NovelToon NovelToon
Tuan Muda Playboy & Gadis Desa

Tuan Muda Playboy & Gadis Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Playboy / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:18.7k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Oliver Alexander, pewaris tunggal keluarga kaya raya, hidupnya penuh dengan pesta, wanita, dan gemerlap dunia malam. Baginya, cinta hanyalah permainan, dan wanita hanyalah koleksi yang berganti setiap saat. Namun, gaya hidupnya yang semakin tak terkendali membuat sang ayah geram.
Sebagai hukuman sekaligus peringatan, Oliver dipaksa turun tangan mengurus salah satu pabrik keluarga di desa terpencil. Awalnya ia menolak, tapi ancaman kehilangan segalanya membuatnya tak punya pilihan.
Di sanalah ia bertemu Laras Maya, gadis desa sederhana yang polos, lugu, bahkan terlihat norak di matanya. Dunia mereka begitu berbeda, bagaikan langit dan bumi. Tapi semakin lama, Oliver justru menemukan sesuatu yang tak pernah ia rasakan dari wanita-wanita cantik di kota, yaitu ketulusan.
Laras yang apa adanya perlahan meruntuhkan tembok arogan Oliver. Dari sekadar kewajiban, hari-harinya di desa berubah menjadi perjalanan menemukan arti cinta dan hidup yang sesungguhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gagal Lagi

Oliver menyandarkan tubuhnya ke kursi, perutnya sudah kenyang setelah menyantap bekal dari Laras. Matanya tak lepas dari wajah istrinya yang sibuk merapikan kotak makan.

“Laras,” panggil Oliver tiba-tiba.

“Iya, Hubby?” jawab Laras sambil menoleh, matanya yang jernih menatap tanpa curiga.

Senyum tipis terbit di sudut bibirnya, lalu ia berdiri dan berjalan mendekat. Laras sedikit mundur, heran karena tatapan Oliver tampak berbeda. Terasa lebih dalam dan lebih menekan.

“Ada… apa, Hubby?” tanyanya gugup.

Oliver tidak langsung menjawab. Wajahnya makin dekat, sampai Laras bisa merasakan hangat napasnya di pipi. Jantung Laras berdegup kencang, ia reflek memejamkan mata sebentar, lalu buru-buru membukanya lagi.

Dengan suara rendah dan agak serak, Oliver berkata, “Kenapa kamu imut sekali kalau panggil aku begitu, hm?”

Pipi Laras langsung merona.

Oliver bukannya menjauh, ia justru mendekatkan wajahnya semakin rapat.

“Hubby…” bisik Laras pelan, bingung apa yang akan dilakukan pria itu.

Oliver tak tahan lagi. Ia miringkan kepalanya, lalu bibirnya menyentuh bibir Laras. Awalnya hanya kecupan singkat seperti sebelumnya, namun kali ini ia bergerak lebih dalam, melumat pelan seakan tak rela melepaskannya.

Laras tersentak, matanya membesar. Ia segera mundur, melepas tautan itu sambil menutup bibir dengan tangan. “Tadi itu apa, Hubby? Kok… kok bibirku dihisap begitu?”

Oliver mengacak rambutnya, wajahnya merengut kesal bercampur malu. “Itu namanya aktivitas suami istri, wajar. Justru kalau kamu nggak ngelakuin itu dosa. Tanya aja sama Pak ustad, nanti kamu bisa kena azab. Mau?”

Mendengar kata azab, Laras langsung pucat lalu menggeleng keras. “Aku nggak mau kena azab, Hubby. Tapi… pelan-pelan ya, aku nggak bisa bernapas.”

Dalam hati Oliver bersorak puas, gadis polos ini benar-benar percaya bulat-bulat pada kata-katanya. Ia kembali menahan leher Laras, menundukkan wajahnya hendak melanjutkan ciumannya yang lebih dalam lagi.

Namun tepat ketika bibir mereka hampir kembali bersatu, klek! pintu ruangan terbuka.

Margo masuk terburu-buru sambil membawa map dokumen. “Pak Oliver, ini tanda tangan untuk…”

Kalimatnya terhenti ketika melihat posisi mereka. Oliver dengan wajah gelap menoleh tajam, sementara Laras masih memerah dan buru-buru menunduk.

Margo terdiam di ambang pintu dengan wajah kaku. Map yang dibawanya hampir terlepas dari tangan. “M-maaf, Pak… saya tidak tahu…” ucapnya terbata.

