NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Zahira terpaksa bercerai setelah tahu kalau suaminya Hendro menikah lagi dengan mantan pacarnya dan pernikahan Hendro di dukung oleh ibu mertua dan anak-anaknya, pernikahan selama 20 tahun seolah sia-sia, bagaimana apakah Zahira akan melanjutkan pernikahannya atau memilih bercerai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 01

17 Juli Tanggal yang tak pernah Zahira lupakan. Dua puluh tahun lalu, di hari itulah ia mengikat janji suci dengan Hendro—mahasiswa tingkat akhir yang tengah KKN di kampung halamannya. Zahira, si kembang desa yang digilai banyak pria, memilih Hendro di antara sekian pilihan, termasuk Adit, dokter muda tampan yang tak kalah mempesona. Cinta membuatnya yakin. Tapi siapa sangka, hari istimewa itu kelak akan menjadi luka terdalam dalam hidupnya.

Zahira lebih memilih Hendro karena sikapnya yang tenang dan dewasa, berbeda dengan Adit yang sering bertindak urakan, penuh ego, dan merasa paling berkuasa seolah dunia harus tunduk padanya.

Zahira, wanita paruh baya berusia 40 tahun, tampak sibuk di dapur seorang diri, menyiapkan berbagai hidangan istimewa. Dua puluh tahun pernikahan tentu layak dirayakan, meski sepuluh tahun terakhir Hendro selalu lupa tanggal ini. Zahira mencoba memaklumi—ia percaya, kesibukan Hendro mencari nafkah adalah bentuk cintanya yang berbeda. Setidaknya, itulah yang ia yakini.

Zahira memiliki anak kembar, Angga dan Anggi, yang kini berusia 17 tahun. Meski melihat ibunya sibuk di dapur, tak satu pun dari mereka tergerak membantu. Kedekatan mereka dengan sang ayah membuat Zahira merasa terpinggirkan. Hendro pun terlalu memanjakan keduanya—setiap kali Zahira mencoba mendisiplinkan mereka, justru ia yang dimarahi suaminya.

“Kamu itu nggak sekolah, tahu apa soal didik anak!” Ucapan itu bukan sekali dua kali Zahira dengar dari Hendro. Setiap kali ia mencoba menegur Angga atau Anggi, kalimat menyakitkan itu selalu jadi tamparan yang menghancurkan hati. Saking seringa membuat Zahira kebal dan tidak merasakan lagi apa itu sakit hati, dan memilih mengalah bagaimanapun hendro adalah kepala rumah tangga.

Suatu hari, Zahira memarahi Anggi karena diam-diam membawa seorang laki-laki ke rumah saat mereka sedang sendiri. Bukannya menyesal, Anggi justru mengadu pada Hendro. Dan seperti yang sudah-sudah, Zahira lagi-lagi menjadi sasaran amarah. Hendro membela anaknya tanpa mendengar penjelasan istrinya. Di matanya, Zahira selalu salah. Selalu terlalu keras. Selalu kurang layak jadi ibu.

Tepat pukul delapan malam, aneka hidangan sudah tertata rapi di meja makan.

“Ngapain masak banyak-banyak?” tanya Hendro, yang malam itu tampil rapi mengenakan kemeja putih bersih.

Hati Zahira berdebar. Ia mengira suaminya ingat ulang tahun pernikahan mereka—berpakaian rapi, mungkin hendak mengajaknya makan malam romantis atau memberi kejutan istimewa. Harapan kecil itu tumbuh diam-diam di hatinya, meski realita sering kali tak seindah harapan.

"Hmm... ini hari spesial kita, Mas," ucap Zahira dengan senyum penuh harap dan bangga.

Matanya berbinar, seolah ingin mengabadikan momen yang ia yakini akan menjadi kenangan indah.

Meski lelah memasak seorang diri, senyum itu tulus—berharap cinta yang dulu pernah hangat masih tersisa di antara mereka.

Belum sempat Hendro menjawab, Angga dan Anggi muncul dengan pakaian rapi dan wajah penuh semangat. Melihat mereka berdandan begitu rapi, hati Zahira semakin berbunga. Ternyata, di balik sikap acuh mereka, anak-anaknya masih ingat ulang tahun pernikahan orang tuanya—begitu pikirnya, penuh haru.

