Kelvin muncul dari dapur sambil mengelap tangan dengan handuk kecil. Ia berdiri tegak di depan Wilona.
“Semua piring sudah bersih dan mengkilat!” ujarnya penuh percaya diri.
“Sekarang waktunya penyerahan hadiah!”
Wilona melirik geli ke arahnya.
“Iya, iya … sini sini”
Kelvin langsung duduk di samping Wilona, wajahnya mendekat dengan ekspresi penuh harap. Wilona tertawa kecil dan memberikan ciuman ringan di pipinya.
Ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yuk✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Ternyata Aku Mencintainya
Sesampainya di rumah Kelvin
Wilona, yang sebelumnya belum pernah menginjakkan kaki ke rumah Kelvin, langsung terkesima melihat bangunan megah nan elegan itu.
Matanya nyaris tak berkedip saat menelusuri pemandangan di sekelilingnya begitu mobil memasuki halaman. Dinding berwarna abu lembut berpadu manis dengan taman tertata rapi. Beberapa pelayan berdiri di sisi jalan masuk, menunduk hormat menyambut kedatangan Kelvin.
...~Visual rumah Kelvin dari belakang ~...
Wilona tahu, Kelvin memang berasal dari keluarga yang sangat kaya. Namun ia tak pernah membayangkan seperti apa wujud kekayaan itu secara nyata, hingga hari ini, ketika mobil mereka perlahan memasuki halaman kediaman kekasihnya.
"Omo… apa aku sedang bermimpi? Atau ini efek koma kemarin, membuatku berhalusinasi? Atau… memang ini kenyataan?" gumamnya dalam hati, nyaris tak percaya.
Tibalah mereka di depan pintu utama. Mobil berhenti tepat di jalur masuk yang lebar, dengan tangga marmer berundak mengarah ke pintu besar berukir elegan.
Kelvin keluar lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Wilona. Tanpa ragu, ia membungkuk sedikit dan mengangkat tubuh gadis itu dalam gendongan. Gerakannya membuat beberapa pelayan dan sopir yang berada di sekitar sontak menoleh, sebagian saling pandang dengan ekspresi terkejut
"Walah, Tuan Kelvin… romantis juga ternyata," bisik salah satu pelayan wanita.
"Iya, kayak di drama Korea," timpal yang lain sambil tersenyum geli.
"Jadi kepengen memantaskan diri buat Tuan Kelvin," gumam pelayan yang lebih muda sambil memutar-mutar gagang sapu.
"Pftt… kamu nggak lihat? Wajah wanita itu nyaris sempurna, tubuhnya juga bagus. Yakin mau bersaing sama dia?" balas rekannya, menahan tawa.
Mereka semua terkekeh pelan, lalu buru-buru kembali bersikap sopan saat Kelvin melangkah lewat. Namun di benak mereka, pertanyaan yang sama berputar. Siapa wanita itu? Bukankah selama ini mereka hanya tahu Viona sebagai kekasih Tuan Kelvin?
Kelvin berjalan santai menuju pintu, masih menggendong Wilona. Sebelum masuk, ia sempat menoleh memanggil dua pelayan pria.
"Pak Dimas, Pak Opi, tolong bawakan barang-barang di bagasi mobil saya, ya."
Keduanya mengangguk patuh dan segera bergerak, membawa tas dan koper mengikuti dari belakang.
Setibanya di dalam rumah.
Begitu melangkah masuk, aroma kayu manis dan kopi menyambut. Di ruang tamu yang luas, Mamah dan Ayah Kelvin duduk bersebelahan di sofa, tengah menikmati waktu santai sambil membicarakan beberapa hal penting.
Kelvin berhenti sejenak, tersenyum melihat keduanya begitu fokus hingga tak menyadari kedatangannya. Masih dengan Wilona di gendongannya, ia berdehem pelan.
"Ekhm…"
Suara itu membuat kedua orangtuanya serempak menoleh, dan pandangan mereka langsung tertuju pada Kelvin dan wanita yang ada dalam pelukannya.
Wilona menunduk sedikit, pipinya memerah. Dengan suara nyaris tak terdengar, ia berbisik.
"Kelvin… turunin aku, please. Aku malu dilihatin begini."
Kelvin hanya tersenyum tipis, namun tetap menggendongnya.
"Sebentar sayang."
Ia melangkah perlahan ke arah sofa, lalu dengan hati-hati mendudukkan Wilona di sana. Begitu Kelvin menegakkan tubuhnya, Mamah Kelvin langsung berdiri dari tempat duduknya.
Wajahnya dipenuhi rasa haru, matanya berkaca-kaca menatap Wilona.
Langkahnya cepat namun tetap anggun saat ia menghampiri, lalu duduk di samping Wilona.
"Ya Tuhan… Wilona?" suaranya bergetar, jemarinya terulur menyentuh tangan gadis itu. "Akhirnya kamu sudah sadar nak, dimana yang sakit nak? Kasih tau Mamah."
Wilona tersenyum canggung, sedikit mengangguk. "Wilona baik-baik saja Mah, terima kasih banyak atas perhatian Mamah"
Ayah Kelvin, yang sedari tadi hanya memperhatikan, mengerutkan kening.
"Tunggu, jadi dia Wilona?" tanyanya, nada herannya jelas terdengar.
Kelvin mengangguk mantap. "Iya, Yah. Ini Wilona."
Wilona menoleh pelan ke arah pria paruh baya yang duduk di seberang, lalu tersenyum sopan dan membungkukan tubuhnya sedikit, meski wajahnya masih terlihat lemah.
"Selamat malam, Ayah… senang akhirnya bisa bertemu langsung," ucapnya lirih namun tulus.
Ayah Kelvin sempat terdiam sejenak, seolah tak menyangka Wilona langsung memanggilnya begitu. Tatapannya melembut, dan ia membalas dengan anggukan hangat.
"Selamat malam, Wilona. Syukurlah kamu sudah membaik."
Ucapan itu membuat Mamah Kelvin tak mampu lagi menahan emosinya. Ia meraih Wilona ke dalam pelukan, mendekapnya erat seakan takut melepaskan.
"Syukurlah… kamu benar-benar sadar, Nak. Mamah khawatir sekali sama kamu," ucapnya dengan suara bergetar, dan air mata membasahi pipinya.
Wilona membalas pelukan itu perlahan, merasakan kehangatan yang membuat matanya ikut berkaca-kaca.
"Terima kasih… sudah begitu baik sama Wilona, Mah. Kelvin juga cerita, selama Wilona koma, Mamah yang menjaga dan memastikan Wilona nyaman."
Mamah Kelvin tersenyum haru, jemarinya mengusap pelan punggung tangan Wilona.
"Sayang… itu sudah kewajiban Mamah. Kamu sudah Mamah anggap bagian dari keluarga ini, mau bagaimanapun keadaanmu."
Matanya masih berkaca-kaca, namun bibirnya membentuk senyum lembut. Kelvin yang berdiri di dekat mereka ikut tersenyum, hatinya hangat melihat keduanya mulai dekat.
Wilona menunduk sedikit, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh. Kehangatan yang ia rasakan di rumah itu terasa begitu asing namun menenangkan, seperti menemukan rumah kedua.
...~Visual Ayah Kelvin~...