NovelToon NovelToon
Tuan Muda Playboy & Gadis Desa

Tuan Muda Playboy & Gadis Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Playboy / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Oliver Alexander, pewaris tunggal keluarga kaya raya, hidupnya penuh dengan pesta, wanita, dan gemerlap dunia malam. Baginya, cinta hanyalah permainan, dan wanita hanyalah koleksi yang berganti setiap saat. Namun, gaya hidupnya yang semakin tak terkendali membuat sang ayah geram.
Sebagai hukuman sekaligus peringatan, Oliver dipaksa turun tangan mengurus salah satu pabrik keluarga di desa terpencil. Awalnya ia menolak, tapi ancaman kehilangan segalanya membuatnya tak punya pilihan.
Di sanalah ia bertemu Laras Maya, gadis desa sederhana yang polos, lugu, bahkan terlihat norak di matanya. Dunia mereka begitu berbeda, bagaikan langit dan bumi. Tapi semakin lama, Oliver justru menemukan sesuatu yang tak pernah ia rasakan dari wanita-wanita cantik di kota, yaitu ketulusan.
Laras yang apa adanya perlahan meruntuhkan tembok arogan Oliver. Dari sekadar kewajiban, hari-harinya di desa berubah menjadi perjalanan menemukan arti cinta dan hidup yang sesungguhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertama Kali Satu Ranjang

Jalanan setapak menuju rumah terasa semakin sepi, hanya diterangi lampu jalan redup di depan pabrik. Oliver berjalan cepat di depan, kedua tangannya masuk ke saku celana sementara mulutnya terus misuh-misuh tidak jelas.

“Dasar kampungan… senyum-senyum nggak jelas… centil banget…” gumamnya ketus, tidak peduli kalau Laras tertinggal di belakang.

Laras mempercepat langkah kecilnya, berusaha menyusul. Apa lagi sih yang bikin dia marah? pikirnya bingung. Barusan ia makan dengan lahap walau awalnya jijik, semestinya sekarang Oliver pulang dengan tenang dan santai. Tapi pria itu malah bersungut-sungut sepanjang jalan.

Begitu masuk rumah, Oliver langsung menoleh cepat pada Laras yang baru saja menutup pintu. Gadis itu bersikap biasa saja, meletakkan beberapa dari warung di meja seolah tidak terjadi apa-apa.

Oliver semakin jengkel melihatnya. “Kamu ngapain senyum-senyum sama cowok tadi? Mau caper, hah? Centil banget!”

Laras terperangah. Tadi ditinggal jalan sendirian, sekarang malah dituduh macam-macam.

“Masudnya apa ya, Pak? Saya nggak ngerti. Akang tadi kan nyapa baik-baik, masa mau saya cuekin? Lagi pula kita baru di sini, harus ramah sama warga lokal.”

Oliver mendelik, wajahnya memerah karena kesal. “Bilang aja kamu kegatelan. Jangan banyak alasan!”

Laras menghela napas, lalu menatapnya tenang. “Saya sudah punya suami, Pak. Mana mungkin caper sama pria lain, Bapak ini ada-ada saja.”

Ucapan ‘suami’ seketika membuat Oliver terdiam, jantungnya berdetak tak karuan. Sial... Kenapa aku jadi…

Ia buru-buru berdehem, lalu tanpa menjawab langsung melangkah masuk ke kamar dengan langkah besar, menutup pintu agak keras.

Laras hanya bisa menatap punggungnya bingung sekaligus. Aneh sekali orang ini… batinnya.

Ia menggeleng kecil, lalu tersenyum tipis sendiri. “Mungkin lagi mau mens,” bisiknya polos, mengambil handuk dan baju ganti. Lebih baik ia mandi, tubuhnya terasa lengket setelah bersih-bersih rumah.

Laras keluar dari kamar mandi dengan rambut masih basah, mengenakan daster simple selutut pemberian Mama Soraya. Saat membuka pintu kamar, ia tidak menyangka Oliver muncul tepat dari arah berlawanan.

“Aaaa…” Tubuh mungil Laras hampir saja jatuh ke depan, untungnya Oliver sigap menahan pinggangnya.

Sejenak waktu seperti berhenti. Tatapan Oliver otomatis turun, menangkap belahan dada Laras yang samar terlihat dari potongan V-neck dasternya. Jantungnya berdegup lebih kencang, seolah tubuhnya sendiri mengkhianati logika.

