NovelToon NovelToon
Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Ibu susu
Popularitas:258.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Dua minggu yang lalu, Rumi Nayara baru saja kehilangan bayi laki-lakinya setelah melahirkan. Lalu, seminggu kemudian suaminya meninggal karena kecelakaan. Musibah itu menjadi pukulan berat bagi Rumi. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan bayi laki-laki yang alergi susu botol di rumah sakit, dan butuh ASI. Rumi pun menawarkan diri, dan entah mengapa ia langsung jatuh cinta dengan bayi itu, begitu juga dengan bayi yang bernama Kenzo itu, terlihat nyaman dengan ibu susunya.

Tapi, sayangnya, Rumi harus menghadapi Julian Aryasatya, Papa-nya baby Kenzo, yang begitu banyak aturan padanya dalam mengurus baby Kenzo. Apalagi rupanya Julian adalah CEO tempat almarhum suaminya bekerja. Dan ternyata selama ini almarhum suaminya telah korupsi, akhirnya Rumi kena dampaknya. Belum lagi, ketika Tisya— istri Julian siuman dari koma. Hari-hari Rumi semakin penuh masalah.

“Berani kamu keluar dari mansion, jangan salahkan aku mengurungmu! Ingat! Kenzo itu adalah anak—?”

Siapakah baby Kenzo?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Mulai Bekerja

“Aku sangat yakin, pasien atas nama Ibu Rumi itu anaknya telah meninggal ... tapi kenapa anak itu sangat mirip dengan bayi yang aku urus saat  Ibu Rumi operasi caesar?” batin perawat yang mendampingi dokter bertanya-tanya.

Begitu masuk ke ruang perawat, perawat bernama Anes itu terduduk diam di kursinya dalam beberapa saat.

“Mbak Anes, loh kok malah bengong?” Tiba-tiba saja rekan kerjanya menepuk pundak wanita itu.

“Eh!” Anes mendongak.

“Mikirin siapa sih? jam pulang masih lama,” tanya Mila terkekeh pelan.

“Mbak Mila masih ingat nggak sama bayi yang meninggal beberapa minggu yang lalu?”

Mila mengangguk pelan. “Mmm ... masih ingat. Yang bayinya atas nama Bu Rumi, kan? Aku sendiri kan yang tahu awalnya di ruang bayi. Memangnya kenapa?” tanya Mila penasaran.

Anes menatap lekat-lekat rekan kerjanya itu. “Mbak Mila yakin ... yang meninggal anaknya Ibu Rumi ... tidak tertukar?” tanyanya penuh kehati-hatian.

Mila berpura-pura mengambil arsip beberapa pasien di meja Anes. “Setiap bayi ada gelang identitasnya Mbak Anes, mana mungkin tertukar. Memangnya kenapa? Kamu curiga sama aku?” tanyanya dengan nada lembut, namun jantungnya berdegup dengan cepat.

Anes menggeleng pelan. “Sorry Mbak,  bukannya menuduh. Hanya bertanya saja. Syukur-syukur tidak tertukar dengan bayi yang lainnya. Namanya manusia bisa saja teledor, kan,” balasnya dengan santai, tanpa mengungkapkan rasa curiganya.

“Mmm ... kalau begitu aku balik mau visit sama dokter Annisa,” balas Mila berpamitan.

“Ya.” Anes yang masih penasaran menatap wanita itu sampai menghilang dari balik pintu.

“Iish ... kenapa si Anes bisa bertanya seperti itu? Apa jangan-jangan dia mencurigai sesuatu?” batin Mila pun juga was-was.

 

***

Waktu pun terus bergulir, tanpa terasa sudah besok hari. Pagi ini, Rumi dan baby Kenzo sudah diizinkan pulang. Dan, sesuai dengan surat perjanjian yang ditanda tangani oleh Rumi, ia harus pulang ke mansion Julian.

Ibu Ita sudah dijelaskan oleh Rumi. Meski rasanya tidak tega melihat anaknya harus menanggung perbuatan almarhum suaminya, tapi wanita paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa atas keputusan anaknya tersebut. Namun, alangkah baiknya Mama Liora mengajak Bu Ita mengantar pulang Rumi ke mansionnya.

“Silakan dicicipi makanannya Bu Ita, tolong jangan sungkan,” pinta Mama Liora saat salah satu maid menyajikan kudapan dan minuman hangat.”

