Toni Lion, seorang petarung bebas yang ditakuti setiap lawannya di atas ring, seperti nama panggilan yang di sematkan padanya LION, seekor singa sang raja hutan yang bertahan hidup dengan keras seorang diri di tengah kehidupan yang kejam.
Takdir mempertemukannya dengan Raya, seorang gadis manja anak seorang pengusaha kaya raya yang sedang menjadi korban kejahatan ibu tiri yang ingin menguasai harta kekayaannya.
Tanpa di sadari Toni selalu berdiri sebagai pelindung Raya saat gadis malang itu menerima berbagai serangan dari orang orang yang menginginkan kematiannya demi warisan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Lima
"Mati lah kau !" pekik Martin tanpa belas kasih.
Mata pria itu seakan di butakan oleh kemarahan yang meluap luap dari dalam dirinya, Martin seakan lupa kalau dirinya dan Karina pernah berbagi kehangatan, dan bertukar kenikmatan bersama, namun entah mengapa tiba tiba pria itu sangat murka terhadap selingkuhannya itu.
Martin melonggarkan cekikannya dan lalu melepas tangannya dari leher wanita yang menjadi partner kejahatannya saat Karina sudah terlihat lemas, tanda merah kebiruan pun tampak jelas di leher putih nan jenjang milik Karina.
"Karina,,,,Karin,,,," seakan baru sadar akan perbuatannya, Martin mnepuk nepuk pipi Karina yang kini ak lagi memucat karena darah sudah kembali mengalir normal, dan oksigen sudah dapat di hirup lagi oleh wanita yang kini terbatuk batuk sambil memegangi lehernya yang terasa sakit dan panas.
Martin buru buru mengambil gelas berisi air putih yang ada di meja dekatnya terduduk sambil memegangi tubuh Karina, sungguh amarah membuatnya hilang akal sehat, sehingga bisikan bisikan setan yang menyesatkannya langsung dia telan bulat bulat.
"Uhuk,,,uhuk,,,kau---- kau gila Martin, kenapa kau berusaha membunuh ku ?!" marah Karina sambil terbatuk.
"Entahlah, otak ku kacau, aku tak bisa berpikir waras lagi, semua yang terjadi membuat ku gila !" Martin meraup wajahnya dengan kedua tangannya secara kasar.
"Lantas kenapakau ingin membunuh ku, sialan !" maki Karina yang kini sudah merasa lebih baik, namun sayangnya kini perasaannya yang berubah menjadi sangat buruk.
"Kau menghianati ku ! Kau menjalankan rencana sendiri untuk melenyapkan Raya, lalu menguasai hartanya sendirian, kau jallaang berengsek !" emosi Martin kembali memuncak seakan terpancing oleh makian Karina kepadanya.
"Tuduhan konyol macam apa itu, kenapa otak bodoh mu tiba tiba berpikir aku mencurangi mu ?" Karina menaikan kedua alisnya karena kaget dan tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya, Martin menuduhnya bahkan tanpa bukti.
"Kau yang merencanakan kecelakaan mobil Raya dan merencanakan teror malam ini, tanpa sepenetahuan ku, kan ?" tuduh Martin, wajahnya sudah kembali memerah karena kembali tersulut amarah.
Semuanya terlalu serba kebetulan, di saat Toni mengatakan kalau yang melakukan penyerangan dan teror tehadap Raya adalah kelompok mafia Cobra, di saat itu pula dirinya tiba tiba di tawari ketua mafia bersimbol ular itu untuk bekerja sama, padahal mereka tak pernah saling kenl sebelumnya, bahkan dirinya di tawari wilayah yang lumayan basah dalam pengedaran obat terlarang, kalau sebelumnya Martin merasa itu semua sebagai hokky nya, kini Martin merasa itu terlalu janggal dan tak masuk akal.
"Apa yang kau bicarakan, aku benar benar tak mengerti, kecelakaan, teror, bahkan aku tak tau pacar bodoh mu itu terlibat kecelakaan, kalaupun memang iya aku merencanakannya, akan ku pastikan keclakaan itu langsung merenggut nyawanya, aku tak mungkin membiarkannya tetap hidup dan menikmati harta yang seharusnya menjadi milik ku saat ini." urai Karina panjang lebar.
