Jiao Lizhi, 25 tahun, seorang agen profesional di abad ke-21, tewas tragis saat menjalankan misi rahasia. Yatim piatu sejak kecil, hidupnya dihabiskan untuk bekerja tanpa pernah merasakan kebahagiaan.
Namun tak disangka, ia terbangun di dunia asing Dinasti Lanyue, sebagai putri Perdana Menteri yang kaya raya namun dianggap “tidak waras.” Bersama sebuah sistem gosip aneh yang menjanjikan hadiah. Lizhi justru ingin hidup santai dan bermalas-malasan.
Sayangnya, suara hatinya bersama sistem, dapat didengar semua orang! Dari keluhan kecil hingga komentar polosnya, semua menjadi kebenaran istana. Tanpa sadar, gadis yang hanya ingin makan melon dan tidur siang itu berubah menjadi pejabat istana paling berpengaruh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Di Luar
Jiao Fei, yang sedang berdiri di depan Xue Yuning, tiba-tiba menegang. Matanya bergetar, bibirnya sedikit terbuka. “Apa aku baru saja mendengar suara adikku? Tapi.. Dimana dia?”
Jiao Fei hampir saja kehilangan keseimbangan. Ia segera menahan diri, berdehem kecil, lalu berdiri lebih tegak, mencoba menutupi keterkejutannya.
Xue Yuning menatap heran. “Tuan Muda Jiao? Apakah Anda baik-baik saja?”
“Ah, tidak apa-apa,” jawabnya cepat. Jiao Fei langsung mencari keberadaan Jiao Lizhi, “Dimana adik ku yang nakal itu?” Hingga matanya menatap ke arah semak-semak dimana sang adik dan pelayan nya berada.
Sementara itu, Xue Yuning juga tiba-tiba merasakan getaran aneh di telinganya. Sebuah suara asing bergema samar,
[...Nona Xue Yuning juga sedang menjalin hubungan dengan beberapa murid akademi...]
Wajahnya langsung memucat. “Apa? Siapa yang berkata begitu?!”
Ia menoleh cepat ke sekitar taman, tak ada siapa pun selain Jiao Fei dan pelayannya yang berdiri agak jauh. Tapi suara itu jelas terdengar.
“Siapa?!” seru Xue Yuning spontan. “Siapa yang berani bicara tentangku?!”
Sementara di depan sana, Jiao Fei yang mendengar ucapan Xue Yuning juga kaget, apakah wanita didepannya juga mendengar suara hati sang adik? Bukankah sangat berbahaya jika orang lain mendengarnya juga? Jiao Fei berusaha menenangkan Xue Yuning. “Nona Xue, tidak ada siapa pun di sini selain kita. Mungkin Anda salah dengar. Tidak ada yang berbicara tentang Nona disini.”
Xue Yuning menggigit bibirnya, matanya berputar gelisah. Tidak mungkin salah dengar, suara itu menyebut semua rahasia nya! Tapi, bagaimana bisa ada orang lain yang tau?
Pelayan di belakangnya juga tampak kebingungan. “Nona, hamba juga tidak mendengar apa pun.”
Wajah Xue Yuning memerah, entah karena malu atau takut. Ia segera menunduk dan tersenyum paksa. “Ah, mungkin hanya khayalanku.”
Namun saat ia hendak berbicara lagi, suara itu muncul lagi dalam kepalanya,
[Dan pengawal itu, bukan hanya satu. Ada dua. Salah satunya bahkan sudah beristri.]
Xue Yuning hampir pingsan di tempat. Napasnya memburu, matanya membulat lebar.
Jiao Lizhi di balik semak sudah menutup mulutnya dengan tangan, menahan tawa sampai air mata keluar. “Oh apakah ia masih nona bangsawan? Ckckck...”
Sementara Jiao Fei yang mendengar semua isi gosip itu dari pikiran adiknya, hampir tak percaya. “Apa-apaan ini? Nona yang hendak dijodohkan denganku, ternyata punya hubungan seperti itu?.”
Ia menatap Xue Yuning yang kini tampak gugup, dan diam-diam memalingkan wajah. “Nona Xue, Anda tampak pucat. Mungkin sebaiknya Anda beristirahat.”
Xue Yuning memaksa tersenyum. “Ah, tidak apa-apa, Tuan Muda.”
Tapi pelayannya segera maju, menunduk. “Nona, sebaiknya kita kembali ke aula. Nyonya pasti mencari.”
“Baiklah.” Xue Yuning cepat-cepat berbalik, hampir tersandung ujung gaunnya karena gugup.
Saat ia pergi, Jiao Fei hanya berdiri diam, matanya menyipit tajam, pikirannya masih dipenuhi suara adiknya. “Apakah selain aku mendengar suara hati adikku, apa yang dikatakan adik dan temannya yang tak kasat mata itu apakah benar adanya?”
Jiao Fei tampak berfikir untuk membicarakan ini kepada sang ibu. Bagaimanapun, ibu nya lah yang hendak menjodohkan dirinya.
Di balik semak, Jiao Lizhi dan Cui masih jongkok.
“Nona,” bisik Cui lirih, “bolehkah kita keluar sekarang? Kaki hamba sudah kesemutan.”
