NovelToon NovelToon
Kau Sewa Aku, Ku Dapatkan Cintamu

Kau Sewa Aku, Ku Dapatkan Cintamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Nikah Kontrak / Anak Yatim Piatu / Romansa / Fantasi Wanita / Pihak Ketiga
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora.playgame

Kau sewa aku, Kudapatkan cintamu

Semua berawal dari selembar kertas perjanjian.
Ia hanya butuh uang, dan pria itu hanya butuh istri… meski sementara.

Dengan tebusan mahar fantastis, mereka terikat dalam sebuah **pernikahan kontrak**, tanpa cinta, tanpa janji, hanya batas waktu yang jelas. Namun, semakin hari, batas itu mulai kabur. Senyum kecil, perhatian sederhana, hingga rasa yang tak pernah mereka rencanakan… pelan-pelan tumbuh menjadi sesuatu yang tak bisa disangkal.

Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
jangan lupa kasih dukungannya ya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part. 4- KSA, KDC

Mobil hitam itu melaju cukup kencang. Keira duduk gelisah, dengan kedua tangannya yang mengepal di pangkuan, dan sesekali melirik Arga yang sama sekali tak menoleh padanya.

Tiba-tiba—

Citttttttt!

Arga menghentikan mobil secara mendadak, sehingga badan Keira langsung terdorong ke depan.

“Ya ampun! Astaga!” serunya panik, dan hampir terbentur dashboard. “Hei! Kamu mau bunuh aku, ya?!”

Namun Arga tetap tenang, dengan kedua tangannya yang masih memegang setir, dan pandangan yang lurus ke depan.

“Kalau kau pakai sabuk pengaman, tidak akan seperti itu.”

Keira melongo mendengar perkataan Arga itu hingga wajahnya pun memerah.

“Bukannya minta maaf malah nyalahin aku?! Gila ya kamu! Aku bukan boneka yang bisa dilempar seenaknya terus diajak ngebut kayak gini!”

Ia mengomel panjang lebar, sampai tangannya ikut bergerak-gerak seakan ingin menunjuk hidung Arga.

“Dengar ya, Tuan Dingin! Aku nggak salah apa-apa. Dari awal kamu yang bikin ribut, kamu yang nyeret-nyeret aku, kamu yang seenaknya nyuruh masuk mobil, sekarang hampir bikin aku jatuh ke luar jendela. Dasar… dasar—”

"Hufthhhhhh....." Arga akhirnya menghela napas panjang, lalu memotong omelan Keira dengan kalimat pendek. “Cincinnya.”

Keira terdiam sejenak, dengan mata yang berkedip karena tak percaya. “Hah?”

Sedangkan Arga masih menatap lurus ke depan dan tak menoleh sedikit pun. “Kembalikan cincin itu padaku. Sekarang," Serunya tetap dingin.

Keira terperangah. Kemudian ia mendengus sambil melipat tangan. “Ha! Jadi setelah semua drama ini, yang kamu pikirin cuma cincin kecil ini? Serius banget sih?!”

Ia lalu meraih gagang pintu dan berniat keluar. Namun pintu tak bergeming. “Eh? Kok… terkunci?!” Keira panik, lalu menoleh ke Arga. “Buka pintunya! Sekarang!”

“Tidak sebelum kau kembalikan cincin itu,” jawab Arga datar.

Keira hampir meloncat dari kursi. “Astaga, kamu beneran gila! Ini penculikan namanya! Orang-orang harus tahu betapa jahatnya seorang mahasiswa dari kampus yang katanya terhormat ini!”

Tapi Arga tak menanggapi ancaman itu, ia hanya tetap menunggu dengan tatapan dingin.

"Huh!." Akhirnya Keira mendengus kesal, lalu mencoba melepas cincin dari jarinya. Ia menarik dengan keras, berulang kali, hingga wajahnya memerah.