Karina juga memastikan dan meyakinkan Martin kalau dirinya benar benar tak mengenal Cobra dan juga kelompoknya.
Mereka berdua pun saat ini di landa kebingungan, mereka pikir hanya mereka berdua lah yang menginginkan kematian Raya demi mengincar hartanya, ternyata ada orang lain yang juga bertujuan yang sama seperti mereka, tapi siapa?
Dan apa hubungan Cobra dalam masalah ini, mengapa tiba tiba dia masuk ke dalam lingkaran urusan keluarga Arsan Lubis.
"Aku akan menerima tawaran Cobra untuk bekerja sama dengannya, aku ingin mencari tahu kenapa dia ikut terlibat dalam urusan yang seharusnya hanya menjadi urusan kita." putus Martin yang akhirnya memutuskan untuk masuk ke lingkaran setan kelompok mafia Cobra yang juga tak kalah kejamnya dari Rolan.
Martin bahkan tak peduli jika dia harus memutus kerjasamanya dengan Rolan demi bisa berbisnis dengan Cobra yang jelas jelas lebih menguntungkan bagi dirinya, mengabaikan keselamatan dirinya sendiri, yang mungkin saja akan mendapat masalah besar jika Rolan sampai tahu tentang pembelotan dirinya, bisa saja dirinya di anggap penghianat, atau lebih parah di anggap mata mata yang sengaja di kirim Cobra untuk menyusup ke bisnisnya.
***
Keesokan harinya Toni menjadi lebih protektif dengan Raya setelah kejadian semalam yang di akibatkan kecerobohannya meninggalkan gadis itu demi menemui Panca di klub yang melihat Cobra sedang bersama Martin.
"Sayang, kamu pergi ke kantor dengan ku,itu akan lebih aman dan aku pun tenang memastikan kamu sampai kantor dengan selamat, siang nanti pun aku akan datang ke kantor mu untuk akan siang dengan mu," Martin menawarkan diri.
"Kamu tidur di sini ?" tanya Raya yang mendapati Martin sudah di rumahnya pagi ini.
"Aku tak akan tenang jika meninggalkan mu tadi malam, jadi ku putuskan untuk menginap di sini, ah, itu semalam aku berjaga keliling rumah, memastikan semua nya aman," bohong Martin agar Raya merasa terkesan padanya, pikirnya.
Toni yang mendenga penuturan Martin yang mngatakan kalu dia berjaga semalaman hanya tersenyum miring, "Martin memang berjaga semalaman, tapi yang dia jaga Karina !" ucapnya dalam hati, namun tak ingin mengungkapkannya d depan banyak orang di sana, baginya itu bukn urusannya, selama tidak membahayakan jiwa Raya, apapun yang Martin lakukan dia tak ingin ikut campur, hanya saja, jika sampai dia tau kalau Martin terlibat dalam rentetan masalah yang terjadi pada Raya, tak akan pernah ada ampun untuknya.
"Aku pergi bersama Toni, tapi kalau kamu tetap mau mengantar ku, kamu boleh ikut bareng kami," Raya bergegas menuju ke halaman dan menaiki mobilnya.
"Kamu tau juga kan, kalau Martin semalam tidur di kamar bunda ?" bisik Raya, pada Toni yang kini berada di bakik kemudi sedangkan dirinya berada di kursi penumpang sebelah Toni.
"Apa kau cemburu ?!" jawab Toni sambil menyunggingkan senyum tengilnya, yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Raya yang merasa tak senang dengan jawaban Toni itu.
Namun tiba tiba pintu mobil yang belum terkunci itu di buka dari luar, Martin berdiri tepat di sebelah Raya yang sudah duduk manis dan bersiap pergi.
"Pindah di belakang bersama ku !" titahnya menarik tangan Raya dan memasukannya ke kursi penumpang belakang bersama dirinya.