Oliver mendengus keras, matanya menyipit tajam. “Apa kau tidak belajar mengetuk pintu dulu sebelum masuk?! Atau kau memang sengaja mau cari mati huh?” suaranya meninggi, membuat udara ruangan mendadak tegang.

Margo menunduk dalam-dalam, keringat dingin mengalir dari pelipisnya. “Ampun, Pak… saya… saya hanya ingin menyerahkan laporan produksi ini.”

Oliver merebut map itu dengan kasar, lalu menunjuk pintu dengan dagunya. “Keluar!” bentaknya.

Margo bergegas mundur, hampir tersandung saat menutup pintu.

Begitu pintu menutup rapat, Oliver menoleh pada Laras. Laras menunduk, jantungnya berdebar kencang karena nyaris tertangkap basah.

Oliver menutup wajahnya dengan tangan kesal. Lalu perlahan ia mendekatkan wajahnya lagi pada Laras. Sedikit lagi bibirnya akan menyentuh bibir Laras.

DRRTT! DRRTT! DRRTT!

Suara telepon di meja kerja Oliver berdering kencang. Oliver refleks menghentikan gerakannya dengan napas yang memburu. Ia melotot pada telepon itu seolah benda mati itu dengan sengaja merusak momen berharganya.

“Astaga…” Oliver mengusap wajahnya kasar. “Kenapa harus sekarang sih!” geramnya.

Laras menoleh bingung. “Hubby, itu teleponnya…”

“Diam!” potong Oliver cepat, lalu menoleh ke telepon yang masih berdering tak tahu diri. Ia benar-benar frustasi. Padahal sebentar lagi… sebentar lagi saja, mungkin Laras tidak akan menolak seperti tadi.

Dengan langkah berat, Oliver meraih gagang telepon dan menjawab dengan suara ketus. “Apa lagi?!”

Di seberang, suara sekretaris terdengar hati-hati, “Pak Oliver… maaf mengganggu, ada panggilan dari pusat. Mereka minta laporan perkembangan pabrik secepatnya.”

Oliver memukul meja dengan tangan kosong, membuat Laras terlonjak kaget. “Sialan!” gerutunya, lalu menjawab ketus, “Hubungkan saja, cepat!”

Begitu sambungan dialihkan, Oliver masih duduk dengan wajah kesal, otot rahangnya mengeras. Pandangannya sekilas melirik Laras yang masih duduk rapi sambil menunduk polos, seolah tidak sadar betapa dekat tadi ia dengan bencana.

Dalam hati Oliver meraung. Kalau bukan karena telepon sialan ini, aku sudah… arghh

Oliver menggertakkan gigi, menahan rasa frustrasi. Rasanya seperti baru menyulut api, tapi langsung disiram air dingin tanpa ampun.

Oliver menutup telepon dengan bantingan gagang yang cukup keras hingga membuat Laras terlonjak. Rahangnya mengeras, matanya menatap kosong ke layar laptop. Jemarinya menekan-nekan keyboard tanpa irama, tanda pikirannya sedang kacau.

Suasana hatinya benar-benar hancur. Napasnya masih tidak teratur, dan setiap kali menoleh ke arah Laras, bayangan tadi ketika wajah gadis itu begitu dekat dengannya, terus berulang di kepalanya.

Laras yang duduk manis di sofa memberanikan diri bicara. “Hubby… kalau begitu, aku izin pulang dulu ya. Biar hubby bisa kerja lebih fokus.”

Oliver spontan menghentikan ketikannya. Ia menoleh dengan sorot mata tajam. “Apa yang kau bilang barusan?”

Laras menelan ludah. “Aku cuma… maksudnya, aku nggak mau ganggu kerja hubby.”

“Diam!” suara Oliver meledak. “Siapa yang menyuruhmu pulang?!”

Laras tersentak kaget, “T-tapi aku kira…”

“Kau kira, kau kira! Jangan sok tahu! Duduk saja di situ dan jangan kemana-mana!” bentaknya lagi, nadanya jauh lebih kasar dari biasanya.

Laras langsung terdiam. Rasanya baru sebentar tadi Oliver menunjukkan sisi yang lebih hangat, bahkan sampai… mencium dirinya. Tapi sekarang, sikap dingin dan galak itu kembali. Jantung Laras mencelos, bingung harus bagaimana.

