Cerita tentang gadis desa bernama Juliet Harvey yang harus berjuang untuk mengatasi masalah keluarga sang nenek yang hampir bangkrut.
Namun siapa sangka, niatnya untuk meminta bantuan kepada sang ayah yang sudah lama tidak bertemu malah membuatnya ikut terseret masalah dengan CEO tampan penuh dengan masalah, Owen Walter.
Bagaimana kisah Juliet dan Owen? Apa Juliet bisa mengatasi masalah keluarga neneknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khintannia Viny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPC BAB 35
Hari pernikahan..
“Dasar B4jingan! Aku ini ayah dari calon istrinya, beraninya dia memperlakukanku seperti ini!?” ucap Tomi yang benar-benar kesal dengan apa yang dia terima dari Owen dua hari yang lalu.
“Sabar sayang, dia kan langsung memanggil dokter pribadinya untuk merawatmu, dan kakimu juga sudah tidak bengkak sekarang.” Balas Barbara sambil memberikan tongkat untuk membantu suaminya berjalan.
“Cih! Si4lan!” gerutu Tomi sambil menyambar tongkat itu.
Sedangkan di tempat lain, Juliet sedang bersiap untuk acara pernikahannya, semua orang sibuk mendandani Juliet dengan sangat hati-hati dan teliti.
“Julie..” panggil Denada.
“Sudah saatnya kau menjadi pengantin yang berbahagia.” Lanjutnya.
Juliet tersenyum mendengar ucapan sang nenek, rasa gugupnya semakin menjadi saat dia berdiri di ambang pintu mansion Owen.
Ya, dua hari yang lalu sebelum Owen mengunjungi kediaman Tomi, Owen sudah memindahkan Juliet dan neneknya ke mansionnya, sedangkan Owen sendiri tinggal di mansion keluarganya.
Saat ini, masyarakat yang berada dekat dari mansion Owen pun berdatangan untuk melihat pengantin wanita yang akan berangkat menuju mansion keluarga Owen.
Pernikahan Owen dan Juliet begitu meriah, mulai dari petinggi negara dan masyarakat melihat acara pernikahan keduanya.
Juliet merasa gugup saat dia sudah berada di ambang pintu yang masih tertutup itu, setelah dia keluar dari mansion itu Juliet sudah tidak bisa kembali lagi.
Hingga akhirnya Juliet pun keluar dari mansion dan di saksikan oleh para masyarakat yang sudah berkumpul bahkan para wartawan juga berkumpul di sana untuk menyiarkan acara pernikahan mereka secara live.
“Lihat, itu dia datang.”
“Bisa-bisanya wanita seperti itu di sambut layaknya seorang putri.”
“Bagaimana pun juga dia adalah istri putra pertama keluarga Walter, tentu saja tidak boleh di perlakukan secara tidak ramah, karena ini juga menyangkut martabat keluarga mereka.”
“Itu memang benar, tapi kenapa harus Juliet Harvey bukan Rebecca Keel? Kelas mereka terlalu berbeda!”
Para masyarakat heboh saling berbisik karena mereka tidak setuju dengan pernikahan ini, namun siapa mereka yang bisa menuntut ketidaksukaan mereka?
Sesampainya di mansion megah keluarga Walter, Juliet di sambut oleh Owen yang sudah sangat tampan menunggunya.
Owen mengulurkan tangannya untuk membantu Juliet keluar dari mobil dengan hati-hati dan keduanya berjalan dengan anggunnya di iringi oleh lemparan kelopak bunga yang begitu indah.
Juliet menatap pintu besar yang ada di hadapannya, itu adalah pintu utama mansion keluarga Walter yang di dalamnya sudah di hias semegah mungkin untuk acara pernikahan mereka.
“Setelah pintu besar itu terbuka, aku akan melangkah ke kehidupan yang baru dan asing, aku sudah tidak bisa mundur lagi, apa aku bisa menghadapinya dengan baik? Akankah aku bahagia? Aku tidak percaya diri soal itu.” Batin Juliet sambil sedikit gemetar.
“Juliet, tarik napas..” ucap Owen yang sudah tau jika Juliet sedang gugup.
Juliet menoleh ke arah Owen dan melihat laki-laki di sampingnya tersenyum dengan manis.
“Bernapaslah.” Ucap Owen sekali lagi sambil tersenyum manis.
Juliet pun ingat dan langsung menarik napas beberapa kali.
“Terima kasih, anda sudah mau mewujudkan permohonan saya, jadi saya akan berusaha sebaik mungkin, saya akan melakukan yang terbaik agar bisa menjadi istri yang baik.” Ucap Juliet.
