NovelToon NovelToon
Kau Dan Aku Selamanya

Kau Dan Aku Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Suami Tak Berguna
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Seraphine E

Hidup Audy runtuh ketika pengkhianatan dalam rumah tangganya terbongkar. Di tengah luka yang menganga, kariernya justru menuntutnya berdiri tegak memimpin proyek terbesar perusahaan. Saat semua terasa mustahil, hadir Dion—direktur dingin yang perlahan menaruh hati padanya, menjadi sandaran di balik badai. Dari reruntuhan hati dan tekanan ambisi, Audy menemukan dirinya kembali—bukan sekadar perempuan yang dikhianati, melainkan sosok yang tahu bagaimana melawan, dan berhak dicintai lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Hari libur kali ini akan Audy manfaatkan dengan bersenang-senang dan memanjakan dirinya sendiri.

Setelah sekian lama terus menguras tenaga untuk pekerjaan dan menghadapi drama rumah tangganya yang akan memasuki babak baru, akhirnya dia bisa sedikit bisa bersantai sejenak dari rutinitas yang membuatnya tertekan dan lelah.

Dulu mungkin dia berpikir jika dia sedikit memanjakan dirinya, maka akan terlihat seperti sebuah pemborosan. Kalau dipikir-pikir Audy merasa sangat bodoh dimasa lalu.

Bersama Yunita, mereka mendatangi sebuah spa yang cukup terkenal di pusat kota. Aroma rempah dan musik instrumental lembut menyambut mereka sejak di pintu masuk. Setelah mengkonfirmasi reservasi mereka beberapa hari sebelumnya, beberapa therapist datang menyambut dengan senyum ramah, lalu menuntun mereka ke ruang ganti masing-masing yang hanya dipisahkan oleh tirai.

“Silakan ganti pakaian ibu dengan gaun ini sebelum kami memulai perawatan,” ucap salah seorang therapist sambil menyerahkan selembar gaun spa.

Audy mengangguk, begitu juga Yunita. Namun saat mereka akan masuk ke ruang ganti, sesuatu terjadi. Seorang ibu berusia paruh baya yang juga ada di sana tiba-tiba jatuh terkulai.

“Loh… Bu! Bu!” seru Yunita panik.

Refleks, Audy bergerak cepat menahan tubuh si ibu agar tidak membentur lantai. Wajahnya tegang, tapi tangannya cekatan. “Bu, ibu dengar saya?” panggilnya sambil menepuk pelan pipi wanita itu.

Yunita yang masih shock langsung berlari ke luar memanggil staff spa, “Tolong! Ada yang pingsan! Cepat panggil ambulance!”

Di dalam ruang ganti, Audy berusaha tetap tenang. Dia meraba pergelangan tangan si ibu, mencari denyut nadinya. Syukurlah masih terasa, meski lemah. Ingatan lamanya tentang pelajaran pertolongan pertama muncul begitu saja. Dia menyesuaikan posisi tubuh si ibu, memberi jalan udara, memastikan napasnya tetap mengalir.

Tak lama Yunita kembali, membawa sebotol kecil minyak kayu putih. “Coba, Dy,” katanya sambil membuka tutup botol, mendekatkannya ke hidung si ibu.

Aroma tajam langsung menusuk. Perlahan kelopak mata si ibu bergetar, lalu terbuka. Wajahnya tampak bingung, matanya mencari-cari. Audy tersenyum menenangkan, “Ibu tenang, ibu tadi pingsan sebentar. Sebentar lagi ambulance datang.”

Benar saja, suara sirene mulai terdengar dari kejauhan. Staff spa dan paramedis segera mengambil alih, membawa si ibu dengan tandu keluar dari ruangan.

“Huft…” Yunita menepuk dadanya, masih kaget. “Semoga ibu itu nggak kenapa-kenapa ya, Dy.”

Audy mengangguk pelan, masih menata napasnya. “Iya, semoga baik-baik saja.”

“Tapi kamu keren banget sih. Bisa langsung kasih pertolongan pertama gitu. Kamu pernah belajar sebelumnya ya?” tanya Yunita sambil menatapnya kagum.

