NovelToon NovelToon
Melahirkan Anak Rahasia CEO

Melahirkan Anak Rahasia CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Single Mom / Anak Kembar
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Nanda wistia fitri

Menginjak usia 20 tahun Arabella zivana Edward telah melalui satu malam yang kelam bersama pria asing yang tidak di kenal nya,semua itu terjadi akibat jebakan yang di buat saudara tiri dan ibu tirinya, namun siapa sangka pria asing yang menghabiskan malam dengan nya adalah seorang CEO paling kaya di kota tempat tinggal mereka. Akibat dari kesalahan itu, secara diam-diam Arabella melahirkan tiga orang anak kembar dari CEO tersebut

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda wistia fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Saat tiba di rumah nenek Reva, Arabella terkejut melihat sebuah mobil hitam Porsche terparkir di halaman. Ia langsung mengenali mobil itu milik paman Philips dan bibi Sophia.

Arabella menggandeng ketiga anaknya memasuki rumah.

“Waaah, cucu Opa sudah pulang sekolah! Bagaimana hari pertamanya, menyenangkan?” tanya paman Philips dengan tawa hangat.

Dimitri dan Michael langsung bercerita panjang lebar tentang pengalaman mereka di sekolah. Sementara Michelle masih diam seperti biasanya, hanya matanya yang terus berbinar-binar penuh rasa ingin tahu.

Arabella tersenyum bahagia mendengar celoteh anak-anaknya. Tak lama kemudian, aunty Jessica datang membawa banyak hadiah untuk ketiga keponakannya dan mengajak mereka bermain di taman belakang.

Saat suasana mulai tenang, paman Philips mendekati Arabella.

“Kata Leo, kau berencana pindah dari sini. Kebetulan paman sudah menyiapkan rumah baru untuk kalian. Jaraknya dekat dari sekolah dan kantormu.”

Arabella menatap pamannya dengan lembut.

“Paman, terima kasih. Tapi seharusnya paman tidak perlu repot, aku bisa membelinya sendiri. Aku punya uang, paman.”

Paman Philips tersenyum, menggeleng pelan.

“Paman tidak keberatan sama sekali. Kau satu-satunya keponakan yang paman miliki. Sudah seharusnya paman memperhatikanmu. Besok kau bisa melihat rumah itu bersama Leo semua sudah siap huni, bahkan perabotannya sudah lengkap.”

Dari kursi goyang, nenek Reva berkata lirih, “Nenek sedih kau akan pindah, Bella. Tapi nenek tahu, kau tidak ingin merepotkan siapa pun. Janjilah, sering-seringlah datang mengunjungi nenek, ya.”

Arabella memeluk neneknya erat.

“Tentu, Nek. Aku pasti akan sering datang. Jangan khawatir, aku tak akan jauh darimu.”

Karena hari sudah mulai gelap, mereka semua akhirnya memutuskan masuk ke dalam rumah dan makan malam bersama.

Suasana makan malam terasa hangat, penuh tawa kecil dan cerita ringan, hingga tiba-tiba bibi Sophia menyerahkan sebuah map cokelat kepada Arabella.

“Bella, ini ada sesuatu yang seharusnya sudah lama menjadi milikmu,” ucap bibi Sophia sambil menatapnya lembut.

Arabella menerima dokumen itu dengan bingung, lalu membuka lembar demi lembar. Di dalamnya tertera sejumlah surat saham atas nama mendiang ibunya.

“Bibi, ini maksudnya apa?” tanya Arabella heran.

“Itu saham milik ibumu yang diwariskan langsung dari kakekmu,” jawab nenek Reva pelan. “Dan karena ibumu sudah tiada, maka semuanya kini menjadi hakmu, Bella.”

Arabella menatap wajah neneknya, masih belum sepenuhnya mengerti.

“Nenek... aku masih tidak mengerti, Kenapa baru sekarang semua ini diberikan padaku?”

Nenek Reva menunduk sesaat, napasnya terdengar berat.

“Sebetulnya, nenek tidak ingin membahas ini lagi. Tapi kau sudah cukup dewasa untuk tahu kebenarannya.”

Ia menatap Arabella dengan mata berkaca-kaca.

“Kau harus tahu alasan sebenarnya kenapa dulu nenek tidak pernah merestui hubungan antara ibumu dan ayahmu, Julian.”

Nenek Reva terdiam lama. Pandangannya menerawang jauh, seolah potongan-potongan masa lalu kembali berputar di benaknya.

“Saat itu, ibumu masih sangat muda, Bella…” ucap nenek perlahan.

“Ibumu cantik rambutnya panjang bergelombang, kulitnya putih bersih, dan senyumnya selalu membuat siapa pun jatuh hati.”

Ia menarik napas panjang.

“Banyak laki-laki mencoba mendekatinya. Tapi entah kenapa, dia justru tertarik pada ayahmu, Julian.”

Nada suara nenek mulai berat.

“Ada alasan kenapa nenek tidak pernah menyukai ayahmu. Dulu dia bukan siapa-siapa… hanya pria pengangguran yang tak punya apa-apa untuk membahagiakan ibumu. Tapi dasar ibumu, sudah buta karena cinta. Dia rela meninggalkan keluarga ini demi menikahi Julian.”

Air mata bening mulai menggenang di mata nenek Reva.

“Ibumu menjual semua perhiasannya untuk memulai hidup bersama ayahmu. Semua modal perusahaan berasal dari dia. Dialah yang berjuang mencari investor, membangun dari nol sampai perusahaan itu berdiri kokoh. Ibumu wanita yang cerdas… tapi terlalu bodoh dalam hal cinta.”