Sepanjang perjalanan menuju kantor Martin sengaja bersikap sangat manis dan perhatian pada Raya, dia ingin menunjukkan pada Toni bahwa Raya adalah miliknya, dan tak mungkin ada seorangpun yang dapat merebut dari tangannya.
Toni berusaha tetap fokus pada kemudinya meski telinga dan hatinya sama sama panas dan hampir meledak mendengar ucapan ucapan manis yang terus mengalir dari mulut Martin, terkadangndari ujung matanya dia juga dapat melihat tangan Martin yang menggenggam tangan Raya fengan begitu mesranya.
Ciiitttt.....
Sekonyong konyong mobil di rem mendadak oleh Toni, sampai dua orang penumpang yang duduk di belakangnya terantuk ke depan.
"Heh,,,, apa kau sengaja ingin membunuh kami ? Kenapa kau berhenti tiba tiba seperti itu ?" protes Martin, seraya mengusap keningnya yang terasa sakit karena beradu dengan sandaran jok depan.
"Ada kucing lewat !" jawab Toni enteng padahal itu di lakukan Toni karena tadi dari spion depan Toni melihat Martin hampir mencuri ciuman di pipi Raya yang sedang serius memeriksa dokumen di tangannya, pemandangan itu membuat hati Toni sangat kesal, sehingga memutuskan untuk mengerjai Martin.
Seharian Martin ternyata hanya menemani Raya di kantor, membuat Toni merasa risih melihat tingkah pria yang seolah selalu sengaja memanasinya itu.
"Sayang, aku mau kita makan siang berdua saja, tanpa dia, percayalah, aku bisa melindungi mu !" pinta Martin sambil menunjuk Toni yang duduk di sofa tak jauh dari tempat Rayadan dirinya duduk.
"Lagi pula, sudah ada aku di sini, buat apa harus ada dia juga, itu sama saja kamu meremehkan kemampuan ku, makanya kita cepat menikah, jadi kamu tak perlu jasa dia lagi untuk menjaga mu, cukup aku saja, suami keren mu ini," Martin membusungkan dadanya dan membanggakan dirinya sendiri.
Raya sedikit berpikir, menimbang nimbang keinginan Martin untuk akan siang berdua saja dengan dirinya, di satu sisi dia jujur saja sudah malas dan kehilangan respek pada tunangannya it, tapi di sisi lain dia juga tak ingin Martin curiga kalau sebenanya dirinya sudah tau dengan kebobrokan Martin.
"Baiklah, ayo makan siang berdua," ajak Raya bangkit dari tempat duduknya.
"Tapi ?" protes Toni memandang Raya penuh tanya dan menunjukan ketidak setujuannya.
"Aku akan baik baik saja, kamu free siang ini, sampai jumpa nanti malam di rumah, Aku pulang bersama Martin hari ini," ucap Raya yang langsung di sambut senyuman kemenangan di wajah Martin, berbanding terbalik dengan wajah Toni yang terlihat sangat kesal, dan langsung pergi meninggalkan ruangan tanpa berkata apapun lagi.
'Apa sih, sebenarnya yang Raya mau, mengapa tiba tiba dia memutuskan untuk pergi dengan pria bajingan itu, bukankah jelas jelas dia tahu pria macam apa tunangannya itu, sialan,,, terserah lah,,, aku tak peduli, mati saja sekalian,,,! dia bukan siapa siapa ku, untuk apa aku peduli padanya, aku hanya sekedar bekerja dan dia bosnya !' perdebatan di hati Toni terjadi begitu sengit, antara khawatir karena harus membiarkan Raya pergi tanpa pengawasannya, terlebih pergi bersama Martin yang jelas jelas tak pernah berniat baik padanya, tapi hatinya juga terlanjur kecewa dengan keputusan Raya siang ini yang lebih memilih bersama dengan Martin dan menyuruh dirinya pergi.
tpi lupa" ingat.
seingatku cilla playvictim orgnya..
trus si raya jdi istri toni..
kyk nya gtu ceritanya