NovelToon NovelToon
DUDA LEBIH MENGGODA

DUDA LEBIH MENGGODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Monica

:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."

"Ngelunjak!"

Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

Gelap.

Bukan sekadar ketiadaan cahaya, melainkan kegelapan pekat yang melenyapkan segala bentuk, segala warna, segala kepastian. Kegelapan yang merenggut indra dan meninggalkan mereka terombang-ambing dalam kehampaan.

Monica membuka matanya lebar-lebar, berusaha untuk melihat sesuatu, namun rasanya sama saja seperti memejamkannya. Tidak ada perbedaan. Udara di sekelilingnya berbau ozon yang menyengat, bercampur dengan aroma debu logam yang tajam, memenuhi paru-parunya dan membuatnya terbatuk. Telinganya berdenging parah, sisa ledakan kecil yang baru saja terjadi.

“Monica…” suara Teddy terdengar pelan, memecah kesunyian yang mencekam. Suaranya terdengar dari arah entah berapa langkah di depannya, membuat Monica merasa sedikit lega.

“Aku di sini,” jawab Monica, suaranya bergetar. Ia meraba ke depan, berusaha untuk menemukan sesuatu yang bisa menjadi pegangan. Tangannya menyentuh dinding baja yang dinginnya menusuk kulit, membuatnya menggigil. Ia mencoba merangkak, namun kaki kirinya terasa seperti tertimpa sesuatu yang berat, membuatnya meringis kesakitan.

Dari arah kiri, terdengar suara batuk kasar. “Azzam?” tanya Monica, khawatir.

“Iya…” jawab Azzam, napasnya terputus-putus. “Kayaknya kupingku… separuh hilang. Aku tidak bisa mendengar apa-apa," keluhnya, putus asa. Lalu, hening lagi.

Tidak ada suara Rendra.

Dan itu… jauh lebih menakutkan daripada mendengar dia berbicara. Keheningan itu adalah ancaman yang tak terlihat, bahaya yang mengintai dalam kegelapan.

Sementara itu di Jakarta, Livia dan Kirana menatap monitor dengan tatapan kosong. Layar tersebut kini hanya menampilkan layar hitam, tidak ada gambar, tidak ada data, tidak ada apa pun.

“Tidak ada feed, tidak ada data. Semua sensor mati. Kita telah kehilangan kontak dengan mereka," kata Livia pelan, suaranya terdengar putus asa.

Kirana mengunyah bibirnya sampai terasa asin, berusaha untuk menahan air matanya. “Berarti mereka… benar-benar sendirian di situ? Terjebak dalam kegelapan?" bisiknya, ngeri.

Livia menatapnya lama, matanya memancarkan kesedihan dan kekhawatiran. “Sendirian… dan buta. Mereka harus berjuang sendiri," sahutnya, getir.

Monica mulai merangkak di lantai yang dingin, tangannya menyentuh sesuatu yang hangat—terlalu hangat. Kain. Kulit. Ia terkejut dan berhenti bergerak.

“Teddy?” tanyanya, ragu.

“Aku,” jawab Teddy, suaranya lega, namun sedikit tercekat. “Kau terluka? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya, khawatir.

“Hanya… kaki kejebak. Aku tidak bisa menggerakkannya," jawab Monica, meringis kesakitan.

Teddy menggeser sesuatu yang berat dari kakinya. Suara besi bergesekan membuat Monica meringis. Ia merasa lega karena Teddy ada di dekatnya.

Azzam menggerutu pelan di kegelapan, suaranya terdengar lemah. “Oke, berita baik: sistem masuk reboot, jadi bom tidak meledak. Kita selamat dari kehancuran. Berita buruk…”

“Listrik butuh waktu nyala? Kita harus menunggu," tebak Teddy, berusaha untuk tetap optimis.

“Kalau cuma itu sih gampang. Masalahnya… rebootnya tidak lengkap. Sistem pintu masih di Omega Lockdown. Kita masih terkunci di sini," jawab Azzam, putus asa.

Artinya: mereka terkurung.

Di ruang gelap yang dingin dan berbahaya.

Bersama seseorang yang mungkin masih berniat membunuh mereka. Rendra masih berkeliaran di suatu tempat dalam kegelapan, menunggu kesempatan untuk menyerang.

Dari ujung lorong, terdengar suara berderit, seperti logam bergesekan dengan logam. Lalu, langkah kaki. Pelan, menyeret, namun jelas mendekat. Suara itu membuat jantung Monica berdebar kencang.

Monica menelan ludah, berusaha untuk menenangkan diri. “Itu… Rendra?” bisiknya, ngeri.

Tidak ada jawaban.

Langkah itu berhenti tepat di tengah ruangan, di suatu tempat yang tidak

1
Wien Ibunya Fathur
ceritanya bagus tapi kok sepi sih
Monica: makasih udah komen kak
total 1 replies
Monica Pratiwi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!