Audy tersenyum tipis. “Iya, dulu… waktu Mama masih ada. Mau nggak mau aku belajar pertolongan pertama.”

“Oh, maaf… aku nggak bermaksud bikin kamu keingat lagi,” kata Yunita cepat-cepat, merasa bersalah.

Audy menggeleng. “Santai aja. Udah lama kok. Lagipula, setidaknya ilmu itu berguna kan? Bayangin kalau tadi kita cuma bengong.”

Yunita mengangguk mantap. Rasa kagumnya makin besar pada sahabatnya itu.

Tak lama, seorang therapist muncul di pintu, tersenyum lembut. “Kak Audy, Kak Yunita, mari… perawatannya sudah siap.”

Mereka berdua saling pandang. Setelah drama kecil barusan, spa ini rasanya memang benar-benar pantas disebut healing day.

***

Kamar rumah sakit itu dipenuhi aroma khas obat-obatan dan antiseptik yang menusuk hidung. Mesin monitor berdetak pelan, menandai denyut jantung seseorang yang masih berdetak. Di ranjang putih dengan sprei rapi, Mirna terbaring lemah, wanita berusia sekitar lima puluh tahun itu tampak pucat tapi sorot matanya masih menyimpan ketegasan khas seorang pebisnis ulung.

Di sisi ranjang, duduk seorang pria tegap berkacamata, Evan, sekretaris setianya. Raut cemas jelas terpampang di wajahnya. Bagaimana tidak? Bos sekaligus sosok yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri itu mendadak pingsan di tempat spa, membuat semua orang panik, termasuk dirinya yang mendengar kabar tersebut via telepon.

“Bu Mirna… Bu… Ibu bisa dengar saya? Ini Evan, Bu,” suara Evan bergetar, separuh panik.

Mata Mirna bergerak pelan, lalu terbuka. Dia mendengus kecil, “Kamu ini berisik sekali, Van. Aku baik-baik saja. Paniknya kayak aku mau mati aja.”

Nada suaranya masih penuh seloroh, seakan ingin menenangkan meski tubuhnya jelas belum sepenuhnya pulih.

Evan menarik napas lega, lalu tersenyum getir. “Bukan begitu, Bu. Ini bukan pertama kalinya. Jelas saja saya cemas. Kalau Ibu kenapa-kenapa, saya juga yang repot. Bisa-bisa nanti saya jadi pengangguran.”

Mirna terkekeh kecil, meski suaranya serak. “Ohooo, kamu ini bantah aja terus ya. Kamu itu laki-laki tapi cerewetnya luar biasa. Pantas sampai sekarang kamu belum nikah juga. Mana ada perempuan yang tahan denger omelan kamu Van”

Evan hanya mengangkat alis, tertawa kecil. Sudah terbiasa dengan celetukan tajam itu, tapi entah kenapa dia selalu menyukainya bahkan merindukan omelan dari bos sekaligus ibu angkatnya ini.

“Ngomong-ngomong,” ucap Mirna setelah menarik napas panjang, “Tadi aku ditolong sama seorang perempuan. Kamu udah ketemu dia belum? Aku mau bilang terima kasih secara langsung.”

Evan menggeleng pelan. “Belum, Bu. Tapi nanti saya cari tahu informasinya dari pihak spa. Pasti gampang dilacak.”

Mirna mengangguk, lalu terdiam. Pandangannya mengembara kosong ke langit-langit kamar. Wajah perempuan yang tadi menolongnya sekilas melintas kembali di benaknya. Senyumnya, tatapannya… semuanya mengingatkan Mirna pada seseorang.

Kakak perempuannya yang kini sudah tidak lagi bersama dengannya.

Kakak yang sudah lama pergi, tapi tidak pernah sekalipun dia berhenti merindukannya. Kirana.

***

Evan berdiri di depan resepsionis. Jasnya masih rapi meski wajahnya tampak letih.

“Permisi, saya ingin tahu siapa nama wanita yang tadi menolong Ibu Mirna. Kalau bisa, saya juga ingin minta nomor kontaknya. Ibu saya ingin mengucapkan terima kasih secara pribadi.”

