NovelToon NovelToon
Dua Akad Satu Cinta

Dua Akad Satu Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Poligami / Penyesalan Suami / Konflik etika
Popularitas:87.8k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Tiga Tahun berumah tangga, Amanda merasa bahwa pernikahannya benar-benar bahagia, tapi semua berubah saat ia bertemu Yuni, sahabat lamanya.

Pertemuan dengan Yuni, membawa Amanda pergi ke rumah tempat Yuni tinggal, dimana dia bisa melihat foto pernikahan Yuni yang bersama dengan pria yang Amanda panggil suami.

Ternyata Yuni sudah menikah lima tahun dengan suaminya, hancur, Amanda menyadari bahwa dia ternyata adalah madu dari sahabatnya sendiri, apakah yang akan Amanda lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Enam Belas

Di kota lain, Yuni dan Nathan sedang asyik bermain.

"Pelan-pelan, Nak, nanti jatuh,” ujar Yuni lembut sambil tersenyum.

“Iya, Bunda!” jawab Nathan tanpa menoleh, masih asyik dengan mainannya.

Baru saja Yuni hendak masuk ke dalam rumah, suara mobil berhenti di depan pagar. Ia menoleh. Sebuah mobil hitam berhenti perlahan, dan dari dalamnya keluar sosok perempuan paruh baya yang begitu ia kenal.

“Mama?” seru Yuni sedikit terkejut.

Perempuan itu tersenyum hangat sambil melambaikan tangan. “Yuni!”

Yuni buru-buru menuruni teras dan membukakan pagar. “Ya ampun, Mama datang tanpa kabar duluan.”

Mama Azka, perempuan berusia sekitar enam puluhan tahun, masih tampak anggun meski wajahnya mulai dipenuhi garis halus. Senyumnya lembut, matanya hangat seperti dulu saat pertama kali menerima Yuni sebagai menantu.

“Maaf, Mama datangnya mendadak,” ucap Mama Azka sambil memeluk Yuni pelan. “Mama kangen Nathan. Papa tak bisa ikut hanya titip salam.”

“Wah, Papa gimana kabarnya?” tanya Yuni sambil tersenyum kecil.

“Baik, sehat. Dia di rumah aja, malas jalan jauh katanya,” jawab Mama Azka sambil tertawa kecil.

Yuni mengangguk pelan, mempersilakan wanita itu masuk. Nathan yang melihat kedatangan neneknya langsung bersorak riang.

“Nenek!” teriaknya sambil berlari memeluk kaki Mama Azka.

“Nathan sayang!” balas sang nenek sambil menunduk dan mengelus kepala cucunya. “Aduh, udah makin besar aja. Nenek sampai kaget.”

Anak itu terkekeh. “Nenek bawa oleh-oleh?”

Mama tertawa geli. “Tentu dong. Nih, lihat nih, mobil-mobilan baru!”

Nathan bersorak gembira sambil menerima hadiah itu. Sementara Yuni hanya tersenyum, hatinya hangat melihat kedekatan mereka.

“Ma, masuk dulu yuk. Aku buatin teh ya,” ucap Yuni ramah.

Tak lama, mereka duduk di ruang tamu yang sederhana tapi rapi. Meja kayu di tengahnya sudah berisi teh hangat dan piring kecil berisi kue kering. Nathan duduk di lantai, sibuk membuka bungkus mainannya.

Mama Azka menatap sekitar rumah sambil menghela napas pelan. “Masih sama seperti dulu. Rapi, hangat, dan wangi. Rumah ini nggak pernah berubah.”

Yuni tersenyum. “Aku betah di sini, Ma. Soalnya banyak kenangan. Nathan juga udah nyaman.”

“Iya, Mama tahu. Makanya Mama senang masih bisa berkunjung ke sini.”

Beberapa saat mereka mengobrol ringan tentang apa saja. Namun di tengah obrolan itu, Mama Azka tampak beberapa kali melirik jam tangannya, seolah sedang menunggu waktu tertentu.

Yuni memperhatikan perubahan ekspresi itu. “Ma, kayaknya lagi buru-buru, ya?”

Mama Azka tersentak kecil. “Hm? Oh, enggak, enggak kok. Cuma ... sebenarnya Mama ke sini tuh sekalian ada pesan dari Azka.”

Nada Yuni sedikit menurun. “Pesan dari Azka?”

“Iya.” Mama menaruh cangkirnya pelan. “Azka minta tolong Mama buat jemput Nathan. Hari ini Nathan diajak ke rumah, katanya mau main sama Papanya.”

Yuni tampak sedikit terkejut, walau dia sudah tahu sebelumnya, tapi tak menyangka secepat ini akan dijemputnya. “Hari ini?”

“Iya. Katanya Azka kangen banget. Udah beli tiket pesawat pulang-pergi, jadi nanti Mama langsung bawa Nathan ke kota. Sore Mama sudah harus kembali.”

"Mama tak menginap dulu?" tanya Yuni heran. Biasanya sang mertua akan menginap dua hari.

"Tak usah, Nak. Papa di rumah sendiri," jawab Mama Azka.

