Dilarang Boom Like !!!
Zulaikha Al-Maira. Wanita yang sudah berstatus seorang istri itu harus terpaksa menelan pil pahit kebohongan dan pengkhianatan.
Awalnya, Zulaikha mengira kalau pernikahannya baik-baik saja, tapi semua berubah saat dia mendapati kebenaran tentang pernikahan pertama suaminya.
Zulaikha merasa hancur, dia tidak terima dan memilih untuk pergi dari sisi suaminya.
Zulaikha pergi dan memilih untuk melupakan semua hal tentang suaminya, tapi saat dia ingin memulai. Tiba-tiba, sang suami datang dan kembali mengejar cintanya.
Bagaimanakah kisah Zulaikha selanjutnya ?
Akankah Zulaikha kembali pada suaminya, atau malah membuka lembaran baru dalam hidupnya ?
Ikuti perjalanan cinta Zulaikha yang penuh dengan perjuangan dan air mata.
Follow IG Author ayu.andila 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34. Rencana ke Indonesia
Pada saat yang sama, ditempat lain terlihat seorang wanita sedang sibuk menyusun tanaman yang baru datang pagi ini. Dia berjalan ke sana ke mari untuk meletakkan tanaman itu ke rak sesuai dengan jenisnya masing-masing.
"Mbak, ada Mas Yusuf tuh di depan!" teriak Syifa yang sedang menyiram tanaman.
"Iya, sebentar!" Zulaikha yang mendengar teriakan Syifa bergegas mencuci tangan untuk menemui seseorang yang sedang menunggunya.
"Mas Yusuf," panggil Zulaikha pada seseorang yang sedang duduk diteras rumahnya.
Yusuf langsung berdiri begitu mendengar suara Zulaikha, dia tersenyum dengan sangat manis sembari memberikan buah tangan pada wanita itu.
"apa ini, Mas?" tanya Zulaikha, dia melihat bungkusan yang diberi oleh lelaki itu.
"itu ole-ole dari orangtuaku untukmu, Zulaikha," jawab Yusuf, kemudian dia menyuruh wanita itu untuk membuka bungkusan yang tadi dia bawa.
"kalau gitu, ayo Mas masuk dulu!" ajak Zulaikha, dia baru ingat kalau saat ini mereka sedang berdiri di depan pintu.
Yusuf beranjak masuk ke dalam rumah Zulaikha dan Zulaikha sendiri berjalan ke arah dapur untuk membuatkan makanan dan minuman.
"Mas Yusuf!" tiba-tiba seorang gadis yang sedang memakai sarung tangan berjalan dari arah luar mendekati Yusuf, dia sedikit melambatkan langkahnya agar terlihat anggun dimata lelaki itu.
"Sita ya?" tanya Yusuf, dia tidak begitu ingat dengan gadis yang saat ini sedang berdiri dihadapannya.
Sita menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari lelaki itu, dia melepas sarung tangan yang sejak tadi membalut tangannya dan segera duduk di sofa yang ada di sampingnya.
"loh, Sita?" seru Zulaikha sembari meletakkan makanan dan minuman yang sedang dia bawa, dia lalu duduk disamping gadis itu yang sedang sibuk memperhatikan Yusuf.
"oh ya Zulaikha, apa kau suka dengan hadiah yang kubawa?" tanya Yusuf, Sita yang mendengar kata hadiah langsung melihat Zulaikha dengan tajam. Matanya tertuju pada bingkisan yang terletak di samping Zulaikha.
"Bentar Mas, aku buka dulu." Zulaikha membuka bingkisan dari Yusuf dan mengambil satu set pakaian berwarna silver lengkap dengan hijab yang membuat senyum Zulaikha melebar seketika.
"masyaallah, cantik sekali Mas," seru Zulaikha, dia berdiri dan meletakkan gaun cantik itu ketubuhnya untuk menunjukkannya pada Yusuf, sementara Sita yang melihat gaun itu berkobar marah. Dia juga ingin hadiah seperti itu dari Yusuf.
"syukurlah kalau kamu suka," ucap Yusuf, dia kemudian mengambil minuman yang ada dihadapannya dan meminumnya.
Zulaikha melirik ke arah Sita yang memalingkan wajah ke arah samping, dia tau kalau adiknya itu menyimpan perasaan pada Yusuf.
"aku suka sekali Mas, tapi sepertinya Sita tidak suka," ucap Zulaikha, sembari duduk kembali di samping Sita.
Sita terlonjak kaget saat mendengar apa yang Zulaikha katakan, dia lalu melihat Zulaikha dengan tajam yang dibalas dengan smirik licik dibibir kakaknya itu.
"kau tidak suka, Sita?"
"si-siapa bilang? aku suka kok!" jawab Sita dengan suara yang melengking tinggi membuat Yusuf dan Zulaikha terkejut ditempat mereka.
Sita merapatkan duduknya ketubuh Zulaikha, dia berbisik tepat ditelinga wanita itu, "apa aku juga diberi hadiah Mbak?"
Zulaikha melirik ke arah Sita dengan geli, dia lalu mengeluarkan 2 set pakaian yang sama sepertinya untuk Sita dan juga Syifa.
Sita menundukkan kepalanya karna menahan malu dengan apa yang ada dipikirannya, dia lalu mencubit gemas lengan Zulaikha membuat kakaknya itu meringis menahan sakit.
Setelah memberikan hadiah, Yusuf pamit untuk kembali kerja. Zulaikha dan Sita mengucapkan banyak terima kasih atas hadiah yang diberi oleh Yusuf, mereka lalu mengantar lelaki itu sampai ke teras depan.
