NovelToon NovelToon
Sistem Autopilot

Sistem Autopilot

Status: tamat
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Penyelamat / Tamat
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Pangeran Dari kerajaan Vazkal tiba-tiba mendapatkan sistem auto pilot saat kerajaannya diserang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hal yang paling tak terduga

Pangeran Sekya dan Pangeran Lamino, yang tadinya berada di barisan depan pasukan masing-masing, kini melangkah maju secara bersamaan. Mereka mendekat satu sama lain di tengah medan perang yang tegang, hingga akhirnya mereka berdiri berhadapan, hanya terpisah oleh beberapa langkah saja.

Pangeran Lamino, dengan tatapan tajam yang penuh amarah, langsung membuka percakapan dengan nada menantang, "Apa kau meremehkanku, Sekya, setelah semua yang terjadi di Vazkal, kau masih berani bersikap seangkuh ini di hadapanku?"

Pangeran Sekya hanya tersenyum tipis, sebuah senyuman yang penuh keyakinan dan sedikit ejekan. Ia membalas dengan suara tenang yang menusuk, "Sedikit pasukan saja sudah lebih dari cukup untuk menghancurkanmu dan seluruh pasukanmu, Lamino, jadi jangan terlalu percaya diri dengan jumlah yang kau miliki saat ini."

Mendengar jawaban itu, Pangeran Lamino mengepaskan tangannya, urat-urat di lehernya menonjol karena geram yang meluap. Ia bertanya dengan nada mengancam, "Rencana apa yang kau siapkan, Sekya, kau tidak mungkin datang ke sini tanpa persiapan sama sekali, bukan?"

Namun, Pangeran Sekya hanya tertawa pelan, tawa yang terdengar dingin dan penuh misteri. Ia menjawab dengan santai, "Tak ada rencana, Lamino, aku akan menghabisimu secara langsung, dan setelah itu, aku akan meratakan seluruh Kerajaan Lamina sampai ke akar-akarnya, jadi bersiaplah untuk menghadapi takdirmu."

Setelah pertukaran kata-kata yang penuh ketegangan itu, Pangeran Sekya berbalik dengan langkah mantap, kembali ke barisan pasukannya yang kini menatapnya dengan penuh semangat. Sementara Pangeran Lamino, dengan raut wajah yang masih dipenuhi amarah, juga melangkah mundur menuju pasukannya yang siap menerima perintah.

Angin tiba-tiba berembus kencang, menerbangkan debu dan dedaunan kering di antara kedua belah pihak, seolah membuka tirai panggung untuk pertempuran yang akan segera berlangsung. Sebuah pertanda bahwa takdir kedua kerajaan akan segera ditentukan di medan perang ini.

Tiba-tiba, terompet perang dari kedua belah pihak dibunyikan serentak, memecah keheningan medan perang dengan suara yang menggelegar. Para prajurit Vazkal, dengan semangat yang membara, kembali menyanyikan lagu dengan terompet kematian yang mereka kenakan di kepala, membuat mental lawan Lamina goyah dan ketakutan.

"Dengar itu, Lamino?" teriak Pangeran Sekya, suaranya menggelegar di atas riuhnya suara terompet, "Itu adalah lagu kematian yang akan mengakhiri semua ambisimu!"

Pangeran Lamino hanya menatap Pangeran Sekya dengan tatapan geram, namun ia tahu, suara terompet kematian itu memang sangat mengerikan, membuat jantung pasukannya berdebar tak karuan.

"Jangan gentar, prajuritku!" teriak Pangeran Lamino, mencoba menguatkan pasukannya, "Mereka hanya mencoba menakuti kita! Kita adalah Lamina! Kita tidak akan pernah mundur!"

Pangeran Lamino kemudian berteriak, suaranya menggelegar, "Pemanah! Bersiaplah!" Seketika, barisan pemanah dari Lamina maju ke depan, busur mereka terangkat tinggi, siap untuk melancarkan serangan.

"Layangkan anak panah kalian!" perintah Pangeran Lamino, dan ribuan anak panah melesat ke udara, membentuk tirai hitam yang menakutkan, meluncur deras menuju prajurit Vazkal.

Saat hujan panah semakin mendekat, Pangeran Sekya dengan cepat turun dari kudanya, lalu berteriak dengan suara lantang, "Formasi bertahan!" Seketika, para prajurit Vazkal bergerak sigap, membentuk formasi kubah yang kokoh, melindungi diri mereka dan Pangeran Sekya yang ada di dalamnya dari rentetan panah.

Kuda Pangeran Sekya, yang malang, roboh tak berdaya setelah tertancap banyak anak panah, tergeletak di tanah. Anehnya, meriam penghancur dan busur baru yang canggih milik Vazkal sama sekali tidak terlihat dalam pertempuran itu, seolah-olah mereka tidak pernah ada.

Ribuan anak panah terus menghujani formasi kubah prajurit Vazkal tanpa henti, menciptakan suara dentingan keras yang memekakkan telinga setiap kali panah-panah itu menghantam tameng-tameng kokoh, namun tak sedikit pun ada goresan atau retakan yang terlihat pada permukaan tameng mereka, seolah-olah panah-panah itu hanyalah kerikil kecil yang tidak berarti.

