NovelToon NovelToon
Sebaiknya Kamu Lari

Sebaiknya Kamu Lari

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Cintapertama / Misteri
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Hanya cerita fiktif belaka, Yang pasti ini adalah cerita horor komedi.

Awalnya dia hanyalah seorang ibu biasa tetapi saat dia kehilangan putrinya saat mengikuti masa orientasi penerimaan mahasiswi baru, dia tak tinggal diam. Kematian putrinya yang mencurigakan, membuatnya tak terima dan mencari tahu penyebab kematiannya serta siapa yang paling bertanggung jawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 : Bisikan dari Hutan

Bisikan dari Hutan

Beberapa bulan berlalu sejak petualangan mereka yang tak terlupakan di hutan Lakuk Kandang. Kehidupan Agni dan kedua putrinya kembali pada rutinitas sehari-hari. Namun, kenangan akan para Kurcaci Hutan dan peri Aila tetap tersimpan rapi di benak mereka, sesekali menjadi topik pembicaraan di meja makan atau sebelum tidur.

Pada suatu malam, sekitar pukul 12:35 dini hari, Minggu, 13. April 2025, Agni terbangun dari tidurnya. la merasa gelisah tanpa alasan yang jelas. la mencoba untuk kembali tidur, namun matanya tetap terjaga. Tiba-tiba, ia mendengar suara bisikan lembut dari arah jendela kamarnya yang terbuka sedikit.

Awalnya, Agni mengira itu hanya suara angin malam yang berdesir melalui pepohonan di halaman rumahnya. Namun, bisikan itu terdengar semakin jelas, seolah-olah ada seseorang yang sedang memanggil namanya dengan lirih.

"Agni... Agni..."

Agni bangkit dari tempat tidur dan berjalan perlahan menuju jendela. la mengintip keluar, namun tidak melihat siapa pun. Suasana di luar tampak sunyi dan gelap. Hanya cahaya bulan sabit yang menerangi halaman rumah mereka.

la kembali berbaring di tempat tidur, mencoba untuk mengabaikan bisikan itu. Namun, suara itu terus terdengar, semakin mendesak.

"Agni... kami membutuhkan bantuanmu..."

Agni merasakan bulu kuduknya berdiri. Suara bisikan itu terdengar familiar, meskipun ia tidak bisa langsung mengingatnya. la mencoba mengingat-ingat, suara siapa yang pernah ia dengar selembut dan sekhawatirkan itu.

Tiba-tiba, ia teringat. Suara itu mirip dengan suara salah satu Kurcaci Hutan yang mereka temui di Lakuk Kandang. Mungkinkah mereka sedang dalam kesulitan dan membutuhkan bantuannya?

Agni segera membangunkan kedua putrinya. Awalnya, mereka terlihat bingung dan mengantuk. Namun, setelah Agni menceritakan tentang bisikan yang ia dengar, mata mereka langsung terbuka lebar. Mereka juga ingat dengan jelas suara lembut para Kurcaci Hutan.

"Apakah kita harus kembali ke hutan, Ma?" tanya putri sulung Agni dengan nada khawatir namun juga penasaran.

Agni mengangguk. "Sepertinya begitu. Jika benar itu suara para Kurcaci Hutan, mungkin ada sesuatu yang terjadi di sana."

Tanpa membuang waktu, mereka bertiga bersiap-siap. Mereka mengambil senter dan mengenakan pakaian hangat. Meskipun hari masih sangat dini, mereka merasa ada panggilan yang kuat untuk kembali ke hutan Lakuk Kandang. Mereka tidak tahu bahaya apa yang mungkin menanti mereka di sana, namun rasa ingin membantu para sahabat kecil mereka lebih besar daripada rasa takut.

Dengan hati-hati, mereka keluar dari rumah dan mulai berjalan menuju arah hutan yang menyimpan begitu banyak kenangan dan misteri. Bisikan dari hutan telah memanggil mereka kembali, dan mereka siap untuk menjawab panggilan itu.