“Pah, ayo kita berangkat,” ucap Anggi ceria, sama sekali tak melirik hidangan yang telah Zahira siapkan dengan penuh cinta dan air mata.

“Kalian mau berangkat ke mana?” tanya Zahira sambil tersenyum hangat. Ia pun sudah berdandan cantik, yakin bahwa malam ini adalah malam istimewa. Hatinya penuh sukacita—ternyata mereka benar-benar tidak melupakan ulang tahun pernikahan mereka. Tak mengapa hidangan belum disentuh, nanti bisa ia bagikan ke tetangga. Yang terpenting, malam ini mereka akan merayakan cinta yang telah terjalin dua puluh tahun lamanya.

Belum sempat mendapat jawaban, Rini—ibu Hendro—datang dengan pakaian rapi dan dandanan yang anggun. Hati Zahira kian menghangat. Bahkan Rini, ibu mertua yang selama ini dingin dan tak pernah benar-benar menyukainya, rupanya ingat juga hari ulang tahun pernikahannya. Zahira nyaris menitikkan air mata. Baginya, kehadiran mereka malam ini adalah bukti bahwa cinta dan keluarga masih punya tempat di hatinya.

“Ayo, Hendro, kita berangkat sekarang. Nanti keburu malam,” ucap Rini dengan nada tergesa namun penuh semangat.

“Tunggu sebentar, Mas, aku ambil tas dulu,” ucap Zahira sambil tersenyum, lalu bergegas menuju kamar.

“Kalau kamu ikut, lalu siapa yang jaga rumah?” ucap Hendro, datar dan dingin, tanpa sedikit pun menatap wajah Zahira.

“Deg.” Rasanya seperti ditikam dari dalam. Sakit, menusuk hingga ke tulang. Apa-apaan ini? Mereka berdandan rapi, bersemangat pergi—bukan untuk merayakan ulang tahun pernikahannya. Bukan untuk dirinya. Zahira tercekat, tak percaya.

“Mas, hari ini ulang tahun pernikahan kita… seharusnya kita merayakannya bersama,” ucap Zahira lirih, berusaha tetap tersenyum. “Aku sudah masak banyak, Mas. Kalau memang kita makan di luar, makanannya bisa aku sedekahkan ke tetangga.”

“Astaga Zahira, kamu ini sudah 40 tahun, bukan remaja lagi! Kenapa juga menghamburkan uang hanya untuk masak dan merayakan ulang tahun pernikahan?”ucap Rini dengan nada tajam

“Iya, kamu ini apa-apaan sih? Melakukan hal yang nggak berguna saja, ujung-ujungnya cuma buang-buang uang,” ucap Hendro dengan nada kesal.

“Pah, udah malam, kenapa sih harus banyak drama segala? Mau berangkat juga ribet banget,” ucap Anggi dengan nada kesal, tanpa sedikit pun peduli pada perasaan ibunya yang berdiri terpaku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

“Ayo, Pak, nanti Tante Ratna kelamaan nunggu,” ucap Angga sambil melirik jam, tak menghiraukan ibunya sama sekali.

Rasanya seperti ditampar berkali-kali saat Zahira mendengar nama itu disebut—Ratna. Wanita yang baginya tak ubahnya duri dalam daging rumah tangganya. Dari ibu mertua, suami, hingga anak-anaknya, semua begitu gemar membandingkan dirinya dengan Ratna.

Ratna, wanita karier dengan jabatan manajer, selalu tampil modis dan percaya diri meski usianya sudah paruh baya. Tapi anehnya, di usia segitu, ia belum juga menikah—namun bisa begitu bebas keluar-masuk rumah Hendro tanpa sungkan, seolah rumah itu miliknya juga.

Angga dan Anggi lebih sering mengadu pada Ratna daripada padanya—ibunya sendiri. Pernah suatu malam, Zahira menegur Anggi karena pulang larut. Anggi tak terima, lalu kabur dan menginap di rumah Ratna.

Bukannya mendukung sebagai sesama perempuan, Ratna malah menyindirnya dengan halus, penuh elegan tapi menusuk, “Jangan samakan kehidupan kita tahun 1990-an dengan anak sekarang. Semakin dilarang, mereka semakin menjadi. Kita sebagai orang tua harus berpikir lebih terbuka.”