"udah dong liatinnya, nanti gak bisa tidur loh," goda Zulaikha yang melihat Sita masih memperhatikan Yusuf, walaupun lelaki itu sudah keluar dari halaman rumahnya.
"Ah, Mbak!" Sita memeluk tubuh Zulaikha karna merasa malu dengan apa yang telah terjadi, apalagi saat kakaknya itu memergokinya sedang memperhatikan lelaki itu.
"bagaimana kalau Mbak melamarnya untukmu, dek?" seru Zulaikha dengan nada mengejek, membuat Sita semakin meradang.
"Sita cuma kagum kok Mbak," lirihnya, tetapi dia memalingkan wajahnya yang sudah merah seperti tomat.
"iya-iya kamu cuma kagum," seru Zulaikha sembari berjalan ke arah toko dengan diikuti oleh Sita dan gerutuannya.
Ditempat lain, seorang pria terlihat sedang sibuk berkutat dengan pekerjaan. Dia memeriksa dokumen-dokumen yang menumpuk dimeja kerjanya satu persatu.
"hah, lelah juga ya kerja kayak gini," dessah Ammar, dia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.
Lalu tiba-tiba, sebuah wajah melintas dipikirannya membuat Ammar tersenyum kala mengingat pertemuannya dengan seorang wanita yang berhasil menggetarkan hatinya.
"dasar gila! dia itu istri orang Ammar, istri orang!" gumamnya seraya mengacak rambutnya dengan kesal.
Lalu dia beranjak bangun dan berjalan ke arah balkon, Ammar memperhatikan lautan manusia yang sedang sibuk berlalu-lalang di bawahnya.
"Papa!"
tiba-tiba suara anak kecil menggema diruangannya membuat Ammar berbalik dan menjongkokkan tubuhnya, dia merentangkan tangan agar anak kecil itu masuk dalam pelukannya.
"Papa, Aziz ke sini sama grandma," ucap anak kecil itu yang sudah berada dalam gendongan Ammar, lalu Ammar mengecup gemas pipi putranya seraya berjalan kearah sang Ibu yang baru masuk ke dalam ruangan.
"kok ke sini gak bilang Bu, kan aku bisa jemput Ibu," ucap Ammar, dia menyalim tangan Ibunya dan membawa mereka duduk di sofa ruangan itu.
"Ibu cuma mampir kok Nak, kebetulan lewat sini," jawab Ibu Dijah, dia meletakkan barang bawaannya di samping tubuhnya.
"Pa, Aziz mau main mobil-mobilan," seru Aziz, bocah kecil itu ingin bermain bersama Ayahnya.
"nanti sore kita main ya sayang, kalau sekarang Papa lagi kerja," ucap Ammar sembari mengelus kepala putranya dengan sayang.
"enggak mau! Aziz maunya sekarang!" ucap Aziz sembari mengerucutkan bibirnya membuat Nenek dan Papanya terkekeh geli.
"oke-oke, jagoan Papa mau main mobil-mobilan di mana?" tanya Ammar kemudian, dia mengambil ponselnya untuk menyuruh sekretarisnya datang ke ruangan itu.
"di Indonesia Pa," jawa Aziz dengan riang gembira membuat Nenek dan Papanya terkejut.
"di Indonesia? kenapa jauh sekali sayang?" tanya Ibu Dijah, dia melirik ke arah Ammar yang juga sedang melirik ke arah Ibunya.
"Aziz mau main sama uncle Yusuf Pa, sama Oma Wardah juga" jawab anak kecil itu sambil bergelanjut manja dileher sang Ayah.
"Papa lagi sibuk Nak, kita main mobil-mobilannya di Mall aja yuk sama grandma!" ajak Ibu Dijah, tetapi Aziz menggelengkan kepalanya dan tetap ingin main mobil-mobilan di Indonesia.
"yaudah, Papa cari waktu dulu ya sayang. Nanti kalau Papa udah kosong kita datang ke rumah uncle Yusuf," ucap Ammar dengan lembut dan dibalas dengan anggukan kepala dari putranya.
Kemudian Aziz turun dari pangkuan Ammar dan mengambil ponsel Ayahnya untuk bermain game, sementara Ammar dan Ibunya hanya menggelengkan kepala mereka melihat tingkah anak kecil itu.
"kok bisa Bu, Aziz minta ke Indonesia?" tanya Ammar dengan heran, biasanya Aziz tidak pernah membahas tentang negara itu.
"gara-gara sih Yusuf itu tadi malam, dia pamer main mobil-mobilan dan nyuruh Aziz main ke sana," jawab sang Ibu, wanita paruh baya yang lemah lembut dan masih terlihat cantik walau sudah berumur.
"padahal kita baru aja dari sana kemaren itu," ucap Ammar, dia menyandarkan tubuhnya ke bahu sang Ibu.
"ya tidak apa-apa main ke sana lagi, hitung-hitung liburan," seru Ibu Dijah, tangannya mengelus kepala Ammar dengan sayang.
Kemudian seorang pria masuk ke dalam ruangan itu, Ammar memberitahu padanya untuk mengosongkan waktu seminggu agar dia bisa pergi bersama keluarganya.
"baiklah, ayo kita ke sana lagi! Mana tau aku bisa bersilaturahmi lagi dengan Mbak Zulaikha,"
•
•
•
TBC.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
Mampir juga ke karya terbaru Othor, Menjadi Madu Sahabatku 😍 Mohon dukungannya 🙏
intinya goblok.
untung ridwan pria tegas!