Jiao Lizhi tersenyum puas, matanya berbinar. “Boleh, Cui. Kita keluar menemui kakak ku.”
Cui mengerjap heran, tapi tak sempat bertanya karena Jiao Lizhi sudah melangkah keluar dari balik semak dengan wajah seolah tak bersalah sama sekali. Gaun nya bergoyang lembut dihembus angin sore.
Jiao Fei, yang masih berdiri di tengah taman, menoleh spontan. “A Zhi?” Ia berlagak terkejut. “Apa yang kamu lakukan di sini?”
Jiao Lizhi tersenyum manis, menautkan kedua tangannya di depan dada. “Ah, kebetulan aku sedang jalan-jalan, lalu bertemu Kakak di sini.”
Jiao Fei mengerutkan alis. Dalam hati, ia mendesah. “Kebetulan? Bukankah dirinya sudah memperhatikan ku dari tadi? Dasar adik nakal.”
Namun wajahnya tetap tenang. “Kebetulan, ya?” katanya pelan. “Tapi bukankah kamu baru saja sembuh? Kenapa berkeliaran sendiri? Bagaimana kalau kamu jatuh sakit lagi?”
Jiao Lizhi cepat-cepat menggeleng. “Ah tidak, Kak. Aku sudah sehat, sungguh! Lihatlah.” Ia memutar tubuhnya satu putaran penuh, membuat ujung gaunnya berputar seperti kelopak bunga biru.
Jiao Fei menatap adiknya, antara khawatir dan geli. “Baiklah, baiklah. Kakak percaya. Jadi sekarang kamu mau ke mana?”
Jiao Lizhi menepuk perutnya kecil. “Aku lapar,” katanya dengan wajah polos.
Fei menghela napas pelan. “Baiklah. Ayo ke kediamanku. Kamu mau makan apa? Biar aku perintahkan koki memasak makanan yang kamu inginkan.”
Jiao Lizhi menatap langit sambil berpikir, lalu matanya berbinar. “Ayo kita keluar!” serunya antusias, langsung menarik lengan kakaknya.
Jiao Fei tersentak. “Ke... keluar? Sekarang?”
“Tentu saja!” Jiao Lizhi menatapnya dengan mata berkilat penuh semangat. “Aku tak pernah keluar. Sekali saja, Kak. Anggap saja ini hadiah untuk kesembuhanku!”
Yah, semenjak Jiao Lizhi sakit, keluarga nya tidak mengizinkan dirinya untuk keluar kediaman Perdana Mentri.
Jiao Fei sempat ingin menolak, tapi melihat wajah adiknya yang bersinar penuh harapan, hatinya luluh juga.
Jiao Lizhi menepuk tangan kakaknya, senyum lebarnya nyaris membuat bunga di taman ikut mekar. “Terima kasih, Kak! Aku tahu Kakak yang paling baik!”
Jiao Fei hanya bisa menghela napas panjang, lalu tersenyum kecil tanpa sadar. “Baiklah, baiklah. Ayo pergi.”
Jiao Lizhi terkikik pelan, menggandeng kakaknya menuju gerbang kediaman setelah sedikit memberikan pesan kepada pelayan untuk sang ibu maupun ayahnya jika bertanya tentang dirinya dan sang adik.
Kedua nya menaiki kereta hingga ke sebuah restoran yang di pilih oleh Jiao Lizhi.
Restoran Hongyun Pavilion sore itu penuh sesak oleh para tamu. Suara gelak tawa, bunyi gelas beradu, dan aroma rempah serta daging panggang bercampur menjadi satu.
Jiao Fei melangkah menaiki tangga menuju lantai dua yang lebih tenang, dengan langkah mantap dan berwibawa. Di belakangnya, Jiao Lizhi mengikuti sambil melirik kanan-kiri dengan rasa ingin tahu yang tak bisa ia sembunyikan.
“Tempat ini cukup ramai,” gumamnya pelan.
“Restoran ini terkenal dengan masakan bebek panggang nya,” jawab Jiao Fei singkat. “Kakak sering makan di sini bersama teman-teman akademi.”
Jiao Lizhi tersenyum kecil. “Oh~ begitu. Kalau begitu, aku ingin mencobanya juga.”
Mereka duduk di bilik yang agak tertutup, menghadap jendela besar dengan tirai sutra yang melambai pelan. Tidak lama kemudian, pelayan datang membawa daftar menu. Jiao Fei memesan beberapa hidangan, bebek panggang madu, ikan kukus, sayuran tumis, dan sup ayam.
Tak lama kemudian, makanan pun datang. Asap panas mengepul di udara, memenuhi bilik dengan aroma menggoda. Jiao Lizhi mengambil sumpit, wajahnya ceria seperti anak kecil.
Namun sebelum suapan pertama mencapai bibirnya, suara keras dari meja di sebelah mereka membuat seluruh lantai dua terdiam.
“Dasar perempuan tak tahu diri! Ku bilang tuang, ya tuang.”
“Tuan muda, mohon jangan membuat keributan di tempat umum…”
lanjut up tiap hari thor 1 bab aja jika bisa ya lebih💪💪💪💪💪💪