Owen hanya tersenyum dan mengangguk, dia pun menuntun Juliet berjalan menuju altar pernikahan, sepanjang prosesi pernikahan Juliet terlihat sangat serius mendengarkan ceramah beberapa tetua tentang kehidupan pernikahan membuat Owen gemas sendiri melihatnya.
Prosesi pernikahan pun selesai, semua orang bertepuk tangan sebagai rasa bahagia karena keduanya telah resmi menjadi suami dan istri.
Owen menyentuh wajah Juliet dengan lembut, lalu dia memegang dagu Juliet dan keduanya pun berciuman di hadapan semua orang sebagai bukti jika mereka sudah menjadi suami istri yang tidak bisa di ganggu gugat lagi.
Setelah acara pernikahan selesai, Juliet dan Owen di arak menggunakan kereta kuda bak di negeri dongeng, namun apa orang-orang sepertinya sama sekali tidak bersorak bahagia untuknya.
“Tuan, sepertinya mereka semua tidak seperti bersorak.” Ucap Juliet.
“Yah, semua sama saja, sekilas terdengar mirip.” Balas Owen sambil tersenyum dengan santai.
Waktu pun berlalu dan sebentar lagi malam pun datang, bibi Laurent menyuruh beberapa pelayan termasuk Anna sang pelayan pribadi Juliet untuk membantu Juliet bersiap sebelum malam pertamanya.
“Bibi Laurent, saya bisa sendiri kok.” Ucap Juliet.
“Tidak boleh! Anda harus di bantu oleh para pelayan agar tubuh anda benar-benar bersih tanpa terlewat sedikit pun!” tegas bibi Laurent.
Mendengar ucapan bibi Laurent membuat Juliet hanya bisa pasrah dan menerima semua pelayanan yang di berikan kepadanya.
Persiapan pun selesai, Juliet sudah duduk di tepi tempat tidur dengan jubah tidurnya, yang tentu saja di dalamnya Juliet hanya memakai lingerie tipis dan seksi.
“Selamat menikmati malam yang tenang nyonya Walter.” Ucap bibi Laurent lalu pergi meninggalkan Juliet di kamar sendirian.
“Menikah dan menikmati malam bersama suami, aku kurang lebih tau akan maknanya, tapi sepertinya itu bukan sesuatu yang bisa aku lakukan bersama tuan Owen.” Gumam Juliet sambil menatap dekorasi romantis di atas tempat tidur itu.
Juliet menatap kamar yang begitu besar, ada meja untuk bekerja, ada meja dan sofa untuk menerima tamu di dalam kamar, sangat berbeda dengan kamarnya dulu.
Berkat bantuan Owen, kediaman Holster benar-benar sudah menjadi miliknya dan sang nenek bisa tinggal di sana selamanya, lalu keluarga Harvey juga terbebas dari kebangkrutan.
“Hanya dengan membawa tubuhku ini, aku menikah dan menjadi nyonya Walter dalam sekejap, wajar saja jika semua orang mengutukku.” gumam Juliet.
Jam menunjukkan hampir tengah malam, namun Owen juga belum kembali dari pesta, yah walaupun perjamuannya pasti sudah selesai, tapi mungkin Owen masih berkumpul dengan teman-temannya dulu.
Juliet sudah menguap beberapa kali, dia sudah mengantuk sekali dan sudah tidak kuat menahan kantuknya itu, namun ucapan bibi Laurent yang menyuruhnya untuk tidak tidur di malam pertama terngiang di kepala Juliet.
Namun Juliet tetap memejamkan kedua matanya sambil sesekali mengangguk merasa sedang di beritahu oleh bibi Laurent.
“Maaf bibi Laurent, saya mau berbaring sebentar saja.” Gumam Juliet.
Tidak lama kemudian, Owen yang sudah memakai jubah tidurnya masuk ke dalam kamar secara perlahan dan mendekati Juliet yang sedang tertidur pulas.
“Juliet..” panggil Owen dengan lembut sambil tangannya membelai lembut wajah sang istri.
Mendapat belaian seperti itu membuat Juliet terkejut dan langsung membuka kedua matanya.
“Aaakk!” teriak Juliet yang mengira ada seseorang yang masuk.
“Ah, tuan.” Ucap Juliet seketika dia melihat Owen yang masuk ke dalam kamar.
“Halo istri yang baik..” sapa Owen dengan senyum manisnya.
“Ah, halo... tuan.” Balas Juliet.
“Apa kau sangat lelah?” tanya Owen.
“Eh? Ah,, ma-maafkan saya karena sudah tidur duluan tuan.” Ucap Juliet yang langsung bangkit dari tempat tidurnya.
“Sudah berbaringlah kau pasti lelah..” ucap Owen dan Juliet pun kembali berbaring di atas tempat tidur.
“Terimakasih.” Balas Juliet.