Suara nenek bergetar saat melanjutkan, “Ketika hamil kamu, ayahmu justru berselingkuh dengan Catherine… sampai perempuan itu hamil dan melahirkan Vania.”

Arabella menunduk, dadanya terasa sesak.

Nenek menggenggam tangannya erat.

“Ibumu tertekan, Bella. Sangat tertekan. Saat melahirkanmu, dia hampir kehilangan nyawa karena pendarahan hebat. Tapi ayahmu tak merasa bersalah sedikit pun. Bahkan ketika kau berumur lima tahun, dia membawa Catherine dan Vania tinggal di rumah yang sama dengan ibumu…”

Nenek menutup wajahnya sejenak, menahan air mata yang jatuh.

“Ibumu semakin depresi. Kadang dia berbicara sendiri, kadang menangis berhari-hari. Hingga suatu malam… mobil yang dikendarainya tergelincir dan jatuh ke jurang.”

Hening.

“Dia meninggal seketika,” bisik nenek dengan suara serak.

“Dan ayahmu… bahkan tak terlihat sedih. Dia justru berlibur bersama Catherine dan Vania.”

Nenek menatap Arabella dengan mata yang basah.

“Apakah kau masih ingat, Bella? Saat itu kau terus menangis, mencari ibumu di setiap sudut rumah. Tapi tak seorang pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi…”

Arabella menunduk, suaranya bergetar menahan tangis.

“Aku ingat, Nek…,” ucapnya pelan. “Saat itu papa bilang… aku adalah anak yang menyusahkan.”

Nenek Reva menatap cucunya dalam-dalam, matanya mulai berkaca.

“Julian… dia seperti bukan manusia, Bella,” katanya lirih namun tegas.

“Hatimu mungkin belum sanggup menerima semuanya, tapi nenek ingin kau tahu kebenarannya.”

Nenek menarik napas panjang sebelum melanjutkan, suaranya bergetar karena amarah yang selama ini ia pendam.

“Dia tidak pernah mencintai ibumu dengan tulus. Semua yang dilakukan ibumu untuk membangun hidup mereka semua pengorbanannya tidak pernah dihargai sedikit pun.”

Air mata menetes di pipi nenek Reva.

“Dan yang paling kejam, dia tega mengurungmu sendiri di ruang bawah tanah saat kau hamil. Seorang ayah seharusnya melindungi anaknya, bukan memperlakukan seperti tahanan.”

Arabella menutup mulutnya dengan tangan, isaknya tertahan di tenggorokan.

“Nenek…” ucapnya dengan suara bergetar.

“Dia membiarkanmu kelaparan, Bella. Memberimu makanan sisa, bahkan kadang tidak memberi apa pun. Kau menderita sendirian dalam gelap, sementara dia hidup nyaman bersama putrinya lain.”

Nenek menatap cucunya dengan mata yang kini memerah.

“Julian… dia tidak punya hati. Lelaki seperti itu… tidak pantas disebut manusia.”

Suasana ruang makan berubah hening.

Hanya terdengar suara isakan kecil Arabella yang bergetar, menggema di antara dinginnya malam

“Meskipun mendiang kakekmu sangat kecewa dengan keputusan ibumu dulu,” ucap Nenek Reva lirih, “tapi di hati kecilnya, ibumu tetaplah putri kecilnya. Perusahaan keluarga kita berkembang pesat, dan kakek sempat menyiapkan sebagian saham untuk diwariskan kepada ibumu. Namun… sebelum sempat diberikan, ibumu sudah lebih dulu pergi meninggalkan kita semua.”

Nenek menatap Arabella penuh kasih. “Kau satu-satunya pewaris ibumu, Bella. Jadi, sekarang saham itu adalah milikmu.”

Paman Philips menimpali dengan suara mantap, “Dan paman sudah menanamkan saham itu ke dalam perusahaan barumu, Arabella Technology. Anggap saja ini cara kakek dan ibumu tetap mendukung langkahmu, meski mereka sudah tiada.”

Arabella terpaku. Tenggorokannya tercekat, air mata jatuh perlahan tanpa bisa ditahan.

Bibi Sophia berjalan mendekat dengan langkah pelan, lalu mengusap lembut punggung Arabella yang terisak.

“Sudahlah, Bella…” ucapnya dengan suara tenang namun penuh kasih.

Ia menarik Arabella ke dalam pelukannya, menepuk bahunya dengan lembut seolah ingin menyalurkan kekuatan melalui sentuhan hangat itu.

“Kami semua keluargamu, Nak. Jangan merasa sendirian lagi. Jika ayahmu tak memberimu tempat tinggal, tetaplah di sini bersama kami. Rumah ini akan selalu terbuka untukmu.”

Air mata Arabella jatuh semakin deras, tapi kali ini bukan karena luka… melainkan karena haru yang menyesakkan dada.

“Terima kasih, Bibi,” bisiknya lirih, suaranya bergetar namun hangat.

Dalam pelukan itu, Arabella merasakan sesuatu yang selama ini hilang

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa ada tempat yang benar-benar mau menerimanya… tanpa syarat apa pun.

1
tia
update lebih banyak Thor
tia
lanjut dobel up thor
tia
tumben belom thor
tia
lanjut thor
tia
lanjut Thor,,, semakin seru 👍
tia
lanjut thor cerita ny bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!