“Aduh! Ih, kenapa cincin ini susah banget dilepas sih?!”

Arga menoleh sekilas, alisnya terangkat. “Kenapa?”

Keira langsung memperlihatkan jarinya, karena cincin itu masih melingkar erat di jarinya.

“Lihat! Ini bukan salahku. Cincinnya aja yang nggak mau lepas! Kamu kira aku sengaja apa?!” serunya, frustasi.

Arga mengamati sebentar, kemudian menggeleng pelan. “Aku benar-benar tidak habis pikir… bertemu gadis sekeras kepala ini.”

Keira mendengus.

“Dan aku juga nggak habis pikir ketemu pria sedingin batu es kayak kamu!”

Suasana pun menjadi sunyi. Mobil terasa sesak oleh hawa panas dari perdebatan mereka.

Tiba-tiba Arga membuka suara lagi, kali ini dengan nada yang sedikit berbeda. “Berapa usiamu? Sepertinya… kau baru lulus sekolah.”

Keira menoleh lalu matanya menyipit. “Kenapa? Mau ngejek lagi? Iya! Aku baru lulus SMA, terus kenapa? Apa itu salah?”

"Hmmhh." Arga menghela napas. “Tidak. Hanya saja… kau terlalu muda untuk terlibat dalam masalah ini.”

"Xixixi...." Keira terkekeh sambil menepuk-nepuk lututnya. “Hah! Jadi menurutmu aku masih anak kecil ya? Dengar ya, aku mungkin muda, tapi aku bukan gadis lemah yang bisa kamu atur seenaknya. Aku kerja keras buat hidupku sendiri, nggak numpang sama siapa pun. Jadi jangan remehkan aku, Tuan Dingin.”

Arga menatap Keira cukup lama, kali ini tanpa berkata apa-apa. Arga melihat ada sesuatu di mata Keira. Bukan hanya amarah, tapi juga keberanian dan tekad yang membuatnya berbeda dari gadis-gadis lain yang pernah ia kenal.

“Kenapa diam? Udah puas bikin aku naik darah?” tanya gadis muda itu.

Namun Arga hanya menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu menutup matanya sejenak. “Aku lelah berdebat. Untuk saat ini… biarkan cincin itu di jarimu.”

Keira pun menganga seakan tidak percaya. “Hah?! Jadi tadi ribut panjang cuma buat nyuruh aku simpan cincin ini?!”

Arga membuka matanya lalu menoleh sekilas. “Lebih baik begitu… daripada aku harus mendengar teriakanmu terus-menerus.”

Amarah Keira hampir meledak, hingga iapun menepuk dasbor dengan keras. “Aaaarghhh! Pria aneh satu ini bikin aku gila!."

_____

_________

Suasana di dalam mobil itu masih dipenuhi hawa kesal. Keira bersedekap, wajahnya menoleh ke luar jendela, dan enggan menatap pria dingin di sebelahnya.

"Kau mau berangkat kerja kan? Aku akan mengantarmu. Sebutkan saja alamatnya."

"Jalan kenanga no. 5," Jawab Keira, ketus.

Mobil pun melaju, kali ini dengan lebih tenang, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah toko yang ramai oleh pengunjung.

Keira langsung menghela napas lega. “Syukurlah… akhirnya sampai juga. Jadi, selesai kan urusan kita?” katanya ketus.

Arga tidak menjawab, ia hanya masih menatap lurus ke depan. Saat Keira meraih pintu mobil, suara dinginnya memotong langkah Keira. “Tunggu.”

Keira pun menoleh dengan malas. “Apa lagi? Aku nggak mau buang waktu.”

Arga lalu mengalihkan pandangannya dan menatap Keira dengan tajam. “Aku ingin kau merahasiakan apa yang terjadi di taman waktu itu.”

Keira tertegun. Lalu ingatannya kembali pada kejadian beberapa waktu lalu, lamaran yang ditolak, luka di wajah Arga, dan cincin yang kini ada di jarinya. Jelas sekali, Arga tidak ingin siapa pun tahu.