“Makasih banyak Bu, ini sangat berlebihan sekali. Saya jadi ngerepotin,” balasnya tampak canggung.

“Jangan sungkan Bu Ita, ini belum seberapa dibandingin dengan anak ibu yang akhirnya mau tinggal di sini, mengurus cucu saya. Dan, saya berjanji akan memperlakukan Rumi seperti anak saya sendiri. Bu Ita pun bisa sesekali berkunjung ke sini,” ucap Mama Liora dengan ramahnya.

Sementara itu, Rumi dan baby Kenzo sedang berada di kamar baby. Dan, lagi-lagi sejak dari rumah sakit sampai pulang papa-nya Kenzo berada di sampingnya.

“Kalau sudah selesai, kamu segera ke kamar saya,” perintah Julian sebelum ia keluar.

“Kamarnya di sebelah mana Pak?” tanya Rumi yang memang tidak tahu.

Pria itu menoleh. “Di sebelah kanan.”

“Mmm.” Rumi menegakkan punggungnya setelah merebahkan baby Kenzo di atas ranjang. Lalu, ke kamar mandi.

Tak lama kemudian, “Mbak Nia, saya titip Kenzo sebentar ya. Saya mau ke kamar bapak dulu.”

“Ya, Mbak ... hati-hati. Jangan sampai digigit sama Tuan,” seloroh Nia.

Rumi tertawa kecil. “Tinggal gigit balik aja, Mbak.” Jujur saja ia ada rasa takut, tapi harus menghadapinya untuk saat ini.

Tanpa menunggu lama, Rumi mengetuk pintu kamar utama.

“Masuk!” sahut Julian

***

Pintu kamar utama terbuka pelan setelah Rumi memberanikan diri memutarnya. Langkah kakinya ragu, seakan setiap injakan bisa menimbulkan gema di ruangan yang luas itu. Begitu pintu terbuka lebar, matanya otomatis membesar—ia benar-benar terpana.

Kamar utama itu begitu luas, lebih mirip sebuah suite hotel bintang lima daripada kamar tidur biasa. Lantai marmer putih berkilau, seolah baru saja dipoles. Tirai tebal warna abu-abu muda terbuka separuh, membiarkan cahaya matahari pagi masuk, menyapu ruangan dengan kilau keemasan. Tempat tidur berukuran super king berdiri megah di tengah ruangan, berlapis sprei satin krem dengan hiasan bantal besar yang ditata simetris. Di sudut lain, ada sofa panjang dengan meja rendah dari kaca, lengkap dengan bunga segar yang baru diganti. Aroma lembut campuran cendana dan citrus samar tercium, menenangkan sekaligus mewah.

Namun yang paling membuat dada Rumi tercekat adalah foto besar yang terpajang di dinding dekat meja kerja: potret pernikahan Julian bersama Tisya. Sang pengantin perempuan tampak begitu anggun, sementara Julian berdiri gagah dengan jas hitam, ekspresinya serius seperti biasanya. Senyum Tisya yang lebar membuat foto itu terasa hidup. Rumi terdiam sejenak, jantungnya berdegup kencang. Ada perasaan canggung menyeruak, seakan ia telah melangkah masuk ke dalam ruang yang masih menyimpan bayangan orang lain.

"Kenapa bengong di pintu?" Suara berat Julian terdengar, membuat Rumi buru-buru menoleh.

Ia sontak membeku. Pria itu berdiri tak jauh dari meja kerja, hanya berbalut handuk putih yang melilit pinggangnya. Rambutnya masih agak basah, butiran air menetes di garis rahang hingga dada bidangnya. Tubuh atletis itu tampak kekar, setiap lekuk ototnya tegas terlihat, membuat Rumi buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lantai. Namun, semakin ia menunduk, semakin ia merasa jantungnya ingin meledak.

“A—anu, saya ….” Suaranya tercekat.

Julian melangkah beberapa langkah, tatapannya tajam namun dingin. “Masuk. Jangan berdiri di pintu.”

Rumi menelan ludah, lalu melangkah masuk. Kakinya seperti tak bertulang, tapi ia memaksa terlihat tenang. “Baik, Pak,” jawabnya pelan, pura-pura tenang meski hatinya riuh.