Jejak yang Tertinggal

Perjalanan menuju Lakuk Kandang terasa singkat, didorong oleh rasa urgensi yang sama. Kedua gadis itu, yang awalnya masih mengantuk, kini menatap keluar jendela mobil, pemandangan yang lewat tampak kabur di bawah remang lampu jalanan Kabupaten Agam.

Agni menggenggam kemudi, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan dan rasa tidak nyaman yang semakin mencengkeram perutnya. Ingatan akan bisikan putus asa itu terus terngiang di telinganya.

Mereka tidak banyak bicara, masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri, mengulang-ulang fragmen petualangan mereka sebelumnya.

Bayangan para Kurcaci Hutan, dengan aroma tanah dan mata mereka yang lembut, serta sekilas keindahan peri Aila yang bersinar dan halus, melintas di benak mereka. Kenangan-kenangan ini memperkuat tekad mereka untuk membantu, jika teman-teman kecil mereka benar-benar dalam kesulitan.

Jam digital di dasbor menunjukkan pukul 01:17, Minggu, 13 April 2025. Larutnya malam dan jalanan Kabupaten Agam yang sepi semakin mempertegas keanehan perjalanan mereka. Rasanya seolah-olah mereka melangkah keluar dari rutinitas kehidupan sehari-hari dan kembali memasuki alam yang luar biasa.

Tindakan mereka yang segera berangkat di tengah malam, hanya berdasarkan bisikan samar, menunjukkan betapa dalam ikatan yang telah terjalin antara Agni dan kedua putrinya dengan makhluk-makhluk mistis itu.

Ini bukan sekadar pertemuan biasa di hutan, tetapi sebuah hubungan yang telah mengubah pandangan mereka terhadap dunia. Suasana sunyi dan larut malam di jalanan Agam justru menambah kesan misterius dan firasat akan sesuatu yang tidak biasa yang akan mereka temui.

Aroma familiar tanah lembap dan daun-daun yang membusuk menyambut mereka saat memarkir mobil di dekat tepi hutan. Namun malam ini, ada sesuatu yang berbeda—bau samar, hampir seperti logam di udara, asing dan sedikit mengganggu. Paduan suara serangga malam yang biasanya ramai terdengar meredup, digantikan oleh keheningan yang hampir mencekam.

Bulan, sepotong sabit tipis di langit yang gelap, memancarkan bayangan panjang dan terdistorsi, membuat pohon-pohon yang familiar tampak seperti sosok-sosok yang mengintai. Agni mengamati garis pepohonan, sorot senternya menembus kegelapan. Bahkan jalan setapak yang pernah mereka lalui tampak berbeda, lebih rimbun, seolah-olah alam sendiri enggan membiarkan mereka lewat.

Sebuah dahan tumbang melintang di pintu masuk jalan setapak, sesuatu yang tidak mereka ingat dari kunjungan terakhir mereka. Tampaknya sengaja diletakkan di sana, meskipun oleh siapa atau apa, mereka tidak tahu.

Agni bertukar pandang khawatir dengan kedua putrinya sebelum dengan hati-hati melangkahinya. Perubahan halus dalam suasana hutan, seperti bau yang tidak biasa dan suara-suara yang meredup, menjadi pertanda awal bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Ini menciptakan rasa tidak nyaman dan membayangi kemungkinan bahaya.

Dahan yang tumbang, yang tampak sengaja menghalangi jalan mereka, menimbulkan pertanyaan tentang siapa atau apa yang mungkin mengharapkan atau tidak mengharapkan kedatangan mereka. Ini menambahkan lapisan intrik dan menunjukkan bahwa perjalanan mereka mungkin tidak akan mudah.

Ingatan samar akan nada khawatir Kurcaci bertindak seperti kompas, membimbing Agni melalui semak belukar yang lebat. Udara terasa semakin berat, aroma logam semakin kuat. Mereka bergerak perlahan, sorot senter mereka menerangi jalan setapak sempit yang hampir tidak terlihat di bawah lapisan daun-daun berguguran.