Zahira hanya terdiam waktu itu, menggigit bibir, menahan air mata dan amarah yang tak bisa ia luapkan. Di rumahnya sendiri, ia terasa seperti orang asing—tak dianggap, tak dihargai. Dan kini, wanita itu... akan mereka temui malam ini? Di hari ulang tahun pernikahannya?

Pernah suatu kali, Angga pulang dengan tubuh penuh memar akibat tawuran. Saat Zahira memarahinya karena khawatir, Angga justru mengamuk, menghancurkan barang-barang di rumah, lalu pergi menginap di rumah Ratna. Bukannya mendapat teguran, Angga justru dibela. Zahira malah dimarahi Hendro dan dilarang ikut campur lagi dalam urusan anak lelakinya itu.

“Ayo, Pah, nanti Tante Ratna marah kalau kita nggak datang ke pesta ulang tahunnya,” ucap Anggi santai, tanpa menyadari luka di mata ibunya.

“Mas, apa ulang tahun pernikahan kita tidak lebih penting daripada menghadiri ulang tahun Ratna?” ucap Zahira lirih, berusaha tegar meski hatinya nyaris runtuh.

“Mamah…” bentak Anggi kesal. “Please, Mamah itu udah tua, ngapain juga kayak anak kecil, segala ulang tahun pengin dirayain? Nggak penting banget, deh!” katanya tanpa rasa hormat sedikit pun.

“Sudah, sudah, jangan ribut. Nanti keburu malam. Kasihan Ratna kelamaan menunggu,” ucap Rini dengan nada kesal. Lalu mereka pun pergi, meninggalkan Zahira seorang diri—bersama hidangan yang tak tersentuh dan hati yang remuk.

1
Hasanah
Masi pacar aj dia udah mau labrak lah mama kmu trang2ngan di ambil lkix kmu Blang wanita modern rela brbgi
Lee Mbaa Young
bisa menggunakan laptops masak gk tau Ada pemberitahuan sih. kn pasti Ada tanda kl ada pemberitahuan masuk.
FLA
ayo lanjut seruuu
Hasanah
enak aj kmu mau jemput Zahira Hendro ngak tau diri PD bnget kamu emang Zahira mau🤣
Liana CyNx Lutfi
jemput zahira krn mau dijadikan pembantu dsar laki2 kurang ajar ,ingat dro zahira itu bkn lg istrimu dasar laki2 serakah nuh urys anak durhakamu jngn nganggu zahira
Sulfia Nuriawati
bkn nya udah d talak kok mau d jemput, pede skali anda hendro, zahira lg berjuang utk muwujudkan cita²nya, jd urus aja, istri rs psk mu itu
Purnama Pasedu
PD si hendro
Purnama Pasedu
elegan
FLA
dih pede banget, emak mau Zahira ma elu lagi ngaca
stela aza
lanjut ,,, udh g sabar nunggu giliran Romlah ketahuan mencuri 🥰
FLA
uhh keren keren Za
FLA: gas lanjut lagi tor
SOPYAN KAMALGrab: terima kasih
total 2 replies
Purnama Pasedu
Zahira bisa kan
Purnama Pasedu
kena lagi zahira
Purnama Pasedu
itu anak bos ya,kena kamu
FLA
rasakan itu, senjata makan tuan kan Zahira di lawan
FLA: iya harus itu, masa dia yg makan duit nya eh orang lain di tuduh
stela aza: sekalian pecat terus penjara sama antek anteknya karena telah menggelapkan barang produksi,,,
total 4 replies
mahira
keren zahira
Hasanah
si Romlah pngen AQ ulek mukax
Lee Mbaa Young
Zahira terlalu polos dan nantang mkne di gitukan.
Pa lagi gk Ada cctv dan bekingan km akn kalah zahira.
sebagai orang Awam dan baru hrse diam dulu jng nantangin terang terangan.
kl dah lama dan tau kondisi lingkungan br lah gerak.
kl dah gini km bisa apa.😅.
stela aza
emank di garmen itu g ada cctv apa ,,, ini udh termasuk fitnah kejam dan tindakan kriminal ,,, ayo Zahira lawan PO Romlah kamu kan cerdas dan pintar jgn mau di tindas 🥰
kalea rizuky
cpet urus cerai resmi zahira
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!