Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Cemburu
Cilla berjalan di pekarangan rumah dengan pelayan wanita mengikut di belakangnya membawa nampan di atasnya berisi kotak obat dan lain sebagainya.
Mereka akhirnya tiba di kediaman Rasyid dengan pintu terbuka.
"Astaga Rasyid kenapa kamu bisa sampai luka seperti ini dan biasanya kamu memiliki insting yang sangat tinggi, masa iya tuan Robby berada di belakangmu dan kamu tidak menyadarinya," ucap Metta duduk di sebelah Rasyid dengan keduanya berada di sofa.
"Manusia juga memiliki kelemahan, tidak semua insting itu kuat," jawab Rasyid.
Metta menghela nafas, merasa khawatir pada Rasyid membuatnya mengambil kotak obat dan mulai mengobati pipi Rasyid.
Namun baru selang beberapa detik tiba-tiba saja Metta memperhatikan arah pandang Rasyid melihat ke arah pintu dan membuat Metta juga melihat ke arah pintu dan ternyata Cilla sudah berdiri di sana dengan pelayan tersebut tetap berada di belakangnya.
"Nona!" sapa Metta tanpa berdiri dari tempat duduknya.
"Nona ingin mengatakan sesuatu? Boleh saya meminta izin sebentar untuk mengobati luka Rasyid. Jika Nona ingin berbicara dengan Rasyid maka diwakilkan dengan saya saja," ucapnya Metta dengan sangat hati-hati berbicara.
"Tidak bisa," jawab Cilla dengan tegas membuat Metta mengerutkan dahi.
"Kamu keluarlah dan saya yang akan melanjutkan pengobatan itu," lanjut Cilla tidak ingin banyak bicara dengan Metta.
"Tetapi Nona....
"Kamu tidak mendengarkan perintah dari saya?" Cilla kembali bertanya membuat Metta kesulitan menelan ludah.
Cilla sudah mencoba untuk mengendalikan diri dan itu adalah perkataan paling sopan kepada seorang wanita yang ganjen kepada suaminya di depan dirinya.
"Rasyid aku pergi dulu. Kamu jangan terlalu banyak beraktivitas," ucap Metta membuat Rasyid menganggukkan kepala dan kemudian Metta langsung berlalu dari hadapan Cilla dan tidak lupa menundukkan kepala.
Cilla menghela nafas dan berbalik badan mengambil nampan tersebut.
"Tutuplah pintunya sebelum pergi," ucap Cilla memberi perintah kepada pelayan tersebut membuat pelayan itu mengganggukan kepala dan kemudian pergi.
Cilla menghampiri Rasyid dan sekarang sudah duduk di sampingnya.
"Kenapa laki-laki ini benar-benar sangat menyebalkan, baru 3 menit ditinggalkan dan sudah membawa wanita masuk lagi ke dalam rumah ini," batin Cilla dengan kesal hanya bisa marah-marah pada suaminya di dalam hatinya.
Dengan wajah cemberutnya Cilla mengambil kapas dan kemudian menuangkan begitu banyak alkohol dan langsung bersihkan luka Rasyid.
"Ahhh...." Rasyid mengeluh kesakitan membuat Cilla mengerutkan dahi melihat ekspresi berlebihan itu.
"Tadi saja diam seperti patung dan tidak ada rasa sakit sama sekali, giliranku sudah seolah-olah aku mencabut nyawamu," ucap Cilla dengan kesal.
"Tetapi cara pengobatan kamu memang sedikit berlebihan dan tidak ikhlas," ucap Rasyid.
"Aku memang tidak ikhlas melakukannya!" tegas Cilla menekan suaranya dan bahkan membuat Rasyid memejamkan mata menahan rasa sakit tetapi tidak bersuara lagi.
Rasyid harus menerima resiko akibat perbuatannya. Mungkin tadi Cilla ingin mengobati sepenuh hati dengan penuh kelembutan dan ketulusan dan karena melihat ulah suaminya membuatnya marah dan melampiaskan amarah itu mengobati dengan sangat kasar.
"Saya harus harus mengawal kamu setiap hari dan bagaimana saya bisa melakukannya jika saya bukannya sembuh dan justru semakin sakit," protes Rasyid.
"Kalau begitu panggil saja partnermu untuk mengobatimu kembali," jawab Cilla penuh sindiran.
"Baiklah," sahut Rasyid ternyata meladeni permintaan istrinya membuat Cilla mengangkat kepala dan menatap horor Rasyid.
"Kamu akan memanggilnya kembali?" tanya Cilla memastikan.
"Bukankah tadi kamu baru saja menyuruhku melakukan hal itu," jawab Rasyid.
"Aku akan memecatnya!" tegas Cilla tiba-tiba saja mengeluarkan melontarkan kata seperti itu membuat Rasyid kaget.
"Kenapa? Tidak setuju, kalau begitu kalian berdua aku pencet secara bersamaan," lanjut Cilla.