Resepsionis yang ramah membuka catatan reservasi, lalu berkata. “Mohon maaf pak, tapi kami tidak bisa memberikan data kien begitu saja tanpa persetujuan. Apa bapak bersedia menunggu untuk saya konfirmasi terlebih dulu dengan yang bersangkutan?”

"Boleh mbak, saya tunggu kalau begitu" kata Evan

Ditempat lain, Di sebuah restoran yang sedang viral di media sosial, Audy dan Yunita duduk menikmati hidangan mewah yang tersaji di meja. Musik lembut mengiringi, angin malam bertiup tipis dari kaca jendela besar yang memamerkan panorama kota.

“Pemandangan dari atas sini bagus juga, Dy. Sini aku fotoin kamu,” kata Yunita, antusias mengeluarkan ponselnya.

Audy menutup wajah dengan tangan, tertawa kecil. “Duh, nggak deh, Yun. Malu. Udah umur segini juga.”

“Yee, justru di umur kita sekarang harus makin eksis. Masa kalah sama anak-anak gen Z? Ayolah, sekali aja!” goda Yunita sambil mengarahkan kamera.

Audy akhirnya pasrah, hanya tersenyum tipis di depan kamera. Baru saja mereka hendak melanjutkan obrolan, ponsel Audy bergetar di atas meja. Nomor tak dikenal.

“Siapa tuh?” tanya Yunita penasaran.

Audy menempelkan ponsel ke telinga. Suara ramah seorang staf spa terdengar di seberang. “Halo selamat malam, betul dengan Kak Audy? Maaf mengganggu waktunya. Kami tadi kedatangan pihak keluarga dari ibu yang sempat kakak tolong siang ini. Mereka ingin menyampaikan terima kasih secara langsung. Apakah Kak Audy berkenan jika kami memberikan nomor pribadinya?”

Audy melirik Yunita sejenak, lalu mengangguk kecil. “Oh, tentu. Silakan saja.”

Setelah menutup telepon, Audy menghela napas ringan. “Ternyata keluarganya ibu tadi minta nomor aku. Mereka mau bilang terima kasih.”

Yunita tersenyum. “Oalah, kirain siapa”

Kembali ke tempat spa, Resepsionis tersebut menyerahkan catatan kecil kepada Evan. “Malam pak, ini nomor ponselnya, beliau baru saja mengizinkan kami membagikan nomor teleponnya.”

Evan menerima secarik kertas kecil dengan nomor tertulis rapi di atasnya. Dia menatap angka-angka itu sejenak,

Dalam hatinya, ada rasa lega sekaligus penasaran. Siapa sebenarnya wanita itu? Kenapa sejak tadi Mirna terlihat begitu berbeda setelah menyebutnya? Seolah menemukan seseorang yang sudah lama dia rindukan.

***

1
Widya Herida
lanjutkan thor ceritannya bagus
Widya Herida
lanjutkan thor
Sumarni Ukkas
bagus ceritanya
Endang Supriati
mantap
Endang Supriati
engga bisa rumah atas nama mamanya audi.
Endang Supriati
masa org penting tdk dpt mobil bodoh banget audy,hrsnya waktu dipanggil lagi nego mau byr berapa gajinya. nah buka deh hrg. kebanyakan profesional ya begitu perusahaan butuh banget. td nya di gaji 15 juta minta 50 juta,bonus tshunanan 3 x gaji,mobil dst. ini goblog amat. naik taxi kwkwkwkwkkk
Endang Supriati
audy termasuk staff ahli,dikantor saya bisa bergaji 50 juta dpt inventaris mobil,bbm,tol,supir,by perbaikan mobil di tanggung perusahaan.bisa ngeclaim entertaiment,
Endang Supriati
nah itu perempuan cerdas,sy pun begitu proyek2 sy yg kerjakan laporan 60 % sy laporkan sisanya disimpan utk finslnya.jd kpu ada yg ngaku2 kerjja dia,msmpus lah.
Syiffa Fadhilah
good job audy
Syiffa Fadhilah
sukur emang enak,, menghasilkan uang kaga foya2 iya selingkuh lagi dasar kadal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!