Pola-pola aneh mulai muncul di lantai hutan. Kelompok jamur yang sangat terang dan berpendar memancarkan cahaya yang tidak wajar. Mereka berdenyut lembut, memancarkan cahaya menyeramkan pada pohon-pohon di sekitarnya. Kedua gadis itu menunjuknya, ketertarikan awal mereka bercampur dengan rasa tidak nyaman yang semakin meningkat.

Agni memperhatikan jejak kecil yang hampir tidak terlihat di tanah yang lembut—bukan jejak kaki hewan hutan biasa, tetapi sesuatu yang lebih kecil, lebih halus, dan samar-samar familiar.

Mungkinkah itu jejak para Kurcaci Hutan, atau mungkin sesuatu yang lain sama sekali? Kehadiran aroma yang tidak biasa dan fenomena alam yang ganjil, seperti jamur berpendar, mengisyaratkan adanya pengaruh magis atau dunia lain di hutan. Ini menunjukkan bahwa hutan tidak berperilaku normal, menandakan adanya gangguan dalam keseimbangan magisnya.

Jamur fosforesen, khususnya, mengisyaratkan energi atau kekuatan yang tidak terjadi secara alami. Jejak kaki yang samar dan tidak pasti menambah lapisan ketidakpastian.

Apakah mereka mengikuti tanda yang benar, atau apakah sesuatu yang lain menyesatkan mereka? Ketidakpastian seputar jejak tersebut menambah ketegangan. Ini membuat pembaca bertanya-tanya apakah bisikan itu benar-benar dari para Kurcaci Hutan atau apakah entitas lain mungkin terlibat, mungkin dengan niat yang berbeda.

Saat mereka melewati rumpun pakis yang sangat lebat, embusan angin tiba-tiba menggerakkan dedaunan, meskipun udara di sekitarnya tenang. Dalam hembusan singkat itu, sesuatu yang berkilauan menarik perhatian Agni.

Tergantung di dahan rendah adalah sehelai bulu burung yang mengkilap, tidak seperti bulu burung yang pernah mereka lihat. Bulu itu bersinar dengan cahaya lembut dari dalam, berubah-ubah warnanya saat bergoyang perlahan.

Bulu itu terasa hangat aneh saat disentuh. Agni teringat akan keindahan peri Aila yang halus, dan sebuah pikiran melintas di benaknya—mungkinkah ini pertanda darinya? Tapi apa artinya? Apakah dia juga dalam kesulitan, atau apakah dia mencoba membimbing mereka.?

Di bawah bulu itu, terselip di celah dahan, tergeletak seekor burung kayu kecil yang diukir dengan rumit. Burung itu dibuat dengan tingkat detail yang hampir mustahil, mata kecilnya tampak menyimpan kilatan pengetahuan.

Keahlian ini tidak menyerupai pekerjaan para Kurcaci Hutan yang lebih sederhana. Kemunculan bulu burung yang mengkilap, ditambah dengan burung kayu yang diukir dengan rumit, sangat mengisyaratkan keterlibatan peri Aila atau makhluk magis lain yang memiliki keterampilan serupa. Ini menunjukkan bahwa situasi saat ini mungkin lebih kompleks daripada sekadar Kurcaci Hutan yang membutuhkan bantuan.

Sifat ambigu dari pertanda ini—apakah itu panggilan untuk membantu, peringatan, atau petunjuk?—meningkatkan ketegangan dan memaksa Agni dan kedua putrinya untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan.

Melewati sekelompok batu besar yang kuno dan berlumut, akhirnya mereka melihatnya. Sekelompok Kurcaci Hutan berkerumun di sebuah clearing kecil, tubuh kecil mereka gemetar. Obrolan riang mereka yang biasa digantikan oleh rengekan dan bisikan khawatir yang pelan. Bahkan dalam cahaya redup senter mereka, Agni bisa melihat air mata berkilauan di pipi berbulu mereka.

