USAI

Tok... tok... tok...

Winda mengetuk pintu ruang kerja Aira, Aira pun mempersilahkan Winda untuk masuk kedalam ruangannya dan menyuruhnya untuk duduk.

"Sebenarnya selama ini aku sering secara tak sengaja memergokimu sedang menelepon membicarakan tentang aku, tapi aku sendiri tidak mau mengambil pusing akan hal itu. Namun setelah project event gala dinner wedding anniversary orang tua Pak Angkasa kemarin aku baru sadar, kalian pasti memiliki hubungan karena tidak mungkin kamu berani membolehkan putriku bermain bersama orang yang tidak kamu kenal, dan benar saja dugaanku kamu adalah Sekretaris Pak Angkasa." Aira menjeda kalimatnya sesaat.

"Tapi apa pun itu, aku tetap mengucapkan banyak terima kasih padamu karena kamu telah banyak membantu aku dan florist ini menjadi sebesar ini. Ini pesangon dan gaji terakhirmu, kamu sudah bisa kembali bekerja di perusahaan Pak Angkasa lagi" Aira menyerahkan amplop berisi uang yang telah ia siapkan sebelumnya, namun winda menolaknya.

"Apa Bu Aira sungguh-sungguh ingin memecatku?" tanya Winda sambil menundukan kepalanya.

"Aku tak bermaksud untuk memecatmu hanya saja aku rasa tugasmu di sini sudah selesai dan kamu bisa kembali ke perusahaan Pak Angkasa. Bukankah Career path disana jauh lebih menjanjikan serta salary disana jauh pun tentu jauh lebih besar?"

"Awalnya aku memang ditugaskan oleh Pak Angkasa untuk bekerja di sini untuk membantu Bu Aira, namun setelah beberapa bulan bekerja disini aku menolak gaji dari Pak Angkasa dan aku hanya melaporkan perkembangan florist, aku tidak berani lagi melaporkan urusan pribadi Bu Aira dan Dek Chelsee. Aku ingin benar-benar sepenuhnya bekerja disini kerena aku merasa nyaman dengan Bu Aira dan teman-temanku disini, bagiku ini adalah keluarga keduaku hiks..." buliran-buliran bening mulai jatuh di pipi Winda.

Aira beranjak dari tempat duduknya, kemudian ia duduk di sebelah Winda dan mengelus punggung Winda dengan lembut.

"Wind, aku hanya ingin karirmu terus berkembang sesuai dengan background pendidikanmu. Pintu florist ini selalu terbuka untukmu, kamu bisa datang kemari kapan pun kamu mau" Aira memeluk Winda dengan hangat.

Setelah tangisan Winda reda, Aira kembali memberikan amplop yang berisi uang pesangon dan gaji terakhir Winda.

"Kamu terima ya, aku doakan semoga kamu disana semakin sukses" Aira menaruh amplop tersebut di tangan Winda kemudian.

"Terima kasih Bu Aira"

"Sama-sama, sudah jangan nangis lagi" Aira mengambil tissue diatas meja kerjanya kemudian membantu Winda untuk menghapus air matanya.

"Aku maaf jika selama ini banyak sama Bu Aira" ucap Winda.

"Aku juga minta maaf ya jika banyak salah denganmu, nanti saat kita gathering kamu ikut ya"

"Mamangnya aku masih boleh ikut?"

"Tentu saja Wind, sudah sana kamu pamit juga sama yang lainnya"

"Baik Bu Aira, sekali lagi terima kasih. Assalamualaikum" Winda menyalami dan mencium kedua pipi Aira kemudian ia beranjak dari tempat duduknya.

"Walaikumsalam, kapan-kapan main ke sini ya Wind"

"Pasti Bu Aira" Winda pun keluar dari ruang kerja Aira dengan perasaan sedih karena harus berpisah dengan teman-temannya yang sudah ia anggap seperti keluarga.

Melihat Winda keluar dari ruang kerja Aira, Reni langsung berhambur memeluk Winda "Mba Winda jadi dipecat sama Bu Aira? hiksss...." tangisnya.

"Bu Aira tidak memecatku, namun aku memang harus kembali ke perusahaan Pak Angkasa" Winda mengelus punggung Reni, ia pun sebenarnya berat meninggalkan Reni yang sudah ia anggap adiknya.

"Nanti siapa yang akan belain aku jika Mas Azzam iseng denganku? hikss.."

"Azzam tidak akan menjahilimu lagi, ia justru akan menjagamu karena sebenarnya ia menyukaimu" ucap Winda.