Meski nadanya lembut, Yuni bisa merasakan sesuatu yang janggal. Ia mencoba tersenyum. “Boleh aku ikut, Ma?”

Pertanyaan itu membuat Mama Azka langsung menegang. “Ikut?”

“Iya, aku ikut ke rumah. Kan udah lama juga aku nggak ke sana. Pengen ketemu Papa sama Mama juga, sekalian biar Nathan lebih tenang.”

Mama Azka terdiam lama. Matanya berkedip cepat, seolah mencari alasan yang tepat. “Ehm, nanti gimana rumah kamu? Nggak mungkin ditinggalkan?"

“Tak apa, Ma. Kan ada bibi."

Mama tersenyum kaku. “Yuni, sayang, bukannya Mama nggak mau, ya. Tapi ... gimana ya ngomongnya.” Ia tampak ragu. “Azka cuma bilang Mama diminta jemput Nathan aja. Dia nggak bilang apa-apa soal kamu ikut.”

“Azka cuma minta Nathan?” tanya Yuni pelan. “Apa aku sebagai ibunya tak boleh ikut?”

“Iya, Nak. Mama juga kurang paham."

Ruangan mendadak terasa lebih hening. Hanya suara kipas angin yang berputar pelan di sudut ruangan. Yuni menatap wajah Mama Azka lama, senyumnya menipis.

“Ma, kenapa aku nggak boleh ikut? Apa ada sesuatu yang disembunyikan?”

Pertanyaan itu menusuk. Mama Azka langsung menunduk. Jari-jarinya meremas rok yang ia kenakan. “Nggak, Yuni. Nggak ada apa-apa, kok. Jangan salah paham, ya.”

“Tapi kenapa terasa aneh, Ma?” Yuni menatapnya dengan sorot mata lembut tapi penuh tanya. “Selama tiga tahun ini aku merasa sedikit aneh. Di awal pernikahan tak ada larangan bagiku untuk datang ke rumah mama."

Mama Azka menghela napas pelan. “Yuni, Mama cuma menjalankan permintaan Azka. Dia bilang pengen quality time sama anaknya."

“Cuma itu?” ulang Yuni pelan.

Mama mengangguk cepat. “Iya, cuma itu. Nggak ada yang lain.”

Yuni menatapnya beberapa detik tanpa berkata apa-apa. Dalam hatinya muncul perasaan tak enak, seperti ada sesuatu yang memang sengaja ditutupi. Namun, ia tidak ingin memperpanjang masalah ini.

Akhirnya, Yuni menghela napas dan mencoba tersenyum. “Baiklah, Ma. Kalau memang itu maunya Azka, aku nggak akan larang. Tapi tolong jaga Nathan, ya. Aku percaya sama Mama.”

Mama tampak lega, meski wajahnya masih tegang. “Tentu, Sayang. Mama janji. Nathan akan baik-baik saja.”

Nathan yang sedari tadi mendengarkan setengah hati, kini menatap bundanya dengan mata bulat. “Bunda, aku beneran mau ke rumah Ayah?”

“Iya, Sayang,” jawab Yuni sambil berlutut di hadapan anaknya. “Main yang baik, ya. Dengerin Nenek, jangan nakal.”

Nathan mengangguk semangat. “Iya, Bun! Aku bawa mainanku, ya?”

“Terserah. Tapi jangan semua, nanti koper Nenek penuh,” sahut Yuni sambil mencubit pipinya gemas.

Anak itu tertawa cekikikan, lalu berlari ke kamarnya mengambil beberapa mainan. Saat ia pergi, Yuni dan Mama Azka kembali duduk dalam diam.

Yuni akhirnya berkata pelan, “Ma, boleh aku tanya satu hal lagi?”

“Iya, Nak?”

“Azka sehat, kan?”

Mama Azka tampak sedikit kaget, tapi segera tersenyum tipis. “Sehat. Cuma agak sibuk kerja. Makanya dia jarang pulang ke sini.”

“Kerja?” gumam Yuni. “Sesibuk itulah sehingga tak bisa meluangkan waktu sehari atau dua hari menginap di sini?"

Mama terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ucapan Yuni itu terasa halus, tapi mengandung banyak makna. Ia hanya menunduk dan berkata, “Yuni, kamu perempuan kuat. Mama tahu kamu bisa jalani semuanya. Dan Mama juga tahu, kamu masih punya hati yang besar buat Nathan. Itu yang paling penting.”

Yuni tersenyum tipis, menatap teh di depannya yang sudah dingin. “Iya, Ma. Aku nggak apa-apa kok. Aku udah belajar buat nggak berharap lagi. Sekarang yang penting Nathan bahagia.”

Mama Azka mengangguk, tapi hatinya perih. Dalam hati kecilnya, ia tahu Yuni masih menyimpan rasa, berharap Azka akan menerima dan mencintainya sepenuh hati. Dan di sisi lain, ia tahu kalau rahasia yang disimpan Azka suatu hari pasti akan terbuka.

Beberapa menit kemudian, Nathan sudah siap dengan ranselnya. “Aku udah siap, Nek!”