“Te-terima kasih, Pak,” ucap Laras buru-buru sambil melepaskan diri, wajahnya merah karena malu.

Namun Oliver masih terpaku menatapnya.

“Pak? Pak Oliver?” Laras melambaikan tangan di depan wajahnya, berusaha menyadarkan Oliver dari keterpakuannya.

Oliver tersentak, buru-buru memalingkan wajah. “Kamu hati-hati dong jalannya! Jalan aja nggak becus gitu.” Suaranya terdengar ketus, jelas menutupi kegugupannya.

Laras menunduk, kikuk. “Iya, iya… maaf, Pak. Saya kaget lihat Bapak tiba-tiba muncul dari pintu.”

Oliver mendelik. “Jadi maksud kamu ini salah saya?”

“Bukan begitu, Pak, bukan…” Laras menggeleng cepat, wajahnya semakin memerah.

“Udah-udah, kamu banyak ngomong,” potong Oliver, pura-pura tak peduli. Dengan langkah lebar ia masuk ke kamar mandi.

Laras berdiri bengong, bibirnya mengerucut. “Perasaan dari tadi Pak Oliver yang nanya, kok aku yang dibilang banyak ngomong…” gumamnya sambil menggaruk kepala, lalu menyingkir ke sisi kamar untuk merapikan handuknya.

Sementara itu di balik pintu kamar mandi, Oliver bersandar dengan napas memburu. Kedua telapak tangannya menekan pintu, otaknya masih dipenuhi bayangan tubuh Laras yang sempat ia lihat sekilas.

“Apa-apaan aku tadi? Aku pasti sudah gila!” desisnya pelan. Tatapannya turun ke kedua tangannya sendiri, membayangkan betapa pasnya ukuran benda bulat itu di tangannya. Bayangan itu membuat tubuhnya panas dingin.

“Tidak, ini cuma efek karena aku tahu nggak akan ketemu gadis seksi lagi di desa pelosok ini. Iya aku tahu, itu pasti penyebabnya,” ucapnya meyakinkan diri.

Oliver lalu mengacak-ngacak rambutnya kasar, berusaha mengusir pikiran konyol itu. “Sial…”

Ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin, berharap suhu dingin bisa meredakan gejolak yang mendidih di dalam dadanya. Tapi semakin deras air turun, bayangan belahan tadi justru makin melekat di benaknya.

“Sial… sial… sial…” umpatnya di bawah guyuran air.

Laras duduk menghadap cermin yang menyatu dengan meja rias di kamar. Tangannya mengoleskan bodycare dan skincare pemberian Mama Soraya. Pesan Mama Soraya masih teringat jelas “Rutin dipakai pagi dan malam ya, Sayang. Untuk kebaikanmu dan juga rumah tanggamu nanti.”

Sebenarnya ia bingung apa hubungannya dengan rumah tangga? Tapi Laras yang masih polos tidak biasa membantah, hanya menurut saja ucapan mama mertuanya. Ia menepuk-nepuk pipinya pelan, lalu menyapukan lotion ke lengan dan betisnya yang pucat. Aroma harum lembut menguar memenuhi kamar.

Saat itulah Oliver keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, setetes air menuruni pelipisnya. Ia hanya menggunakan handuk untuk melilit pinggangnya. Sejujurnya ia kesal, kamar mandi kecil tanpa bathtub membuatnya tidak nyaman. Tapi begitu langkahnya masuk ke kamar, aroma harum manis itu menyergap hidungnya. Ia menoleh sekilas, melihat Laras sibuk mengoles lotion di lengannya.

Oliver buru-buru memalingkan wajah, pura-pura tidak peduli. Dengan santai ia mengambil celana piama yang sudah disiapkan Laras di atas ranjang. Namun saat ia hendak memakainya, handuknya tiba-tiba terlepas.

“Huuaaaaaaa!” Laras menjerit refleks, menutup wajah dengan kedua tangannya. Pipi dan telinganya langsung merah padam. “Astagfirullah, Pak!”

Oliver sempat kaku sepersekian detik. Padahal ia sudah sering memamerkan tubuhnya di depan banyak wanita, bahkan lebih dari itu. Tapi entah kenapa di depan Laras, istri polosnya ia malah merasa canggung. Dengan cepat ia menarik celana piama, lalu berdiri santai seolah tak terjadi apa-apa.

