jue ini kuncinya. Simpan baik-baik. Suatu saat, kalau kau benar-benar nekat masuk, benda ini yang akan menuntunmu melewati semua rintangan.”
Ingatan itu memudar. Kini, Zhiyuan berdiri sendirian di depan pintu masuk goa, liontin giok dingin menggantung di dadanya.
“Baiklah…” ujarnya pelan, lalu melangkah masuk.
Suasana langsung berubah dingin begitu ia melewati ambang. Lorong bawah tanah menyambutnya, gelap, lembap, penuh hawa dingin menusuk tulang.
Zhiyuan menyalakan senter ponselnya, cahaya kuning pucat menyapu dinding batu berlumut.
Ting… ting… ting…
Suara mekanisme terpicu.
“Mati!” Zhiyuan segera melompat ke samping.
Whoosh! Whoosh!
Panah-panah melesat dari dinding, menancap rapat ke tanah. Racun biru pekat menetes dari ujungnya, bahkan rumput liar yang tersentuh langsung layu diselimuti asap hijau.
“Panah beracun…,” gumamnya.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Tuan Tua Long tidak melebih-lebihkan—jebakan di sini benar-benar setara gua naga dan sarang harimau.
Zhiyuan maju perlahan, setiap langkah penuh kewaspadaan.
Tak!
Tiba-tiba pijakannya kosong. Tanah runtuh di bawah kakinya.
“Sial!”
Tubuhnya jatuh ke kegelapan.
Jatuhnya terlalu mendadak. Zhiyuan tak sempat bereaksi, bahkan ponselnya terhempas ke tanah, membuat sekelilingnya gelap gulita. Kini satu-satunya yang bisa ia andalkan hanyalah kepekaan spiritualnya.
Dengan wajah menegang, Zhiyuan menahan napas. Tiba-tiba, suara mekanisme berderit membuatnya tersentak.
'Datang lagi!?'
Ia segera menggerakkan tubuhnya, berguling ke depan berulang kali. Tepat di belakangnya, balok batu besar meluncur jatuh dengan kecepatan tinggi.
Dong! Dong! Dong!
Setiap kali ia berguling, batu itu mendarat tepat di tempat sebelumnya. Dahi Zhiyuan penuh peluh. Ia tak bisa menahan kekaguman sekaligus rasa ngeri pada betapa telitinya jebakan yang dirancang oleh Long Tian.
Sejak itu, ia bergerak jauh lebih hati-hati. Setiap langkah diuji dengan lemparan batu kecil terlebih dahulu. Begitu yakin aman, barulah ia melangkah.
Zhiyuan bergumam lirih, “Kalau Pak Tua Long sampai menyiapkan pertahanan sekompleks ini, berarti barang kuno di dalamnya pasti luar biasa penting.”
Namun anehnya, semua mekanisme tiba-tiba berhenti aktif.
Tanpa ia sadari, liontin giok peninggalan Long Tian yang tergantung di dadanya mulai memancarkan cahaya samar.
Beberapa saat kemudian, Zhiyuan akhirnya sampai di sebuah dinding batu seperti yang pernah disebutkan Long Tian. Di sana terdapat celah yang sama persis bentuknya dengan kalung pemberian Long Tian.
Ia segera melepas kalungnya. Batu itu kini bersinar hijau kristal.
Tanpa ragu, ia menekan batu giok tersebut ke dalam celah. Dinding batu bergeser, semburat cahaya menyembur keluar.
Refleks, Zhiyuan melompat ke samping. Tapi ternyata hanya alarm semu. Begitu cahaya memudar, sebuah kitab kuno dengan aura mistis perlahan mengapung di hadapannya.
Wajah Zhiyuan dipenuhi kegembiraan. Ia mengulurkan tangan, dan saat jari-jarinya menyentuhnya—
Wuuush!
Kitab itu berpendar, berubah menjadi kepulan asap tipis, lalu langsung masuk di antara alisnya.
“Aahh—!”
Zhiyuan merintih, tubuhnya bergetar hebat. Kepalanya seperti dihantam badai kata-kata dan pengetahuan. Rasa mual dan pusing menyerang, hingga ia tak mampu menahan diri selain menutup mata erat-erat.
Waktu terasa tak menentu. Saat kesadarannya kembali, tubuhnya sudah basah kuyup oleh keringat. Napasnya terengah, tapi di matanya kini ada kilatan baru.
“Nyaris saja…” gumamnya.
Hanya kitab dengan energi lembut saja hampir membuat jiwanya runtuh. Jika tadi harta itu bersifat buas, mungkin nyawanya sudah melayang berkali-kali.
Namun, di balik rasa takut, ada pula rasa gembira. Gulungan ini menyimpan metode meracik Pil Pengawet Wajah—obat yang bisa menyembuhkan Liu Yuxin. Senyum samar merekah di bibirnya. Semua rasa sakit barusan benar-benar sepadan.
Setelah beristirahat sejenak, Zhiyuan menemukan jalan keluar. Tapi ia tak sadar, saat ia menyentuh Gulungan Kelahiran Kembali, ada juga pihak lain yang merasakan getarannya.
Inilah alasan sebenarnya Long Tian hanya mempercayakan tugas ini pada seseorang yang sudah mencapai Qi Foundation. Sebab, gulungan itu bukan sekadar harta biasa.
Bahkan keluarga-keluarga kuno ribuan mil jauhnya kini mulai bergerak mencarinya setelah merasakan getaran itu.
Namun, Zhiyuan sama sekali belum tahu.
Zhiyuan akhirnya keluar dari goa tersebut, namun langkahnya tiba-tiba dihentikan oleh sekelompok tentara bersenjata. Langit telah cerah, sinar matahari sore menusuk matanya, membuatnya refleks menutupi dahi dengan tangan.
“Ketua! Dialah penyusupnya!” lapor seorang prajurit.
Seorang perwira dengan pangkat bintang di bahunya maju, menyodorkan tangan ramah. “Anak muda, akhirnya kita bertemu. Maaf kalau anak buahku tadi menyinggungmu.”
Zhiyuan kaku, tak tahu harus bagaimana. Bukankah ia baru saja menerobos masuk ke area terlarang dan melumpuhkan beberapa prajurit negara? Seharusnya ia ditangkap, bukannya disambut hangat begini.
Perwira itu tersenyum makin lebar. “Siapa namamu? Kau punya kemampuan bagus. Apa kau tertarik bergabung ke markas kami sebagai… instruktur?”
“Instruktur?” Zhiyuan sedikit terkejut.
Prajurit lain hampir jatuh tersungkur. Markas rahasia mereka, tempat yang bahkan banyak ahli tak bisa masuk sembarangan, sekarang mengundang orang luar jadi instruktur!?
Namun, sang ketua tak peduli sama sekali dengan tatapan anak buahnya. Ia menatap Zhiyuan penuh minat.
“Apa kau menolak?” tanyanya, senyumnya menghilang diganti ekspresi serius.
Zhiyuan terdiam. Liu Yuxin sedang menunggu pil penyembuhannya. Ia tak bisa berlama-lama di sini.
Tapi kemudian, ketua itu menambahkan dengan nada setengah bercanda, “Kalau kau setuju, anggap saja insiden ilegalmu kali ini selesai tanpa masalah. Dengan begitu kau tidak akan dipenjara.”
Zhiyuan tertegun. Itulah kunci yang ia tunggu. Dengan helaan napas panjang, ia akhirnya mengangguk.
“Baiklah. Aku setuju.”