"Mana mungkin Mas Azzam menyukaiku, dia bilang aku jelek" ucap Reni sambil memonyongkan bibirnya.

"Haha... dia hanya menggodamu saja itu, percayalah jika dia sangat menyukaimu. Sudah jangan nangis, aku akan sering-sering main ke sini saat libur, lagi pula di sini kan masih ada Gita dan yang lainnya." Winda menggandeng tangan Reni, ia meminta Reni untuk menemaninya berpamitan dengan yang lainnya.

Ditengah suasana haru Winda berpamitan dengan teman-temannya, Aira datang menghampiri Winda di depan toko bunganya.

"Besok malam kamu datang ke sini ya Wind, kita makan malam bersama" ucap Aira.

"Baik Bu Aira, aku pasti akan datang. Aku pamit dulu ya Bu Aira" Sekali lagi Winda menyalami Aira.

"Hati-hati ya Win" Aira mengelus lengan Winda dan mengantar winda hingga Winda menaiki kendaraannya.

Setelah kendaraan Winda sudah tidak terlihat, Aira menyuruh semua pegawainya kembali bekerja.

"Ren, jangan lupa besok pagi jam 10.30 ada jadwal pemotretan majalah, feed instagram dan website C&A Florist untuk promo tahunan" Aira mengingatkan Reni agar tidak melupakan jadwal pemotretan esok hari.

"Siap Bu Aira, semuanya sudah aku siapkan"

"Okay, aku masuk dulu ya" Aira berlalu meninggalkan toko bunganya.

Keesokan harinya, sesuai jadwal yang telah ditentukan akan ada pemotretan produk-produk unggulan C&A Florist hand bouquet, standing flower, flower box, papan bunga dan lain-lain.

"Foto-foto decorasi event yang kemarin di masukan juga ya kedalam buletin" ucap Aira kepda salah satu fotografer yang tengah memotret flower box miliknya.

"Pasti Bu Aira, kita sudah edit semua foto-fotonya nanti akan aku kirim via email"

Dipertengahan pemotretan, sang fotografer tertarik untuk memotret Chelsee, ia menilai Chelsee memiliki aura dan daya tarik tersendiri dan bisa membuat produk yang di tampilkan lebih hidup.

"Chelsee?" Aira sedikit terkejut ketika mendengar sang fotografer mengutarakan niatannya untuk menjadikan Chelsee sebagai model dalam pemotretan tersebut.

"Boleh saja sih tapi, jangan memaksanya ya. Jika ia sudah capek, bosan, atau tidak tertarik langsung kita stop"

Diluar dugaan Aira ternyata putri kecilnya itu nampak enjoy berpose mengikuti arahan sang fotografer.

"Bu Aira bisa lihat sendiri hasilnya" sang fotografer memperlihatkan hasil jepretannya kepada Aira.

"So cute, aku minta tolong dicetak yang besar ya untuk dikamar dan ruang tamu" pinta Aira, tersenyum melihat foto-foto putrinya yang nampak menggemaskan.

Sementara itu ditempat berbeda Raditya yang baru saja tiba dikantor nampak heran dengan keberadaan Winda dikantornya.

"Kok kamu ada disini?" tanya Raditya.

"Bu Aira menyuruhku untuk kembali ke perusahaan ini" jawab Winda dengan ragu-ragu.

"Tidak bisa, kamu kan sudah menolak gaji yang aku berikan untukmu dan kamu juga sudah tidak mau memberiku informasi tentang Aira dan Chelsee"

"Tapi Pak Angkasa..."

"Kamu cari saja pekerjaan ditempat lain" Raditya berlalu meninggalkan Winda, ia berjalan menuju ruang kerjanya.

"Haduh kerja dimana nih gue?" Winda sangat frustasi memikirkan nasibnya.

Beberapa menit kemudian Raditya kembali menghampiri Winda.

"Kamu di terima kembali bekerja denganku, tapi tugasmu sekarang cari ide membuat konsep untuk melamar Aira, buat sebagus mungkin agar ia tidak menolakku" ucap Raditya.

"Hah?" Winda sangat terkejut dengan tugas yang diberikan oleh atasannya.

"Jika kamu tidak mau ya sudah silahkan cari kerja di tempat lain" Raditya kembali meninggalkan meja kerja Winda namun baru beberangkah, Raditya menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Winda.

"Deadline besok sore, kamu sudah harus siapkan semuanya termasuk cincinnya" ucap Raditya sambil tersenyum, ia kembali melangkah kakinya masuk ke dalam ruang kerjanya.