Oliver menghela napas keras, kembali menatap laptopnya, berusaha menenggelamkan diri pada laporan demi laporan. Tapi hatinya justru semakin kacau. Ia tahu ia membentak terlalu keras, tapi egonya menolak untuk minta maaf.

Dalam hati Oliver berteriak frustasi. Kenapa aku jadi begini? Kenapa gadis bodoh itu bisa bikin pikiranku jungkir balik begini?!

Suasana yang tegang itu akhirnya buyar oleh suara ketukan pintu. Tok… tok… tok.

Keduanya sama-sama menoleh. Laras langsung tegak, sementara Oliver mendengus pelan.

“Masuk!” serunya tajam.

Seorang staf muda membukakan pintu dengan wajah canggung. “Permisi Pak Oliver, maaf mengganggu. Ada berkas yang harus Bapak tanda tangani segera. Direksi juga sudah menunggu di ruang meeting.”

Oliver mengetuk meja dengan jarinya, menahan amarah. “Aku sudah bilang aku sibuk. Apa kau tidak bisa berpikir sedikit?!”

Staf itu pucat. “M-maaf Pak, tapi ini sangat penting. Tidak bisa ditunda.”

Laras yang duduk di sofa semakin ciut mendengar suara Oliver meninggi lagi. Ia ingin bicara, ingin menenangkan, tapi takut membuat keadaan lebih buruk.

Oliver menghela napas panjang, lalu menutup laptop dengan bantingan ringan. “Letakkan di meja. Lalu keluar.”

Staf itu cepat-cepat menaruh map berkas di meja, menunduk, lalu kabur keluar.

Begitu pintu tertutup, Oliver bersandar di kursinya, menutup wajah dengan telapak tangan. “Sial…” desisnya pelan, lebih terdengar lelah daripada marah.

Laras akhirnya memberanikan diri bersuara lirih. “Hubby… jangan terlalu keras sama orang, nanti semua orang takut sama hubby.”

Oliver menurunkan tangannya, melirik Laras dengan tatapan sulit dibaca.

1
partini
teh celup emang gini dah ketemu pawangnya cemburu buta ga percaya ga sadar diri,,kamu loh dapat barang segel lah istrimu dapat barang bekas sisa lagi
nur adam
lnjut
partini
but ras hati" perlu loh apa lagi itu Mantan di tempat tidur behhhhh licik
Makaristi
laras berperanan penting merubah watak & sifat oliver..
orang-tua jadi bangga atas pencapaian oliver..
selena gak ada kapok nya meperin oliver trus 😆😂🫢🤭
sabar yah laras 🥰😘😍🫢
nur adam
lnjut
Makaristi
oliver memang perayu handal..
gmn laras gak klepek- klepek hehehehehe 😘😍🥰😂🫢🤭
Makaristi
lanjuy thor..
mksh up nya..
jd deg-deg an hehehehehe..
laras malu nya nambah- nambah nih

🥰😍😘🫢🤭
nur adam
lnyt
Makaristi
astagah laras...gmn oliver gak gemes sama kamu 🥰😘😍🫢🫢
nur adam
lnjut
Makaristi
Akhirnya duren nya di belah 😘🥰😍🫢🤭
Dan akhirnya oliver mengakui bahwa dia mencintai laras 🥰😘
nur adam
lnjut
Ratih Tupperware Denpasar
tadinya kupikir liki akqn jadi pelakor tetpi ternyata dia baik dan akan jadi sahabat sejati laras
Makaristi
oliver bimbang krn merasa laras blum bisa menerima dirinya..
sedang laras merasa bahwa pernikahan mereka hny di atas kertas..
jd gmn guys...dua2 nya jd galau kan apalagi muncul lah si selena pacar oliver 🫢🤭
nur adam
lnjur
Putusri Martini
ceritsnya menarik 👍
nur adam
lnjut thoor crita bgs
Makaristi
Akhirnya mau otewe malam pertama hehehehe..
gmn ngajarin nya yah ..laras mah apa aja kata oliver jg ayook ajav🥰😘😍🤭🤭
Ratih Tupperware Denpasar
oliver siap2 belah duren
Ratih Tupperware Denpasar
laras hati2 bibirmu sdh jadi candu unt oliver, sampai dirumah bisa2 bibirmu dilumat lagi. olivee masih gengsi mengakui kalo dia sdh jatuh cintrong pada laras
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!