Mama Azka berdiri, mengusap kepala cucunya. “Pintar. Yuk, kita berangkat.”

Yuni menunduk dan mengecup kening anaknya. “Hati-hati di jalan, ya, Sayang. Jangan lupa doanya sebelum naik mobil.”

“Iya, Bunda,” jawab Nathan polos. “Bunda nggak ikut?”

Yuni tersenyum menahan sesak di dada. “Nanti, ya. Bunda tunggu di sini.”

Nathan mengangguk dan melambaikan tangan sambil digandeng neneknya menuju mobil. Dari teras, Yuni berdiri memandangi mereka sampai mobil itu perlahan menjauh. Angin berembus lembut, tapi di dadanya ada perasaan kosong yang sulit dijelaskan.

Begitu mobil keluar dari gang, Yuni masuk kembali ke rumah dan duduk di sofa. Ia menatap cangkir teh di meja, lalu bergumam lirih, “Kenapa aku merasa ada sesuatu yang nggak beres, ya ....”

Di dalam mobil, Mama Azka memegang tangan Nathan yang duduk tenang di kursi belakang. Anak itu memandang keluar jendela, menyenandungkan lagu kecil. Mama tersenyum lembut.

Telepon di pangkuannya bergetar. Nama “Azka” muncul di layar. Ia menjawab pelan.

“Halo, Nak. Mama udah di jalan.”

“Baik, Ma. Terima kasih ya. Tolong jaga Nathan dulu.”

“Tentu, Sayang. Tapi ....” Mama ragu sejenak. “Yuni sempat nanya kenapa dia tak boleh ikut?”

Suara di seberang terdengar pelan tapi tegas. “Jangan dulu, Ma. Amanda sudah mulai curiga!"

Mama menatap jalan di depannya. “Kamu harus segera siap, Azka. Rahasia itu nggak bisa disimpan terus.”

Azka diam. Hanya terdengar napas berat dari seberang. “Nanti aja, Ma. Sekarang belum waktunya.”

Sambungan telepon berakhir. Mama Azka menatap Nathan yang tertawa kecil karena melihat pesawat di langit.

“Semoga semuanya nggak berantakan ...," gumam Mama Azka, menatap langit yang mulai cerah.

1
Eka ELissa
Azka nikh ma Yuni nikah siri manda kyaknya....wong KK aj GK punya... tu Nathan....sbr ya Manda smoga bis ini kmu bhgia
Eka ELissa
stres kmu Azka hrus nya kata itu kmu ucpkn dulu bukn Skrang....udh terlanjur hancur....😡😡😡😡
Eka ELissa
kata GK nyangka itu hrus nya buat kmu sendiri tau.....Manda GK nyangka lok kmu itu kadal jadi jadian.... bntr lagi dtang surat ke dua dari Yuni...
nah loh....kmu cndirian 🤣🤣🤣🤣😡😡😡
Eka ELissa
dia juga sama yuun....bilang knpa hrus kmu Yun...yg jdi madu nya...
jdi yg slh tu Azka tau kadal buduk itu😡😡😡😡
Ida Nur Hidayati
Yuni tolong dengerin semua penjelasan Amanda tentang hubungannya dengan Azka. agar kamu tidak salah menilai Amanda
Ida Nur Hidayati
dari awal orang tua Azka juga berperan mendukung dan melamar Amanda
Ida Nur Hidayati
mertuamu bilang sekarang ada dipihakmu Yun...dulu dulunya gimana. mereka juga mendukung pernikahan Azka dan.Amanda
Marini Suhendar
Bakal salah paham mereka ber 2..slama blom mendengarkan penjelasan dr azka
Ma Em
Yuni jadi benci sama Amanda padahal kan Amanda jujur emang tdk tau kalau Azka sdh menikah dan punya anak , semoga Yuni bisa memaafkan Amanda dan berbaikan kembali .
Ruwi Yah
walaupun kamu istri pertama tapi manda yg azka cintai jadi jangan merasa kamu yg tersakiti yuni
Ruwi Yah
kalian berdua sama2 korban jadi kamu jangan egois yuni walaupun kamu istri pertama tapi jangan lupa kalau manda yg azka cintai kamu hanya istri bayangan
Aisyah A
Yuni km sok JD korban mlh membenci Manda.
Apriyanti
lanjut thor
Apriyanti
lanjut thor 🙏
IndahMulya
semoga yuni bisa memaafkan amanda, dan mrka berdua bisa sama2 membalas perbuatannya azka. pasti seru tuh
Daulat Pasaribu
si yuni sama amanda korban,seharusnya si azka dpt karmanya dong thor.apalagi kesalahannya lebih besar ama istri pertamanya
IndahMulya
kalau endingnya si amanda malah balik sama azka krna mengatasnamakan cinta artinya si manda munafik. cinta itu ga salah, tapi caranya azka yg salah. dan azka ga pantes dpt cintanya manda atau yuni
Daulat Pasaribu
enak kali si azka,uda nyakitin si yuni begitu dalam.tapi gk dpt karmanya
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Neng Saripah
jangan merasa paling trsakiti yun...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!