NovelToon NovelToon
FIB (Fakultas Ilmu Budaya)

FIB (Fakultas Ilmu Budaya)

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri / Horor / Hantu / Cintapertama
Popularitas:876
Nilai: 5
Nama Author: 𝖨'𝗆 𝖱𝗂𝗌

Seorang dosen mengalami gangguan aneh bersama dengan mahasiswi baru.

Kampus yang terkenal cukup banyak penunggunya itu memang jarang mengganggu penghuni sekitar. Tapi tidak untuk kali ini. Teror semakin hari justru semakin kencang dan memanas.

Apa yang sebenarnya telah di lakukan dosen tersebut? Mengapa teror tiba tiba muncul dalam waktu satu hari?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝖨'𝗆 𝖱𝗂𝗌, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 (Hari UAS)

Hari demi hari berlalu hingga tibalah dimana UAS hari pertama akan segera di adakan.

Lift yang dalam perbaikan selama beberapa Minggu pun kini telah usai dan bisa beroperasi kembali.

Semua aktivitas berlangsung dengan lancar tanpa kendala.

Tapi, tidak dengan Liam...

Setelah keluar dari ruangan ujian, ia berjalan ke ruangan sekretariat progam studi guna menyerahkan berkas ujian mahasiswa.

Iya, Liam Hendryanto adalah salah satu dosen yang ditunjuk menjadi dosen pengawas karena dirinya memenuhi kualifikasi.

Ketika baru berjalan beberapa langkah, ia merasakan telapak tangan seseorang menyentuh punggungnya dari belakang.

Refleks saja ia menoleh, tapi tidak ada tanda-tanda orang yang ingin mengobrol dengannya. Semuanya tampak sibuk dengan urusan masing-masing.

Dengan muka cuek, Liam melanjutkan langkahnya dan lagi-lagi punggungnya yang lebar itu disentuh oleh tangan seseorang.

Kembali ia menoleh ke belakang...

Sempat Liam berpikir ada yang jahil dengannya. Karena tak terlalu penting, ia mengabaikannya lagi dan hal yang sama pun terjadi ketiga kalinya.

Perasaannya tidak takut, ia tak berpikir aneh-aneh, hanya saja Liam mengira yang menyentuhnya adalah orang-orang iseng. Maka dari itu, ia menjadi sedikit kesal.

Karena kesal, ia dengan cepat menoleh ke belakang untuk memastikan siapa yang melakukan ini. Dan ternyata...

*Deg deg deg*

Jantung Liam seketika berdegup kencang.

Wajah wanita yang hancur dipenuhi darah segar mengucur keluar tengah berdiri tepat didepannya.

Aroma tulip tercium semerbak di hidungnya.

Naasnya, Liam tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok di depannya itu. Tepaksa Liam terus menerus melihat wajahnya yang mengerikan. Mereka saling berpandangan hampir 2 menit.

Sehingga orang-orang disekitar sana menatap Liam dengan tatapan aneh.

"Kenapa Pak Liam berdiri mematung seperti itu?" bisik mereka.

"Mana tatapannya seperti orang sedang ketakutan"

"Kenapa ya?"

Karena takut ada apa-apa, seorang staf kampus bernama Pak Deni berlari menghampiri Liam sambil menepuk bahunya cukup keras.

*Bukkk*

Seketika sosok didepannya lenyap dan Liam baru bisa mengalihkan pandangannya. Bersamaan sosok tersebut hilang, Liam yang tersentak tak sengaja menjatuhkan berkas yang ia pegang. Membuat kertas-kertas yang ia susun rapi sebelumnya kini menjadi berserakan di lantai.

Liam membungkuk dan mengambil lembaran-lembaran itu, dibantu oleh Pak Deni.

Ia menatap Pak Deni, salah seorang staf akademik.

"Terimakasih" ucap Liam pelan dan cepat.

"Tadi ngelamun toh, Pak?" tanya Pak Deni setelah membantu mengumpulkan berkas yang dibawa Liam.

Liam hanya menjawab pertanyaan Pak Deni dengan kekeh kecil.

"Mukanya itu kayak habis lihat setan hahaha" celoteh Pak Deni sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Liam seorang diri.

