TERJEBAK PERJODOHAN DENGAN SANG CASANOVA Seasons 2

Untung saja Mommy Thomas membatalkan acara makan malam semalam tadi karena alasan sedang kurang fit dan mengganti jadwal menjadi besok lusa, yang artinya malam ini. Jadi hari ini Amora sempat menyisihkan waktu untuk membeli gaun baru untuk ia kenakan di acara makan malam itu. 

"Bagus ini apa yang ini, Dek?" tanya Amora memperlihatkan  dua buah gaun cantik berwarna salem dan tosca. 

"Pink," jawab Kimy sambil menunjuk ke arah manekin yang sedang mengenakan gaun soft pink berbahan satin halus. 

"Pink mulu, pink. Gue tanya apa jawabnya apa. Cepet bagus yang mana, ini apa ini?" paksa Amora agar Kimy melihat dua gaun yang ia pilih. 

"Aku gak suka keduanya, yang salem potongannya yang lebih mirip tunik punya Uwa Dian, kalau yang toska detil payetnya rame banget. Aku gak suka. Mending yang itu, cantik, kalem, elegan, kayak aku." Kimy nyengir dengan jawabannya sendiri. "Coba jajal dulu aja sih, Kak!" pinta Kimy. 

Amora pasrah, karena biasanya Kimy lebih tahu apa yang bagus ia kenakan dibandingkan dirinya sendiri. 

"Tuh kan cantik. Ck, kalau aku gak hamil udah aku beli baju itu dari kemaren dipajang." Kimy terpesona melihat penampilan sang Kakak. 

"Mbak, bungkus itu aja, sama gaun hamil yang tadi," ucap Kimy pada pekerja butik. 

"Gaun hamilnya jadinya mau warna apa, Mbak?"

"Yang putih sama pink," jawab Kimy sambil menyerahkan kartu kreditnya.

"Gaun yang itu, masuk satu struk?" tanya pelayan butik itu sambil menunjuk gaun yang Amora kenakan. 

"Ya iya laaaaaahh." Ibu hamil itu langsung sewot. "Dia pikir aku rakyat jelata apa?" gerutunya pada Amora. 

"Sayang Onty, kalau Bunda kamu lagi marah-marah gak jelas dan lagi sombong tingkat dewa gitu langsung tendang aja!" bisik Amora di depan perut buncit Kimy. 

Hari ini Amora yang izin setengah hari dari kantor memilih pulang ke rumah Kimy dan bersiap-siap di sana. 

"Yakin laki lu gak akan cepet pulang?" tanya Amora saat Kimy meminta Amora bersiap-siap di kamarnya saja. 

"Gak. Tadi pagi dia bilang mau—"

Belum sempat Kimy menyelesaikan ucapannya pintu kamar tidurnya terbuka, wajah lelah Satria masuk tanpa mereka duga. 

"Kata lu lembur!" Untung saja Amora telah selesai berganti baju dan sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. 

"Ngapain si Tulang Rusuk di sini?" tanya Satria kemudian mengecup bibir dan perut Kimy bergantian. 

"Berenti napa panggil gue Tulang Rusuk! Berasa mau dijadiin iga bakar gue dipanggil itu." 

Adik ipar itu malah terbahak-bahak. 

"Katanya kamu mau lembur, gak jadi emangnya?" tanya Kimy sambil melepas dasi yang telah mengendur di leher suaminya. 

"Si Onta gak bisa diajak lembur, mau makan malem sama Iga-nya katanya." Satria terus menggoda Amora. 

Amora hanya mencibir dan meneruskan mengeringkan rambutnya. 

"Mau langsung mandi apa ngopi dulu?" tawar Kimy. 

"Enen boleh gak?" 

Dan sebuah sisir yang Amora gunakan untuk mengeringkan rambutnya pun mendarat di kepala Satria. 

"Bener-bener gak ada akhlak lu!" bentak Amora. 

"Minum susu anget, Ra. Emang Si Onta doang yang suka susu anget? Bedanya kalau gue langsung dari sumber mata susunya."

Tak tahan mendengar ucapan adik ipar sablengnya itu, Amora langsung mencabut hair dryer dari sumber listrik dan segera merapikan barang-barangnya yang ada di kamar Kimy. 

"Mau kemana sih, Ra. Nyantai aja sih!"

"Gue gak mau liat adegan live adek gue nyusuin Embek!" ketus Amora sambil berjalan cepat menuju pintu kamar diiringi suara gelak tawa sepasang suami-istri minim akhlak tersebut. 

"Dia gak sadar sebentar lagi nyusuin Onta," balas Satria. 

"Hisssstt. Dasar sableng!" Sebelum menutup pintu kamar Kimy dengan kesal. 

Thomas datang menjemput Amora satu jam sebelum jam makan malam. Di sana dia langsung disambut dengan senyum malu-malu Amora dan senyum meledek para pemilik rumah. 

"Cantik!" puji Thomas melihat penampilan Amora yang anggun. 

"Makasih!" Kimy yang menjawab dengan nada dibuat malu-malu. 

"Cih." Amora mendecih. "Kakak lu, bukan elu!"

"Gimana gak cantik dandannya aja luamaaaaa banget. Tadi dia ngomong ke gue udah gak sabar pengen cepet-cepet ngasiin elu!" Satria tak henti menggoda Amora. 