Marah-marahnya semakin tidak bisa dikontrol, sudah terlihat jelas tadi wajah memerah itu menunjukkan rasa kecemburuannya.
Rasyid hanya mancing-mancing dan bukannya menenangkan malah menikmatinya ekspresi wajah yang menggemaskan itu.
"Tersenyumlah dengan semau kamu dan kamu pikir aku tidak bisa melakukannya hah! Aku memiliki kuasa memecat siapapun yang bekerja di rumah ini atau di manapun dan termasuk dirimu!" tegas Cilla.
"Tetapi saya bukan hanya bekerja di rumah ini. Saya juga sudah menjadi suami kamu dan bagaimana mungkin saya akan pergi," sahut Rasyid.
"Enak sekali mengatakan kata suami. Tetapi tidak bisa menjalankan amanah dalam kata suami!" tegas Cilla.
Rasyid tidak merespon lagi, Cilla terus dipenuhi dengan amarah yang tidak jelas.
"Aku benar-benar menyesal menolongmu dan seharusnya kamu berusaha sendiri terbebas dari Robby, membuatku kesal saja," umpat Cilla berdiri dari tempat duduknya dan bisa-bisanya tidak melanjutkan pekerjaan itu.
"Kamu mau kemana dan kenapa tidak menyelesaikannya?" tanya Cilla.
"Aku melupakan sesuatu. Aku harus menemui Arbil, meminta maaf padanya atas apa yang terjadi. Aku sudah menuduhnya dan ternyata bukan dia pelaku yang sebenarnya," jawab Cilla.
"Jangan pergi menemuinya sendiri," ucap Rasyid kembali mengingatkan istrinya.
"Kenapa? Apa bahaya akan datang lagi kepadaku? atau...."
"Bagaimanapun kamu tidak boleh menemui laki-laki sendirian," sahut Rasyid memotong kalimat itu.
"Aku saja tidak boleh melakukannya dan bagaimana dengan kamu yang seenaknya memasukkan wanita lain ke rumah ini. Jangan menggurui jika contohnya saja tidak benar," sahut Cilla akhirnya menyampaikan amarahnya yang sebenarnya kepada Rasyid.
"Jadi karena hal ini kamu sejak tadi mengobatiku seolah ingin membunuhku, marah-marah tidak jelas dan bahkan ingin pergi begitu saja tanpa menyelesaikan pekerjaan?" tebak Rasyid.
"Aku sudah terlanjur kesal dan tidak akan bisa diubah lagi!" tegas Cilla.
"Metta mendengar apa yang terjadi padaku dan dia datang ke kamarku, sebagai seorang sahabat melihat sahabatnya terluka dan mungkin hal itu wajar dia lakukan," ucap Rasyid mencoba untuk menjelaskan.
"Dia tidak akan melakukannya dan justru akan segan dan menghormati jika dia mengetahui bahwa kamu sudah menikah," sahut Cilla.
Rasyid terdiam dengan pernyataan itu
"Kenapa? kamu tidak pernah mengatakan kepada dia bahwa kamu sudah menikah. Dia orang yang bekerja di rumah ini sebagai sekretaris Kakek, mengawal dan lain sebagainya. Mana mungkin dia berani kurang ajar kepada suami dari atasannya jika tidak diberitahu!" tegas Cilla.
"Saat pernikahan Metta memang berada di Luar Kota dan mungkin saja tidak mendengar bahwa kita sudah menikah," sahut Rasyid memang tidak kepikiran untuk memberitahu. Dia juga bukan tipe orang yang harus gembar-gembor.
"Dan dia tidak akan melewati batasnya dan akan seterusnya seperti itu jika tidak diberitahu!" tegas Cilla.
"Baiklah! Aku akan memberitahunya," sahut Rasyid.
"Jangan pergi menemui Arbil jika hanya sendiri," ucap Rasyid memang tidak ingin Cilla kenapa-napa.
Cilla sengaja mengatakan kepada Rasyid dan seperti biasa mana mungkin juga dia menemui laki-laki itu sendirian, pasti ditemani oleh pelayan atau pengawal lainnya, hanya kesal jadi ingin membalas perbuatan suaminya.
"Jika tidak ingin melanjutkan untuk mengobatinya, maka aku akan menelpon Dokter," ucap Rasyid.
"Hanya luka sekecil itu mau manggil-manggil Dokter! Manja sekali," sahut Cilla dengan kesal kemudian kembali duduk di samping Rasyid.
Sekarang suasana hatinya sudah sedikit tenang. Jadi dia kembali mengobati suaminya dan sekarang pengobatan itu sudah tidak kasar seperti awal. Penuh kelembutan dan keikhlasan, tidak ada protes dari Rasyid.
Rasyid justru merasa sangat tenang dan sejak tadi menatap Cilla. Apalagi jarak mereka berdua sangat dekat dan Cilla tidak gugup sama sekali walau menyadari diperhatikan seperti itu.
Bersambung....
penuh rahasia