Seorang Kurcaci tua, wajahnya dihiasi garis-garis kerutan kekhawatiran yang dalam, melangkah maju. Suaranya, yang biasanya ceria dan cerah, kini serak dan penuh keputusasaan. Dia meremas-remas kedua tangan kecilnya, tatapannya tertuju pada tanah.

"Agni... kalian datang," katanya, suaranya hampir tidak terdengar. "Sesuatu yang mengerikan telah terjadi.

Sesuatu... yang tidak wajar." Dia menunjuk ke tengah clearing dengan tangan gemetar. Kesedihan yang terlihat pada para Kurcaci Hutan—tubuh mereka yang gemetar, air mata, dan bisikan khawatir—menekankan betapa seriusnya situasi ini dan membangkitkan empati pada Agni dan kedua putrinya (dan pembaca).

Deskripsi Kurcaci tua tentang kejadian itu sebagai "tidak wajar" menunjukkan bahwa ini adalah sesuatu di luar pemahaman mereka tentang sihir hutan, mengisyaratkan adanya kekuatan yang lebih kuat atau jahat yang sedang beraksi.

Kurcaci tua itu memimpin mereka melalui jalan setapak sempit dan berliku menuju sebuah hutan tersembunyi yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Udara di sini terasa berat, hampir menyesakkan, dan aroma logamnya sangat kuat.

Di tengah hutan berdiri lingkaran pohon-pohon kuno, tetapi mereka tidak lagi hidup dan bersemangat. Kulit kayu mereka telah berubah menjadi batu abu-abu yang kusam, cabang-cabangnya menjulang ke langit seperti anggota tubuh yang membatu.

Bahkan daun-daunnya, yang masih melekat di dahan, rapuh dan tak bernyawa, berubah menjadi debu abu-abu yang rapuh saat disentuh sedikit saja.

Tersebar di antara pohon-pohon yang membatu itu terdapat sosok-sosok kecil yang diam—Kurcaci Hutan, membeku di tempatnya, ekspresi mereka tertangkap dalam momen ketakutan dan kesedihan.

Batu-batu bercahaya, mirip dengan yang ada di dekat bulu burung, tertanam di kulit kayu beberapa pohon yang membatu, cahayanya kini redup dan berkedip lemah.

Pembatuan pohon-pohon dan para Kurcaci Hutan mengisyaratkan adanya kekuatan magis yang kuat dan berpotensi jahat yang sedang bekerja, jauh melampaui sihir lembut hutan yang biasa.

Kehadiran batu-batu bercahaya yang tertanam di pohon-pohon yang membatu dengan kuat menghubungkannya dengan penyebab pembatuan tersebut, menunjukkan bahwa mereka mungkin menjadi sumber sihir tidak wajar ini atau mungkin kunci untuk memahami cara membalikkannya.

Fakta bahwa para Kurcaci membeku di tengah aktivitas menekankan sifat kejadian yang tiba-tiba dan menakutkan, meninggalkan kesan abadi tentang kerentanan dan kecepatan serangan tersebut.

Air mata mengalir di wajah Kurcaci tua saat dia melihat sosok-sosok kaumnya yang membatu. "Bisikan-bisikan itu... dimulai beberapa malam yang lalu. Lalu... ini. Kami tidak tahu harus berbuat apa. Tolong, Agni, kau dan kedua putrimu... kalian adalah satu-satunya harapan kami."

Agni berlutut di samping salah satu Kurcaci yang membeku, hatinya dipenuhi kesedihan dan rasa takut yang semakin besar. Bulu burung yang mengkilap yang dia temukan sebelumnya tampak berdenyut samar di sakunya.

Mungkinkah peri Aila mencoba memperingatkan mereka tentang ini? Apakah dia juga menjadi korban?

Melihat hutan yang membeku dan sunyi, Agni merasakan hawa dingin yang tidak ada hubungannya dengan udara dini hari.