Julian duduk sebentar di tepi ranjang, lalu menunjuk ke arah sebuah pintu kayu di sisi kiri ruangan. “Walk in closet ada di sana. Ambilkan saya setelan abu-abu gelap, kemeja putih, dasi biru tua, dan sepatu kulit hitam yang ada di rak kedua.”

Rumi mengangguk cepat, lalu segera menuju pintu itu. Begitu ia membukanya, rasa takjub kembali menyeruak. Walk in closet itu luar biasa luas, hampir seukuran kamar kos pada umumnya. Barisan jas tergantung rapi berdasarkan warna, kemeja-kemeja tersusun seperti di butik mewah, deretan dasi tersimpan dalam laci kaca dengan pembatas khusus, dan rak-rak sepatu menampilkan koleksi mahal yang mungkin bernilai ratusan juta.

“Ya Allah … ini mah seperti butik pribadi,” gumamnya lirih. Jemarinya gemetar saat menarik setelan yang dimaksud Julian. Ia berhati-hati agar lipatannya tidak berantakan.

“Cepat, jangan lama-lama.” Suara Julian terdengar dari luar closet.

“Ya, Pak,” jawab Rumi terburu, lalu membawa pakaian itu ke arah ranjang. Ia meletakkannya di atas tempat tidur dengan hati-hati.

Bersambung ... ✍️

1
Nie
Julian khawatir kalo kamu sendiri drumah Rum,apalagi ada makhluk astral di paviliun takutnya dia gentayangan gangguin kamu dsaat Julian ga ada
Nurul Hilmi
menanti thor
Nie
Ayo Derry tunjukkan kebenarannya,karna dsini Rumi dan Julian yg jd korbannya,jgn sampe nanti Kenzo jg jd korban apalagi Tissa sdh mulai sadar
Cicih Sophiana
emang Aulia dasar nya jahat ya tetap aja jahat... liat orang bahagia di perhatikan hati nya timbul iri dengki
Hanifah Ifah
mommy novel judul mengejar cinta istri karya mommy jg kah? tapi aku cari ko ga Nemu ya
sherly
Julian tak bisa jauh dr Rumi.... oh sweet banget dah...
Cicih Sophiana
semoga aja cinta nya Julian sekarang untuk Rumi...
knp gak di usir aja Aulia nya Jul suruh pulang... bahaya klo dia di situ terus
sherly
smoga si Derry ngk menunda2 laporan temuan dia ... biar pas si tisya siuman si Julian dah tau kelakuannya tp tetep pura2 tak paham kelakuan si uler tu...
Cicih Sophiana
jus jeruk nya di kasih apa yah... cepat Jul panggil dokter sebelum ada papa dgn Rumi dan baby Kenzo...
sherly
anda emang ngk bercanda tapi tak sadarkah kalo ini bisa membuat salah paham
Cicih Sophiana
gak salah dong klo Julian perhatian sama Rumi... kan dia membutuhkan Rumi untuk baby nya
Cicih Sophiana
keluarga macam apa itu... anak yg satu blm jg siuman anak yg lain udah di sodorin bu... bukan nya berdoa untuk anak yg belum siuman ini malah punya rencana jahat..
Oktaviani Agustina
Wah mkn seruuuu
Rida Arinda
nungguin Derry ngomong 😳😳😳
Yam Mato
semakin dag dig dug mom nunggu part selanjutnya
Engkar Sukarsih
ayo...dar der dor keluar kasi tau sama ci juli rahasia yang kamu sembunyikan.biar juli tau kelakuan berengsek ci tiysu 🤪🤪🤪
Kimo Miko
aku ikutan panik karena pagi itu julian akan membahas yang sangat penting dengan derri.? julian setelah tahu siapa mamaknya baby kenzo apa reaksinya ya. semakin penasaran
juwita
pada g sabar mom nunggu Dery cerita sm pak jul. tkt tisya keburu sadar
juwita
mom bongkar dl kebusukannya tisya. Julian hrs tau smuanya jgn smpe tisya plg ke rmh Julian msh blm tau kebusukannya tisya tktnya malah rumi yg di serang sm tisya dn keluarganya
Naufal Affiq
Alasan rumi,dia gak mau jauh darimu,maka nya pak julian,cepetan datang ke kantor,tanya derry masalah rumi,pasti bapak tetkejut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!