Kau sewa aku, Kudapatkan cintamu
Semua berawal dari selembar kertas perjanjian.
Ia hanya butuh uang, dan pria itu hanya butuh istri… meski sementara.
Dengan tebusan mahar fantastis, mereka terikat dalam sebuah **pernikahan kontrak**, tanpa cinta, tanpa janji, hanya batas waktu yang jelas. Namun, semakin hari, batas itu mulai kabur. Senyum kecil, perhatian sederhana, hingga rasa yang tak pernah mereka rencanakan… pelan-pelan tumbuh menjadi sesuatu yang tak bisa disangkal.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
jangan lupa kasih dukungannya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part. 13- KSA, KDC
Sesi foto pernikahan baru saja dimulai. Cahaya sore yang hangat membuat taman outdoor itu terlihat indah.
Fotografer sibuk mengatur posisi, sementara beberapa asisten sibuk menata gaun panjang Keira agar jatuh sempurna.
“Baik, sekarang coba tatap mata pasangan masing-masing… lebih dekat, ya,” ujar fotografer sambil mengarahkan kedua mempelai.
Mendapat arahan tersebut Keira langsung memutar bola matanya secara dramatis. “Tatap mata? Serius? Aku kayak lagi main game adu tatap sama temen-temen sekolah," celetuk Keira.
Arga pun bereaksi, ia sedikit menundukan kepalanya seraya berkata, “Keira, tolong serius.”
“Tapi aneh, Arga. Rasanya kayak mau duel,” jawab Keira sambil menahan tawanya.
Fotografer pun ikut tertawa mendengar celetukan Keira. “Nggak apa-apa, Nona Keira. Justru ekspresi natural bisa bagus, kok,” serunya.
"Kau ini pengantin, bukan anak remaja yang lagi foto gaya bebas,” seru Arga sembari menjaga sikap karena menahan rasa malunya.
“Ya ampun, Arga. Justru karena aku pengantin muda, ya begini gayanya!” balas Keira lalu spontan mengangkat dua jari membentuk peace sign di samping wajahnya. “Cheese!”
Klik! Kamera pun langsung menangkap ekspresinya yang ceria.
“Ya ampun… Keira," gumam Arga sambil menekan pelipisnya.
Namun, Keira malah semakin usil. Kali ini ia memegang buket bunganya seperti mikrofon dan pura-pura menyanyi di depan kamera. “Dan… sekarang penampilan dari Keira si pengantin cantik!”
Para kru yang ada di sekitar pun tertawa terbahak-bahak. "A ha ha ha ha ha..."
Arga lalu menegurnya lagi dengan lebih tegas. “Keira, kendalikan dirimu. Ini foto pernikahan, bukan pentas komedi.”
“Yaelah, Arga, santai aja kali. Biar nanti kalau fotonya jadi, mereka tau jika pengantinya fun, bukan kaku!” ujar Keira nyengir, lalu mendekat ke Arga, dan mengalungkan lengannya ke leher pria itu. “Ayo, Arga, sekali-kali pose yang nggak kaku.”
Terjadi kontak fisik antara mereka, Arga pun langsung menoleh ke arah Keira. Wajahnya kaku tapi pipinya jelas memerah. “Aku… tidak bisa.”
“Bisa dong. Nih, senyum dikit aja,” ucap Keira sambil mencubit pipi Arga pelan.
"Hhh...." Arga mendesah, lalu dengan enggan iapun tersenyum tipis. Dan, fotografer pun langsung bersorak, “Nah! Bagus sekali! Natural banget!”
Keira melompat kecil seraya berkata, “Tuh kan! Kamu juga bisa kalau mau.”
Arga menatapnya tajam, seraya menahan rasa malunya, “Kau benar-benar membuatku kehilangan wibawa hari ini.”
"Ha ha ha ha..." Keira tertawa lebar. “Tenang, Arga. Justru itu yang bikin fotonya memorable. Daripada tegang semua, mending ada warna ceria, kan?”
Arga diam sebentar, lalu akhirnya mengangkat tangannya dan merangkul pinggang Keira. Tatapannya kali ini lembut meski masih menjaga wibawa.
“Baiklah… kalau begitu kita buat momen ini berwarna. Tapi jangan keterlaluan lagi.”
Keira pun mendongak, lalu tersenyum puas. “Deal! Tapi aku tetap jadi diriku sendiri. Nggak bisa kaku kayak kamu.”
Klik! Kamera pun menangkap momen itu, Keira yang ceria, dan Arga yang setengah malu tapi penampilannya sempurna.
**
“Baik, sekarang giliran foto keluarga besar!” seru fotografer dengan semangat.
Semua keluarga Arga dan Keira mulai berdiri rapi. Arga berdiri tegak di samping Keira, dengan tetap menjaga wibawanya. Sementara Keira malah sibuk merapikan posisi pamannya yang salah berdiri.
“Paman, mundur dikit, nanti kepotong. Bibi, jangan nunduk terus, senyum dong. Kakek, ayo kasih gaya jempol!”
Semua orang pun tertawa mendengar arahan Keira yang lebih cerewet daripada fotografer.
“Keira,” bisik Arga di telinganya, “biarkan fotografer yang mengatur.”
“Tapi kalau aku nggak turun tangan, fotonya bakal kaku semua. Percaya deh, Arga.” Keira nyengir sambil mendorong bibinya agar lebih dekat ke arahnya.
Bukannya melarang, sang fotografer justru ikut mendukung setiap arahan Keira. “Wah, benar juga. Oke, ayo ikuti Nona Keira. Semua kasih gaya bebas, ya!”
Keluarga besar pun akhirnya berpose macam-macam, ada yang kasih jempol, ada yang mengangkat tangan, bahkan ada yang tertawa sangat keras. Foto keluarga yang biasanya kaku justru jadi penuh warna dan tawa.
Klik! Kamera pun menangkap momen hangat itu.
“Yeees!” seru Keira seraya meloncat kecil. “Nah, kan lebih asyik gini. Kalau lihat nanti, pasti bikin ketawa lagi.”
Beberapa kerabat tersenyum puas. Salah satu tante Arga bahkan berbisik, “Gadis ini ceria sekali, cocok untuk keluarga kita.”
Sedangkan Arga hanya menatap Keira dengan tatapan tak percaya. Meski kesal, dalam hati kecilnya ia mengakui, kehadiran Keira memang membawa suasana yang berbeda.
____
________
Setelah sesi foto selesai, Keira sibuk tertawa bersama beberapa kerabat Arga. Namun suasana mendadak berubah ketika seorang perempuan anggun dengan gaun elegan berjalan menghampiri Arga.
Langkahnya mantap, wajahnya menawan tapi sorot matanya sangat tajam. “Selamat, Arga, Aku tidak menyangka kamu akan menikah secepat ini.”
Arga menoleh. Seketika ekspresinya berubah menjadi lebih kaku. Ia hanya menatap perempuan itu, lalu tersenyum tipis dan terkesan sinis.
“Semua ini… tidak akan terjadi kalau saja kamu tidak menolak lamaranku," bisik Arga.
Orang-orang di sekitar mulai saling pandang karena merasa heran. Bahkan, Keira yang tadinya sibuk bercanda pun ikut menoleh, lalu bergantian menatap keduanya.
"Siapa dia??."
BERSAMBUNG...