"𝘏𝘶𝘩, 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴 𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘯, 𝘴𝘪𝘩..." batin Liam.

Ia merasa jengkel karena harus mengurutkan berkas ujian lagi setelah kocar-kacir. Tapi, karena itu adalah bagian dari tugasnya, ia akan melakukannya dengan penuh tanggungjawab.

Liam duduk di sofa sambil sibuk merapikan lembaran kertas di tangannya. Mukanya masih tegang, jantungnya juga masih berdegup kencang meski sosok itu telah hilang.

...----------------...

...----------------...

Ujian hari ketiga akan berlangsung 30 menit ke depan. Liam masih sibuk mempersiapkan diri di ruangannya.

Ketika tengah sibuk bersiap, ia dikejutkan dengan suara ketokan dari arah jendela.

Dibalik jendela kaca yang bening, terlihat Bu Gia berdiri disana dengan ekspresi dingin. Tangannya terus mengetok jendela kerja Liam tanpa henti.

Liam yang saat itu tak memikirkan apapun kecuali Bu Gia yang sedang memanggilnya, ia pun buru-buru mendekati Bu Gia.

"Ada apa, Bu? Kenapa nggak masuk saja?" tanya Liam.

Bu Gia terus diam dan tangannya berhenti mengetok. Sesaat setelah itu, ia berjalan pergi ke samping.

Liam tak mengejar kepergian Bu Gia, Liam berbalik dan disitulah ia barusaja teringat akan sesuatu.

"𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢... 𝘪..𝘯𝘪 𝘭𝘢𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘭𝘪𝘮𝘢?"

Tubuh Liam lemas, tak sanggup menoleh ke belakang. Akhirnya, dengan langkah cepat Liam keluar dari ruangannya dan segera pergi ke lokasi ujian.

*Brukkk*

Karena tergesa-gesa, Liam menabrak Pak Toni yang sedang lewat.

"Aduh, maaf Pak" kata Liam kemudian ia lanjut berjalan lagi.

Sekilas, Pak Toni menangkap raut muka Liam nampak tegang. Tapi, Pak Toni hanya menganggap kalau Liam hanya sedang terburu-buru, karena ia tahu Liam memang ditugaskan menjadi dosen pengawas UAS.

...----------------...

...----------------...

Tak terasa UAS telah berjalan satu Minggu. Semua mahasiswa masih mempersiapkan diri mereka untuk UAS Minggu selanjutnya.

Dari luar memang tak ada kehebohan atau seseorang yang pingsan akibat korban teror, tapi bagi Liam seminggu selama UAS berlangsung adalah seminggu terpanjang di hidupnya.

Tak pernah sekalipun ia luput dari gangguan aneh bahkan melihat sosok wanita penunggu gedung K secara langsung.

Meski lokasi ujian bukan di gedung K, sama saja bukan berarti Liam bisa lepas dari gangguan tersebut.

Teror yang ia alami selama seminggu lalu seolah tiada hentinya, bahkan sampai sekarang... Hari ini... Memasuki Minggu kedua UAS.

Liam mencuci mukanya setelah selesai buang air kecil di toilet.

Ia melihat pantulan dirinya di depan cermin wastafel. Dari pantulan cermin juga, terlihat pintu dibelakangnya terbuka, muncullah Pak Toni memasuki ruangan toilet.

Liam menoleh,

"Sudah selesai semuanya, Pak?" tanyanya basa-basi.

"Yaa... banyak urusan yang harus ku selesaikan ini, Li!" jawab Pak Toni, si pria berumur yang berjenggot itu.

Liam menanggapi dengan tawa kecil.

Jarinya memutar kran wastafel untuk mematikannya.

"Saya duluan, Pak!" ucap Liam setengah berteriak.

"Ya.. Yaa..." jawab Pak Toni.

Liam mengeluarkan sapu tangan dari saku kemejanya kemudian mengelap seluruh tangannya yang basah.

Ketika ia barusaja berbalik, lagi-lagi penampakan yang sama waktu ia lihat tempo lalu berdiri tegak di belakangnya. Kali ini dekat sekali, jarak mereka hanya dipisahkan beberapa sentimeter.