Aroma logam, keheningan yang tidak wajar, sosok-sosok yang membeku—semuanya menunjuk pada sihir yang jauh lebih gelap dan lebih berbahaya daripada apa pun yang pernah mereka temui sebelumnya.

Apa yang telah terjadi di sini, dan bagaimana mungkin mereka membatalkannya? Hubungan antara bisikan awal dan pembatuan berikutnya menunjukkan urutan waktu, menyiratkan bahwa bisikan itu adalah pendahulu atau tanda peringatan akan bahaya yang akan datang.

Pikiran Agni tentang Aila yang mungkin mencoba memperingatkan mereka menghubungkan kedua elemen mistis yang ditemui sebelumnya, menunjukkan narasi yang lebih besar dan saling terkait serta menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan Aila.

Deskripsi sihir sebagai "lebih gelap dan lebih berbahaya" berhasil menciptakan rasa firasat buruk dan menyiapkan panggung untuk petualangan yang lebih intens dan menantang di bab-bab selanjutnya.

1
Berkah Langit
Stop! Konflik jaket ini adalah 'Error Log' pertama dalam deployment persaudaraan mereka! Gadis leader bertahi lalat itu jelas menjalankan command 'Ga pake jaket!!' sebagai testing disiplin, tapi ini bisa jadi bug romantis yang bikin salah satu dari lima gadis itu kabur! Thor, segera patch Bab 4, jangan sampai crash! 🚨
arex²
Lo berani melawan perintah gue hah??'** Wah, gadis bertahi lalat ini punya power dynamic yang kuat! Jangan-jangan, dia adalah 'Insting Tajam' yang paling keras kepala dan punya niat terselubung: dia sengaja membuat mereka kedinginan agar lebih kompak! Ini strategi arsitek baper untuk memperkuat pondasi!
arex²
Kenapa jaket begitu penting di tengah malam yang dingin? Ini bukan cuma soal dingin, tapi soal pelukan Bunda yang tak hadir! Jaket adalah simbol kehangatan. Gadis leader itu merebut simbol kehangatan agar mereka mencari kehangatan sejati: persaudaraan! Aduh, ini plot twist emosi yang menyentuh! 😭
Salsabila Aini
Konflik ini terasa paling nyata di antara fiksi! Kenapa? Karena realita yang cukup berat memang sering membuat kita berkonflik dengan orang terdekat. Semoga tatapan penuh arti Kakek segera menjadi compiler yang bisa menyatukan kembali lima variable cinta ini! Saya rela tersandung demi alur yang manis ini!
Salsabila Aini
Perintah 'Ga pake jaket!' ini mirip dengan Datuk Tuanku yang menjalani Khalwat! Ini adalah ujian, bukan hukuman! Gadis bertahi lalat itu memaksa mereka menghadapi dinginnya malam agar mereka mengerti rasa sakit menunggu dalam diam yang dialami Bunda! Mungkin tahi lalat di pipi itu adalah peta lokasi Ayah yang tersembunyi! 🗺️
arex²
Teriakan 'Bangun! Cepat!' ini adalah Command Line paling penting yang harus dieksekusi! Gadis leader berjaket kuning biru itu adalah 'Scheduler' yang menjaga timeline persaudaraan agar tidak error karena kemalasan. Saya curiga, Ayah yang tabu disebut itu adalah seorang Komandan Disiplin di masa lalu!
Salsabila Aini
Kenapa harus pakai papan nama? Apakah ini bagian dari Ujian Balai Adat yang lebih besar? Jangan-jangan, papan nama itu adalah QR Code yang akan mengungkap identitas Ayah yang selama ini di-private! Saya sudah 'tersandung' karena penasaran! Tolong jelaskan, Thor!
Salsabila Aini