“Biasa aja, kenapa sih heboh,” katanya tenang, padahal wajahnya terasa panas. “Hal kayak gini… wajar dalam suami istri. Masa itu aja nggak tahu?”

Laras menurunkan sedikit tangannya, masih menutup sebagian wajahnya dengan jari-jari. Matanya yang jernih berkedip-kedip bingung. “Be-begitu ya, Pak? Kalau begitu… aku harus terbiasa ya.”

Oliver membeku, hampir tersedak oleh kata-kata polos itu. Terbiasa? Gila, apa maksudnya dia ngomong begitu dengan wajah sepolos itu?

Ia buru-buru memalingkan wajah, berdehem keras menutupi kegugupannya.

Tak lama kemudian, Laras bersiap menggelar tikar di lantai sempit. Oliver melirik sekilas, lalu mendengus. “Nggak usah tidur kayak orang gelandangan di situ, tidur di ranjang aja. Aku sedang berbaik hati malam ini. Tapi jangan geer dulu, aku cuma nggak mau Mama sama Papa marah kalau kamu jatuh sakit.”

Laras menoleh, ragu-ragu. “Be-boleh ya, Pak?”

“Cepat, sebelum aku tarik lagi ucapanku,” kata Oliver ketus. Ia naik ke ranjang lalu membalikkan tubuh menghadap dinding, menutup matanya rapat-rapat.

Oliver bisa merasakan ranjang bergoyang pelan saat tubuh mungil Laras berbaring di belakang tubuhnya. Keduanya sama-sama memunggungi. Untuk pertama kalinya setelah pernikahan, mereka berbagi ranjang yang sama.

Oliver menutup matanya erat, menahan diri untuk tidak menoleh. Sial, kenapa jantungku berdebar kayak gini.

Sementara Laras mencoba memejamkan matanya. Meski tidak terbiasa, tapi ia patut bersyukur tidak harus tidur di lantai yang dingin.

1
Yus Nita
Cemburu... nlgbos..
jasngan gengsi aja di gedein 😀😀😀
Yus Nita
gengsi ajalu bedarin oliver
ntar bucin tingkat Dewa, kluudahcinta 😀😀😀
Ratih Tupperware Denpasar
ayo oliver selidiki knp mereka msh miskin padahal digaji layak, jangan2 dikorupsi manager yg disana
Ratih Tupperware Denpasar
istri sendiri diacuhin dicuekin giliran dpt telpon dari jaLAng malah tersenyum sumringah. situ waras oliver?????? tunggu aja laras bertransformasi menjadi wanita cantik dan elegan kamu akan tetbucin2 padanya
Ratih Tupperware Denpasar
kak demar up dong jangan dihapus ya ceritanya kayak cerita mapia itu ujug2 hilang dari peredaran tanpa ada penjelasan terlebih dahulu
Ratih Tupperware Denpasar
lanjut kak, makin suka ceritanya
Ratih Tupperware Denpasar
kak demar, knp novel yg satunya dihapus? padahal saya suka lho
Ratih Tupperware Denpasar
olivee ini manusia apa monster? ga punya empati blas. kukutuk kamu biar terbucin2 sama laras
Ratih Tupperware Denpasar
belum apa2 bu sita sdh berpikir negatif, bukannya laras keluar dng air mata tapi keluar dng digandeng mesra om oliver
Ratih Tupperware Denpasar
oliver ini jen menjengkelkan banget... ngedumel trus gadis kampung ..gadis norak sejatinya kamu tuh daj jatuh cintrong tapi kamu menolak dan menepis perasaan.itu
Ratih Tupperware Denpasar
lanjut kak
Ratih Tupperware Denpasar
saya suka cerita2 author satu ini alurnya khas menceritakan wanita betsahaja tapi punya prinsip yg kuat
matchaa_ci
semangat semoga sukses untuk author dan karya² nya💪
Ratih Tupperware Denpasar
lanjut kak
Ratih Tupperware Denpasar
gampang banget muyusin cewek/Facepalm//Facepalm/. awa lho om ntar jatuh cintrong sama gadis lugu polos
Ratih Tupperware Denpasar
saya mapir kak, ceitanya memang beda dng cerita2 sebelumnya.. kak thor bener2 hebat bs membuat 4 cerita bersamaan dng gendre berbeda. semangat ya kak smg ceritanya banyak yg suka/Pray/
Demar: Makasih ya kak dukungannya sejak awal🥹❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!