Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Permainan Baru Saja Dimulai
"Apa? Suami?" Vexana mendelik, pandangannya menyapu ketiga pria berjas hitam di depannya dengan tatapan tak percaya.
Ini pasti karena wajah barunya, Identitas baru yang belum ia kenali sepenuhnya. Wajah cantik hasil operasi terakhir itu ternyata bukan sekadar topeng, tapi pintu masuk ke kehidupan orang lain. Seseorang bernama Anne.
Namun belum sempat Vexana bisa bertanya lebih lanjut atau sekadar memutar badan, salah satu pria mendorongnya pelan tapi tegas ke arah mobil hitam mengilap.
“Hei, jangan sentuh aku sembarangan!” bentak Vexana, refleks menepis tangan si pria. Kalau saja dia masih jadi dirinya yang dulu, orang itu pasti sudah kehilangan gigi.
Tapi sekarang dia bukan lagi Vexana si Queen Mafia.
Sekarang dia Ana atau entah siapa, karena rupanya wajah barunya telah membawanya ke dalam kehidupan seorang wanita yang telah menikah dan memiliki suami bernama Arga.
‘Gila. Siapa sih sebenarnya perempuan ini?’ pikir Vexana sambil duduk di kursi belakang mobil. Tangannya mencengkeram koper kecilnya erat, seperti berpegangan pada sisa-sisa kendali dirinya.
Perjalanan berlangsung tanpa suara, Kota Servo tampak seperti biasa, ramai, penuh lalu lintas, dan hujan gerimis mulai turun membasahi kaca mobil. Tapi di dalam mobil itu, dunia Ana terasa seperti bom waktu, menunggu ledakan berikutnya.
Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah rumah besar berpagar hitam, megah.
Vexana melangkah keluar, tumit sepatunya menyentuh lantai marmer teras dengan bunyi klik klik pelan.
Pintu rumah dibuka oleh seorang pelayan wanita tanpa banyak bicara ia dibimbing masuk, melewati lorong panjang menuju ruang utama.
Dan di sanalah dia.
Seorang pria berdiri di depan jendela besar dengan punggung menghadapnya. Tubuhnya tinggi dan tegap, mengenakan setelan jas abu-abu gelap yang mahal. Hanya dari posturnya saja, aura dingin terpancar kuat.
Begitu pria itu menoleh, mata mereka bertemu.
“Sudah kukatakan,” ucap pria itu pelan tapi tajam. “Kamu bisa lari sejauh apa pun, Anne. Tapi aku akan tetap menemukanmu.”
Suara itu membuat Vexana bergidik. Bukan karena takut, tapi karena kata-katanya seperti jebakan.
"Aku bukan—" Vexana nyaris protes, tapi segera menutup mulutnya sendiri. Otaknya bekerja cepat, jika dia mengatakan bukan Anne, siapa yang akan percaya? Apalagi dengan wajah seperti ini.
“Jika kamu kabur lagi, tak akan semudah ini aku mengampunimu.” Pria itu ...Arga, berjalan perlahan mendekat.
Vexana hanya diam, Ia tidak bodoh... Jelas pria ini bukan orang biasa. Aura otoritasnya begitu kuat. Ia tampak seperti seseorang yang terbiasa memerintah, seperti dirinya dulu. Tapi bedanya, pria ini masih memegang kekuasaan, dan ia… tidak.
‘Ah, ternyata wanita asli bernama Anne kabur... dan mereka malah menemukanku. Sial… kenapa harus wajah ini yang kupakai?’
Arga kini berdiri tepat di hadapan Vexana, menatap tajam sosok wanita yang diyakininya sebagai Anne, istri keduanya. Namun ada yang aneh, biasanya Anne selalu menunduk setiap kali berada di dekatnya. Tak pernah berani menatap mata Arga lebih dari satu detik, apalagi berdiri dengan dada terangkat seperti sekarang.
Tapi hari ini, ada sesuatu yang berbeda.
Mata wanita itu membalas tatapannya, tajam, penuh perhitungan. Bukan ketakutan yang terlihat di sana, melainkan ketegasan, bahkan sedikit menantang.
Alis Arga menurun tipis, gerak-gerik Anne terasa asing. Tatapan matanya seolah menyimpan sejarah panjang yang tak pernah ia ketahui. Bukan seperti istri yang dulu ia kenal penurut, pemalu, dan mudah dibaca.
"Ada yang berubah darimu," gumamnya, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Vexana diam, Ia menahan diri untuk tidak tersenyum sinis. Jika pria itu tahu siapa sebenarnya yang berdiri di depannya, mungkin ekspresi tenangnya akan berubah jadi ngeri. Tapi sekarang bukan waktunya untuk mengungkap apa pun.
'Apa yang harus aku lakukan sekarang?’ batinnya gelisah.
Vexana tahu betul, permainan ini berbahaya. Dia sedang berpura-pura menjadi seseorang yang tidak ia kenal. Dia tahu nama wanita itu, Anne. Tahu bahwa ia adalah seorang istri. Tapi selebihnya? Kosong.
Ia tak tahu bagaimana Anne berbicara, berjalan, tidur, makan, atau bahkan bagaimana Anne memandang suaminya.
Sedikit saja kesalahan, Arga bisa mencium kebohongan. Dan jika itu terjadi... tamat.
Dalam pikirannya, Vexana mencoba mengingat detail kecil yang bisa menyelamatkan situasi. Tapi ia tidak tahu apa-apa.
Vexana butuh informasi tentang kebiasaan Anne, masa lalunya, dan bagaimana wanita itu menjalani hidup dalam rumah besar ini. Jika tidak, cepat atau lambat, penyamarannya akan retak. Dan pria di hadapannya ini tidak terlihat seperti seseorang yang memberi kesempatan kedua.
Namun saat ini satu-satunya jalan adalah tetap bertahan.
Vexana menurunkan pandangannya sedikit, tidak terlalu patuh, tapi cukup untuk menurunkan ketegangan. Arga masih mengamatinya dalam diam, seolah mencoba membaca isi pikirannya.
Vexana menahan napas. Dalam diam, ia tahu... permainan baru saja dimulai. 'Wanita biasanya lemah lembut, jadilah seperti itu Vex.'
hahaha
klo km blm pintar memainkany....ketimpuk sakitkan....
😀😀😀❤❤❤❤