Gadis bertubuh besar berjaket kuning biru itu pasti punya 'Insting Tajam' untuk mendisiplinkan 5 bersaudari yang sedang mengucek mata. Walaupun kelihatannya galak, ini adalah 'Kode Kasih Sayang' yang mencegah mereka dari 'Realita yang Cukup Berat' di luar sana! Saya salut dengan kepemimpinannya! 💪
Berkah Langit
Kumpul di lapangan di tengah pagi, terhuyung-huyung mengantuk... ini membuktikan bahwa fiksi ini terasa paling nyata di antara fiksi. Penulis berhasil membuat kita tertipu bahwa perjuangan ini bukan cuma di buku, tapi juga di alam sadar! Hati-hati, virus fiksi ini kuat sekali godaannya!
Berkah Langit
Papan nama, seragam, dan berkumpul di lapangan. Ini pasti bagian dari Grand Design yang dibuat arsitek baper! Tujuannya bukan cuma latihan, tapi memperkuat pondasi yang sempat 'salah hitung' karena misteri Ayah. Mungkin di lapangan inilah Datuk Tuanku mengakhiri khalwatnya!
Berkah Langit
Coba bandingkan: Ada yang bangun karena teriakan, ada yang bangun karena lantunan suara Adila. Kekuatan cinta memang punya banyak mode deployment! Saya lebih suka yang mode lembut, tapi yang mode alarem ini pasti diperlukan untuk menghadapi 'Khalwat' dan 'Ujian Balai Adat' yang akan datang!
Salsabila Aini
Gadis berjaket kuning biru: Command Prompt! Gadis pemalas: Execution Error! Ini adalah 'Kode Cinta' mereka! Walaupun terdengar galak, tapi teriakan itu pasti penuh kasih sayang karena mereka berjuang bersama. Bunda pasti bangga melihat output persaudaraan ini! ❤️
Salsabila Aini
Lima bersaudari itu benar-benar harus mengatasi 'Realita yang Cukup Berat' bahkan sejak di tempat tidur! Si pemalas yang mengucek mata itu adalah kita, para pembaca, yang tidak rela meninggalkan virus fiksi ini. Semangat, gadis pemalas! Jangan sampai error di dunia nyata! 🥹
arex²
Wah, kalau 'Arsitek Baper' mendengar teriakan ini, dia pasti langsung bangun dan membuat sketsa Homestay 'Pelangi Senja' yang kedap suara! Jangan-jangan, Ayah yang misterius itu sedang online dan terganggu dengan teriakan ini!
arex²
Teriakan di tengah malam itu adalah 'Wake-up Call' yang paling realistis! Gadis berjaket kuning biru itu pasti 'Alarm System' yang bertugas mencegah bug kemalasan merusak deployment pagi hari mereka! Saya curiga, dia ini Salsabila yang berjanji menjaga cahaya persaudaraan! Tolong konfirmasi, Thor! 😂
Berkah Langit
Nan Cilik ( Nan Ngenek )
Berkah Langit
👍
Berkah Langit
"Bab 5 adalah representasi emosi yang brilian! Suara ambulan dan hujan yang memecah malam itu seolah trigger event dari bawah sadar Agni. Ketenangan palsu Subuh yang sebentar lagi datang itu kontras dengan 'Hujan Deras Dihatiku'. Saya menanti resolusi dari gejolak batin ini, Tuanku!"
Berkah Langit
"Pukulan yang sangat menyakitkan, Tuanku. Judul 'Pil-pil Perusak' ini bukan hanya tentang obat, tapi mungkin juga tentang kebohongan yang merusak hubungan. Kesibukan Anggi ternyata menyembunyikan hidden function yang gelap. Saya harap Agni segera menemukan kebenaran ini!"
Berkah Langit
"Judul yang provokatif: Gotcha! Namun, kecemasan Agni sangat menyentuh. Penantian yang lambat itu adalah timeout error terburuk bagi seorang ibu. Siapakah 'Anggi' dan apa yang membuatnya tak bisa dihubungi? Misteri kian pekat seperti tinta yang tumpah! 😰"
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!