"Hhhh...." Keira hanya mendesah lalu menunduk. “Ya sudah. Aku diam. Puas?”

Arga menatapnya sejenak, seolah ingin memastikan. Lalu perlahan mengangguk. “Bagus.”

Keira hendak membuka pintu, tapi sekali lagi suara Arga menghentikannya. “Nomor ponselmu.”

Keira spontan menoleh dengan ekspresi yang tak percaya. “Apa?!”

Arga pun mengulang perkataannya tanpa ragu. “Nomor ponselmu. Aku butuh cara untuk menghubungimu.”

"Xixixi...." Keira terkekeh, lalu matanya pun melebar. “Ha! Jangan mimpi! Aku nggak mau lagi berurusan sama kamu. Selesai sudah urusan kita, kan? Jadi biarkan aku hidup tenang.”

Namun bukannya menyerah, Arga hanya mengulurkan tangannya dengan telapak yang terbuka di depan Keira. “Ponselmu.”

Keira menatap tangan itu dengan mulut ternganga. “Serius kamu? Ini cara orang normal apa cara penjahat, sih?!”

Tapi Arga tidak bergeming. Pandangannya tetap datar, dan tangannya pun tidak bergerak sedikit pun. “Aku tidak akan mengulang.”

Keira menatapnya lama, lalu menggerutu sambil merogoh tasnya. “Ya Tuhan, kenapa aku harus berurusan sama orang seaneh ini…”

Ia menyerahkan ponselnya dengan malas. Begitu layar terkunci terbuka, cekrek!—Arga langsung merampasnya dari tangan Keira.

“Hei! Astaga, dasar barbar!” seru Keira, hampir melompat.

Arga lalu mengetik cepat di layar, memasukkan nomornya sendiri dan menyimpannya. Setelah selesai, ia mengembalikan ponsel itu ke pangkuan Keira tanpa berkata sepatah pun.

Keira menatap ponselnya, lalu melirik Arga dengan wajah tak percaya.

“Gila. Benar-benar gila. Kamu pikir kamu siapa? Raja kampus? Tuhan yang bisa seenaknya maksa orang?!”

Akan tetapi, Arga hanya menyalakan mesin mobil lagi, seolah tak mendengar ocehan Keira. “Pergilah. Kau terlambat kerja.”

Keira pun mendengus dengan keras, lalu membuka pintu mobil dengan kasar.

Sebelum turun, ia menatap Arga lalu berkata, “Dengar ya, Tuan Dingin. Sekeras apa pun kamu maksa, kamu tetap… pria paling kasar, menyebalkan, dan gila yang pernah aku temui!”

Ia pun turun sambil membanting pintu, meninggalkan Arga yang masih duduk tenang di balik kemudi.

BERSAMBUNG...

1
Nurul Awula
lanjut Thor seru banget ceritanya
Aurora: siap... di proses
total 1 replies
Nurul Awula
aku selalu menanti dan menunggu
Aurora: Makasih.. 🌹🥰
total 1 replies
Mia Camelia
makin seruu ini , jadi penaran😂🤣🥰🥰
Aurora: lanjut baca lagi kak.... udah update beberapa episode tuh 🥰
total 2 replies
Mia Camelia
🥰👍😄
Aurora
Maksudnya baru lulus sekolah ya, typo😄🙏
Mia Camelia
lanjut thor, makin seruuu🥰🥰🥰
Aurora: siap.. 🌹🥰
total 1 replies
Mia Camelia
lanjut thor ,makin seru nih😍😍😍
Aurora: siap kak... jangan lupa kasih bintang juga ya... 😍😍🙏
total 1 replies
Wiwik Susilowati
hadir kk
Aurora: Terima kasih kakak... Semoga suka dengan karya barunya.. 😍🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!