Kaget bukan main, tiba-tiba sosok menyeramkan muncul di belakangnya, Liam berteriak hingga tak sengaja terpeleset. Dahinya membentur sudut wastafel.

*Brakkk*

"Agrh..." rintihnya pelan.

Pak Toni yang mendengar keributan kecil pun dengan buru-buru ia meyelesaikan hajatnya.

Tiba di luar toilet, ia dikejutkan dengan Liam yang tengah tergeletak di lantai.

Dengan panik, Pak Toni mendekati Liam dan membantu Liam berdiri.

"Ada apa, Liam?" tanya Pak Toni, mukanya terlihat khawatir.

"Ugh... nggak kok, hanya... terpeleset" jawab Liam sambil memegangi kepalanya, matanya melihat ke tempat sosok tadi berdiri sekarang telah hilang.

"Aku mendengar bunyi seperti benturan, kamu terluka?" tanya Pak Toni lagi.

"Hanya benturan kecil... nggak masalah..." jawab Liam dengan nada lirih menahan sakit dibagian keningnya.

Pak Toni yang memperhatikan Liam pun menyadari kalau dahi Liam lecet. Dari situ, ia berhenti bertanya karena mengingat Liam itu tipe yang berusaha baik-baik saja padahal sebenarnya tak seperti itu.

Kalau Pak Toni terus bertanya ada apa dan mengapa, sudah dipastikan Liam akan menjawab baik-baik saja. Seolah sudah menjadi kebiasaanya sejak kecil.

Pak Toni juga memberi saran agar Liam beristirahat sejenak. Teruntuk posisinya sebagai dosen pengawas biar digantikan sementara oleh dosen lain.

Tapi, Liam mengelak. Ia bersikeras ingin tetap melanjutkan tugasnya. Bagi Liam luka yang ia alami hanyalah disebabkan oleh benturan kecil saja dan lecetnya akan hilang beberapa hari. Jadi, Liam tak mempermasalahkan itu.

Pak Toni tahu kalau Liam terlanjur keras kepala seperti ini akan susah dibujuk. Maka dari itu, ia mengiyakan Liam.

Sambil memandangi Liam yang berjalan menjauh darinya, Pak Toni berkata dalam hati,

"𝘒𝘶 𝘢𝘬𝘶𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣, 𝘩𝘶𝘮𝘣𝘭𝘦, 𝘫𝘶𝘫𝘶𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘰𝘵𝘪𝘷𝘢𝘴𝘪... 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘥𝘢 𝘴𝘦 𝘶𝘴𝘪𝘢𝘯𝘺𝘢"

Tatapannya lurus terus menatap Liam, tersirat sorot bangga dari tatapannya itu.

"𝘚𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢... 𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘬𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘗𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘭𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘫𝘶𝘴𝘵𝘳𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘶𝘳𝘢-𝘱𝘶𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘨𝘢𝘳 𝘥𝘪 𝘥𝘦𝘱𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯..."

...****************...

...****************...

...****************...

1
Hanik Andayani
apakah ini pacarnya
Chimpanzini Banananini
awal cerita. langsung bikin merinding jirr
Chimpanzini Banananini: takut bangett/Sob/
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
cara yg tak wajar. mati bunuh diri atau dibunuh 🤔🤔🤔
Wida_Ast Jcy
mungkin lbh bagus klu ditulis kalau begitu bukan kalau gitu ya thor
Vᴇᴇ: ok ok tengkiu, kurang teliti nii mon maap 🙏🏻😭
total 1 replies
iqbal nasution
sosok apa itu? setan perempuan ya.
Vᴇᴇ: yapp betul sekali
total 1 replies
iqbal nasution
malam ya... kenaapa gelap
Ani Suryani
di bunuh apa bunuh diri
Vᴇᴇ: akan ada penjelasannya di next bab 🙌🏻
total 1 replies
NotLiam
Bosen gak ada akhirnya!
Tsubasa Oozora
Aku gak bisa tidur kalau belum baca next chapter, fix it thor! 🥴
LaConstieConsti
Nggak cuma ceritanya saja yang menghibur, karakternya juga sangat asik. Aku jadi terbawa-bawa suasana. Ciyeee haha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!