SOUL LAND: KAISAR IBLIS

"Pagi guru erlong" ucap Na jaegyoon menyapa. "Bisakah guru ikut dengan ku untuk melihat pertandingan yang akan menjadi lawan tim shrek di final" Lanjutnya.

Wanita dewasa berambut hitam nampak merona ketika murid laki-lakinya yang baru berumur remaja itu mencium telapak tangannya. Liu erlong merona, tapi ia segera menutupi wajahnya agar tidak terlalu ketahuan sedang terpesona.

"Kenapa tidak ajak teman wanita mu yang lain?" Tanya liu erlong.

"Karena hari ini, aku ingin menghabiskan hari bersama guru" Jawab na jaegyeon santai.

Liu Erlong menoleh ke arah jendela, berusaha menyembunyikan senyum kecil yang terukir di wajahnya. Hatinya berdebar tak karuan, tapi ia mencoba bersikap tenang. Ia, wanita dewasa yang terkenal galak dan tak kenal kompromi di medan tempur, kini dikejutkan oleh perhatian lembut seorang murid yang bahkan usianya belum genap dua puluh tahun.

“Baiklah... tapi jangan pikir aku akan bersikap lembut di luar hanya karena kau manis padaku" ucap Liu Erlong akhirnya, suaranya terdengar setengah menggoda, setengah defensif.

"Aku tak pernah berharap guru menjadi lembut, cukup menjadi diri sendiri saja. Itu yang paling menarik darimu" Balas na jaegyeon menggoda.

Mereka berjalan berdampingan menuju arena utama tempat pertandingan antar akademi digelar. Belum banyak orang yang tahu kehadiran mereka berdua, dan Liu Erlong merasa... sedikit bersyukur soal itu. Hari ini, mungkin ia memang ingin jadi "teman jalan" Na Jaegyeon saja. Bukan guru. wanita yang menikmati waktu bersama seorang pria luar biasa.

"Guru sangat cantik hari ini" ucap na jaegyeon menggoda.

"Menurut mu begitu" Balas liu erlong.

Liu erlong sedikit terkejut ketika na jaegyeon memeluknya dari belakang, meskipun sangat muda dan bahkan tinggi badan mereka setara, na jaegyeon tau caranya bersikap romantis. Liu erlong bersandar di pelukan murid kesayangannya, menyaksikan pertandingan yang akan dimulai.

"Kau kabur saat ning rongrong memaksa mu menikah, tapi malah bersikap seperti ini pada guru mu" gumam Liu erlong tidak habis pikir.

"Karena aku lebih menyukai wanita dewasa, dibandingkan wanita remaja, mungkin aku harus menunggu rongrong lima tahun lagi" Balas na jaegyeon memeluk lebih erat.

Liu Erlong terdiam beberapa saat, merasakan detak jantungnya yang mendadak tak beraturan. Ucapan itu, begitu santai namun mengandung ledakan yang mengguncang batas antara seorang guru dan murid. Ia wanita dewasa, pernah patah hati, pernah kecewa, tapi belum pernah merasa… begitu diperhatikan secara lembut seperti ini.

“Jangan berkata seperti itu… nanti guru benar-benar jatuh hati" bisik Liu erlong pelan, tanpa sadar menyandarkan kepala ke bahu Na Jaegyeon.

Suara gemuruh dari arena mulai terdengar, pertandingan antar akademi akan segera dimulai. Namun bagi Liu Erlong, dunia di sekeliling mereka seolah menjadi latar belakang yang kabur. Yang terasa nyata hanyalah hangatnya pelukan Jaegyeon, serta nada tenangnya yang membuat segalanya terasa aman dan… istimewa.

“Aku serius, Guru” ujar Jaegyeon, kali ini nadanya lebih dalam, bukan sekadar rayuan kosong. “Aku tahu ini mungkin terdengar tak pantas. Tapi aku juga tahu apa yang aku inginkan" Lanjutnya.

Suara ledakan dari panggung pertarungan memecah kesunyian. Beberapa petarung dari akademi luar mulai mengeluarkan roh pelindung mereka. Liu Erlong akhirnya melepaskan diri perlahan dari pelukan Jaegyeon, kembali bersikap tenang dan berwibawa.

"Setelah final akademi, kalian semua akan lulus" Gumam Liu erlong. "Mungkin kamu akan melupakan ku jaegyeon" Lanjutnya berucap.

"Melupakan mu? Omong kosong" Balas na jaegyeon. "Akademi shrek akan menjadi rumah ku, aku juga berniat untuk membuat akademi kita menjadi nomor satu" Lanjutnya.

"Tapi kamu bilang akan pergi, tetap di Akademi tidak akan membuat mu berkembang" ujar liu erlong menatap arena sebentar.

