" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.
Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.
Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.
" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#18. berondong
Sepeninggal Adi Putra, aku habis habisan di buli oleh mereka sampe muka ku rasanya panas menahan kesal jengkel pokonya semua deh, tapi aku nggak bisa meluapkan rasa kesal ku karena ternyata Semua karyawan ibu termasuk mbak Marni juga ikutan konyol.
" ee. Mbak Tiara nanti kalau pas di gandeng pak Adi jalannya gini lo" langsung dua orang memperagakan jalan ala model tapi dengan bentuk bokong nya yang berbeda, satunya semok yang satu tepos kayak papan penggilesan.
Aku geli waktu lihat yang semok jalan pantatnya menul menul ee satunya lagi rata, gimana aku mau marah cobak, liat pantat nya goyang mendal mendal aja aku udah ngakak sampe perutku kram.
Ada yang mencoba gaya seperti orang kaya lah, yang istri pejabat lah dan itu cukup bikin aku malah senyum senyum seolah membenarkan apa yang mereka bilang, entah pelet apa yang di kasih Adi Putra kok akunya nggak bisa marah saat mereka seperti mengejek ku.
Malam pukul delapan sebelum acara selesai ibu menyuruh ku pulang, dengan diantar mbak Marni aku sampai di rumah dan mbak Marni langsung balik lagi setelah nganter aku.
Ibu menyambut ku di depan pintu, " Buk..." aku langsung memeluknya. " capek buk " kata ku manja Menumpahkan segala lelahku di pelukan ibu tercinta.
" kamu udah makan?" tanya ibu sambil mengusap punggung ku.
" udah tadi bereng sama mereka" jawab ku mencium pipi ibu.
" yaudah sana mandi bau asem tau...." kata ibu, aku mengurai pelukan geli dan malu waktu ibu bilang aku bau asem.
" selesai kamu mandi ibu mau ngomong sesuatu" ucap ibu menghentikan langkah pertama, aku langsung reflek berbalik.
" Ngomong apa bu?" tanyaku penasaran.
" Nantilah mandi dulu abis kamu mandi baru ibu bilang" kata ibu.
" Nggak ahh..ibu ngomong dulu ada apa?" seperti biasa aku pasang muka merajuk.
" hhhmmm baiklah ayo kita masuk dulu " ucap ibu mengalah demi membujuk anak, dalam hati aku berteriak yes yes ternyata merajuk ku masih ampuh.
Aku dan ibu duduk di ruang tamu, perasaanku langsung deg degan nggak menentu entah omongan apa yang mau ibu omongin.
" Tiara" ibu memanggil ku lalu menggenggam jemari ku, demi apa hati ku mulai nggak tenang ibu kelihatan serius banget.
beberapa detik ibu masih diam sambil menggenggam jemari ku, aku yang menunggu udah harap harap cemas.
Aku semakin di landa cemas saat mendengar tarikan nafas berat ibu, " sebenarnya ada apa sih..bu..?" aku mulai bertanya.
" Hhmm nggak ada apa-apa cuma ibu mau tanya sama kamu " jawab ibu makin bikin aku tambah bingung, tanya apa cobak selama ini aku tidak pernah merahasiakan apapun dari ibu.
" tanya aja hayo ibu mau tanya apa?" jawab ku masih terbawa suasana bercanda seperti biasa walau dalam hati berkata lain.
Masalah tempo hari aja aku cerita, sampai ibu nangis dan bilang aku harus berhati-hati dalam berteman.
" Apa kamu nggak pernah punya temen cowok!?" tanya ibu bikin aku Keselek ludah ku sendiri.
" Deg..." ku tatap muka ibu dengan sejuta pertanyaan di kepala.
" ngapain cobak tanya tanya temen cowok, ap ibu pernah lihat aku dengan anak cowok" batin ku melintas rasa curiga.
" Atau ibu ada kenalan sama temen cowok ku apa ibu pacaran sama berondong dan itu mungkin salah satu temen ku "Ya Allah fikiran ku jadi kemana mana.
" tapi kan jaman sekarang banyak tuh berondong doyan nya sama wanita yang lebih tua dih kok pening ya kepalaku " monolog ku sambi memijit kening karena beneran mendadak pusing.
" kamu kenapa?" tanya ibu.
" nggak bu Tiara nggak pa-pa kok" jawab ku.
" Tiara malam ini akan ada orang yang datang melamar kamu..!" ucap ibu sambil mengusap tanganku.
" Deg..." jantung ku semakin nggak karuan detak nya, siapa yang mau lamar aku. penasaran ya bener aku penasaran nggak ada ujan nggak ada angin kok ada yang mau ngelamar, punya kenalan cowok aja nggak.
Nggak mungkin kan salah satu dari teman sekolah atau kuliah ku, mereka nggak ada yang demen sama kutu buku kayak aku atau jangan-jangan ibu memang sudah tidak sayang lagi sama aku makanya aku di suruh nikah fikiranku semakin nggak bener.
" sudah jangan di fikirkan, mandi sana masak mau datang tamu kamunya masih bau asem" ucap ibu membuat aku tersadar dari lamunan.
Ku tatap muka ibu yang mulai banyak kerutan di sudut matanya, jauh di dasar hati aku menerka nerka tentang lamaran yang tiba-tiba bahkan aku sampe mikir mungkin ibu udah nggak sayang sama aku makanya aku di cariin jodoh.
" Buk apa Tiara selama ini nyusahin ibuk!?" tanyaku mengalir dengan segenap rasa sedih yang tiba-tiba saja menyeruak dalam dada.
" Kok kamu nanya nya gitu!?" ibu malah balik tanya dengan nada ketus, aku paham nada itu berarti ibu kesal sama aku.
" ya lah kalau Tiara nikah kan berati Tiara harus ikut suami dan pisah dari ibuk.." ku jawab langsung.
Ibu menatap wajah ku, " bukan gitu konsepnya sayang " ucap ibu mengelus pipiku.
Aku diam karena menahan sesak yang tiba-tiba muncul, dari kecil aku nggak pernah pisah dari ibu bahkan setengah hati ku begitu benci mahluk yang namanya laki-laki. Sosok ayah saja aku nggak pernah ketemu di alam nyata, aku paham bagaimana sakitnya ibu waktu memperjuangkan hidup kami.
" Tiara sudah dewasa, ibu udah makin tua nggak mungkin ibu hidup terus. Nanti kalau ibu nggak ada siapa yang jagain kamu " kata ibu bikin mataku terbuka lebar.
Aku nggak sukak dengan kata-kata nya yang seolah-olah mau ninggalin aku, " Ibu akan selalu ada " sengaja ku porong ucapannya, bagaimana pun aku nggak rela kehilangan. udah ayah ninggalin aku masa ibu lagi mana mau aku.
" Tiara dengarkan ibu" aku mengangguk, " hidup ini silih berganti ada yang pergi ada pula yang datang semua sudah di garis kan begitu juga masalah maut dan jodoh semua udah di atur dan ada perjanjian nya " ucap ibu panjang lebar aku hanya jadi pendengar Budiman saja.
" Brum..." bunyi suara mesin mobil masuk ke pekarangan rumah.
" Tuh kayaknya mereka udah datang mandi sana gih" ibu mengusir ku.
" Nggak ahh Tiara males mandi biar aja bau bau kalau memang dia mau ya mau kalau nggak kebeneran " jawab ku ngasal.
Mata ibu langsung melotot mendengar jawabanku" Astaghfirullah...jangan gitu sayang cepat mandi nurut kata ibu " ucap ibu kemudian bangkit pergi menuju pintu.