"Ayo Mas cepetan. Aku pusing dari tadi denger kemesuman mereka." Kali ini Amora yang menarik pergelangan tangan Thomas seolah ingin cepat-cepat dibawa pergi oleh Thomas. 

"Berenti senyam-senyum kayak gitu!" Amora merasa risih dengan senyuman Thomas yang selama perjalanan hanya memamerkan senyum tiap kali menatap wajahnya. 

"Ternyata energi positif yang aku kirimkan ke kamu benar-benar bikin aura kamu terpancar."

Amora langsung mencibir ucapan pria tampan itu, dia masih ingat betul bagaimana Thomas menghadiahkan kecupan bertubi-tubi beberapa hari lalu. 

"Aku transfer energi positif lagi ya, biar kamu gak gugup."

Dan sebuah capitan yang membuat Thomas berteriak pun Amora hadiahkan di lengan sang kekasih yang malam itu nampak menawan dengan kaos berkerah dan blazer semi formal yang ia kenakan. 

"Yuk, Mommy udah di dalem," ajak Thomas sambil menyampirkan tangan Amora di lengannya. 

"Sebentar, Mas!" Amora menarik napas dalam-dalam. "Aku nervous." Amora mengelus dadanya beberapa kali sebelum masuk ke dalam restoran. 

Benar kata Thomas, Sekar terlihat menunggu kedatangan mereka, bahkan Amora bisa melihat wanita tua itu melirik jam tangannya sebelum melihat kedatangan mereka. 

"Lama nunggu, Mom?" tanya Amora setelah mereka bercipika-cipiki. 

"Sebenernya baru sepuluh menitan Mommy nunggu kalian, tapi kenapa berasa lama ya?" Seperti yang pernah Thomas katakan wanita itu benar-benar blak-blakan. 

Tak menunggu waktu lama, Thomas langsung memesan hidangan makan malam untuk mereka. Dan selama menunggu makanan tiba, Sekar terus mengajak Amora mengobrol. 

"Jadi kamu sama Onta Uzbekistan ini mulai deket sejak Satria nyimpen saham atas nama dia?"

Amora mengangguk, bahkan sepertinya Amora lebih banyak menjawab dengan anggukan daripada menjawab dengan kata-kata. 

"Kamu cantik, sopan, berkelas. Kok bisa kepincut sama orang modelan gini? Mommy bingung." Sekar geleng-geleng kepala. 

Dan pertanyaan seperti itu yang sejak kemarin sulit Amora dapatkan jawabannya. 

"Ra!" sapa suara seseorang yang begitu familiar di telinga Amora. 

Amora segera mendongak, melihat siapa wanita yang menyapa dirinya. Dan ternyata dugaannya benar, mantan mama mertuanya yang menyapanya tadi. 

"Eh Mama." Amora menyalami tangan kedua mantan mertuanya. "Mama sama Papa sehat?"

"Iya, Alhamdulillah. Ini kita lagi anniversary yang ke 40," jawab wanita itu malu-malu. 

"Selamat ya, Mah, Pah. Semoga kalian selalu diberikan kebahagiaan," doa Amora tulus.

"Aamiin," jawab pasangan tua di hadapannya. 

"Mama harap Ara juga dapetin kebahagiaan Ara lagi. Maafkan—"

"Udah lah Mah, yang lalu biarlah berlalu. Aku juga udah ikhlas nerima semua ini. Maaf juga kalau aku gak bisa jadi menantu yang baik buat Mama, Papa." Amora menggenggam tangan mantan mama mertuanya, seolah menguatkan wanita tua itu. "Udah lah. Kok kita malah ngomongin yang sedih-sedih di hari bahagia Mama sama Papa."

Amora dan mantan Mama mertuanya pun berpelukan sebelum pamit. 

Makanan mereka datang sesaat setelah Amora kembali bergabung. Tapi hal itu tak menghilangkan rasa penasaran Sekar terhadap apa yang baru saja ia dengar. Dia yang memang tak pernah bisa menyembunyikan rasa penasarannya pun langsung melayangkan pertanyaan kepada kekasih putranya tersebut. 

"Ra, kakek-nenek yang barusan itu siapa?" tanya Sekar yang tak sadar diri jika dirinya pun sudah menjadi seorang Eyang dari dua cucunya. 

Amora langsung menghentikan tangannya yang saat itu sedang ia gunakan untuk memotong steak.

"Yang barusan tadi itu, mantan mertua aku." Amora tertunduk. 

Air wajah Sekar langsung berubah, dari yang tadinya ceria menjadi pias, dia begitu terkejut dengan fakta yang baru saja dia dengar dari mulut perempuan yang digadang-gadang bakal calon menantunya. 

"Mantan mertua?" tanyanya memastikan. "Maksudnya kamu pernah menikah. Eh maksudnya Mommy, Amora Janda?" tanya Sekar pada dua orang yang duduk di seberang mejanya. 

Please, jangan seperti ini?

Jangan bilang kalau mimpi yang kemarin itu akan jadi nyata!

"Thomas jelasin sama Mommy, kenapa kamu gak pernah bilang kalau Amora itu—"

Jeng, jeng, jeng.. 

Oh no, 

Oh no, 

Oh no, no, no, no, no… 

Apakah Sekar adalah penghalang untuk Amora dan Thomas menuju episode yang Encumers nanti-nantikan??? 🤭