Potensi na jaegyeon itu besar, liu erlong sudah terjebak di level delapan puluh selama puluhan tahun. Dia tidak ingin na jaegyeon berakhir sepertinya, orang ini bisa menjadi hyper douluo atau mungkin seorang dewa suatu hari nanti dimasa depan, meskipun na jaegyeon selalu bilang ia ingin jadi Kaisar iblis dibandingkan dewa.

"Memang benar... Setelah pertandingan final berakhir aku akan pergi berpetualang untuk meningkatkan kekuatan ku, tapi setelah lima tahun aku akan kembali ke akademi shrek" ujar na jaegyeon. "Lagipula aku ingin guru erlong menjadi dewa dimasa depan, mungkin dewa galak sepertinya cocok" Lanjutnya.

“Dewa galak, ya? Kau benar-benar tahu cara menggoda gurumu” ucap liu erlong sambil menghela napas, mencoba menyembunyikan rasa haru.

“Bukan menggoda" sahut Na Jaegyeon santai, “aku serius. Kalau aku bisa membantumu menembus batas itu, aku akan lakukan. Aku tak ingin orang yang begitu berarti bagiku hanya berhenti di sini" Lanjutnya.

Tiba-tiba na jaegyeon menggendong bridal style liu erlong. Ruang dibelakangnya robek membuat celah dan na jaegyeon berjalan masuk, tidak tertarik dengan pertandingan karena ia sudah tau siapa yang akan memenangkan pertandingan semi-final itu.

"Jaegyeon apa ini?" Tanya liu erlong.

"Teknik roh ke empat ku memungkinkan diriku untuk menciptakan portal kemana saja. Meskipun di level sekarang itu hanya bisa pergi dalam radius sepuluh kilometer saja" Jawab na jaegyeon.

Ruang kembali terbuka, mereka tiba di hutan belakang akademi shrek. Liu Erlong menatap sekeliling, dedaunan bergoyang pelan tertiup angin sore. Suara burung dan aroma tanah basah memenuhi udara, jauh berbeda dari riuhnya arena pertandingan.

“Kenapa kita ke sini? Bukankah kau bilang ingin menghabiskan hari bersama guru?” tanya Liu Erlong, sedikit curiga namun juga penasaran

"Ada hadiah, kebetulan aku memiliki barang bagus" jawab na jaegyeon menurunkan gurunya.

[Inventory terbuka].

Buku Codex muncul dari inventory dan na jaegyeon meraihnya. Na jaegyeon membuka beberapa halaman didalam buku penyimpanan ruang yang dapat menampung cincin roh dan tulang roh. Na jaegyeon mengeluarkan satu set tulang roh api, karena roh pelindung dari gurunya adalah tipe roh api lebih tepatnya adalah naga api, meskipun dalam keluarga liu hanya roh pelindung naga petir yang dikatakan terbaik.

"Tulang tunggal, tulang tangan kanan, tulang tangan kiri, tulang kaki kanan, tulang kaki kiri dan tulang tengkorak" ucap na jaegyeon memandang gurunya. "Semua tulang roh ini adalah jenis api, cocok untuk mu" Lanjutnya berucap.

Keperibadian liu erlong asli adalah kejam dan haus pertarungan. Percayalah dia hanya bersikap lembut pada na jaegyeon, pada murid lain tatapan nya saja sudah dapat membuat mereka mengalami mimpi buruk. Na jaegyeon melihat potensi itu.

"Kenapa tidak berikan pada ma hongjun saja" Balas liu erlong bersedekap dada mencoba sedikit jual mahal, meskipun dia tergoda pada satu set tulang roh.

"Si gendut itu, aku sudah punya satu set untuk nya juga. Tapi ini untuk guru" Jawab na jaegyeon santai.

Mata Liu Erlong sempat berkedip cepat, seolah menimbang apakah muridnya ini serius atau hanya mencoba menggoda. Tapi ketika matanya menelusuri setiap tulang roh yang memancarkan aura panas membara, ia tahu Na Jaegyeon tidak main-main.

“Aku tidak tahu apakah harus marah karena kau memanjakan guru terlalu berlebihan, atau bangga karena kau tahu persis apa yang paling cocok untukku” ujar Liu Erlong sambil menatap tulang-tulang itu.

"Sesekali tidak ada salahnya" Gumam na jaegyeon.

"Dasar bocah… Kau sadar, satu set tulang roh tipe api ini nilainya bisa membuat tiga sekte besar berperang, kan?" ujar liu erlong sedikit merona.

“Aku sadar,” jawab Na Jaegyeon mantap. “Makanya aku tidak memberikannya pada mereka. Aku memberikannya pada guru. Karena aku ingin guru Erlong jadi sosok yang bahkan para Title Douluo pun enggan hadapi" Lanjutnya berucap.

"Kalau begitu guru akan menerimanya... " ujar liu erlong.