Pangeran Lamino, yang menyaksikan pemandangan itu dari kejauhan, mengepalkan tinjunya dengan erat, wajahnya memerah padam karena frustrasi yang meluap.

Ia berteriak, "Tidak mungkin! Bagaimana bisa tameng mereka sekuat itu? Apa yang sebenarnya terjadi di Vazkal selama ini?"

Lamino kemudian memerintahkan, "Hentikan pemanah! Sekarang juga!" Suara teriakannya memecah kebisingan, dan hujan panah pun berhenti seketika.

"Pasukan jarak dekat! Kavaleri! Serang langsung! Hancurkan formasi mereka!" perintahnya lagi, dan ribuan prajurit Lamina, baik yang berjalan kaki maupun berkuda, menyerbu maju dengan raungan perang yang menggelegar, menghantam formasi kubah Vazkal dengan kekuatan penuh. Namun, hasilnya tetap sama, tak ada goresan atau retakan sedikit pun yang muncul pada tameng-tameng kokoh itu.

Pangeran Lamino, yang melihat pasukannya tidak mampu menembus pertahanan Vazkal, kembali berteriak dengan nada mengejek, "Hanya itu yang bisa kau lakukan, Sekya? Setelah semua kesombongan yang kau perlihatkan padaku, kau hanya bisa bersembunyi di balik cangkangmu!"

Pangeran Sekya membalas dengan senyum tipis, "Tembuslah cangkangku ini jika kau mampu."

Kemudian, Lamino memerintahkan, "Para penyihir! Serang kubah itu! Hancurkan mereka dengan sihir terkuat kalian!" Seketika, para penyihir Lamina yang berada di puncak bukit dan di balik formasi batu mulai melancarkan mantra-mantra dahsyat, bola-bola api, petir, dan badai es melesat menuju formasi kubah Vazkal. Namun, saat sihir itu menghantam tameng-tameng kokoh, sebuah keajaiban terjadi; sihir itu justru berbalik arah dengan kecepatan tinggi, menyerang balik pasukan Lamina sendiri, menyebabkan ledakan dan kekacauan di barisan mereka.

Para penyihir Lamina, melihat sihir mereka tidak mempan, segera mengganti taktik. Mereka mulai merapal mantra-mantra baru yang tidak menyerang fisik, melainkan menyebabkan kelelahan dan rasa berat pada kaki prajurit Vazkal. Perlahan tapi pasti, formasi kubah yang tadinya kokoh mulai terlihat goyah, beberapa prajurit Vazkal tampak kesulitan menopang tameng mereka, dan celah-celah kecil mulai terlihat di antara barisan mereka.

Salah satu prajurit Vazkal yang berada di dalam formasi, dengan napas terengah-engah dan wajah pucat, bertanya kepada Pangeran Sekya, "Yang Mulia, apa yang harus kita lakukan? Jika terus begini, formasi kita akan hancur."

Pangeran Sekya hanya tersenyum tipis, dalam hati ia kembali membayangkan pesan ayahnya yang selalu mengingatkan agar jangan pernah meremehkan lawan, dan tetap harus membuat strategi dalam setiap situasi. Ia bergumam dalam hati, "Jadi ini yang dimaksud Ayah, dalam perang, terkadang ada sesuatu yang sulit kita prediksi. Beruntunglah aku mendengarkan saran Ayah."

Tak lama setelah itu, Eliana datang, berjalan tergesa-gesa sambil memapah Dion yang tampak hampir mati, wajahnya pucat pasi dan tubuhnya dipenuhi luka. "Hentikan, Lamino!" teriak Eliana, suaranya terdengar jelas di tengah riuhnya pertempuran, "Jangan tertipu dengan rencana Sekya! Aku akan membantumu, asalkan kau berjanji setelah menang kau akan mengembalikan Kerajaan Alveria dari Vazkal!"

Lamino menodongkan pedangnya ke arah Eliana, dengan tatapan penuh curiga, "Aku tak bisa mempercayaimu, Eliana, setelah semua yang terjadi di masa lalu, bagaimana mungkin aku bisa percaya padamu sekarang?"

Eliana membalas dengan nada dingin, tanpa sedikit pun keraguan dalam suaranya, "Aku tak butuh kepercayaanmu, Lamino, aku tak butuh apapun kecuali kekuasaan dan kerajaanku. Aku sudah lelah berpura-pura mencintai seseorang, aku ingin kembali menjadi ratu yang berkuasa, dan kau bisa membantuku mencapai itu."

Dion, yang masih terhuyung-huyung di samping Eliana, mengangguk lemah, meyakinkan kakaknya, "Benar, Kakak Lamino. Kami sudah mendiskusikan masalah ini, dan Eliana serius dengan tawarannya. Ini adalah kesempatan terbaik kita."

Di dalam kubah formasi Vazkal yang mulai goyah, suara Pangeran Sekya terdengar lantang, penuh kemarahan dan kekecewaan yang mendalam. "Bajingan kau, Eliana!" teriaknya, "Bagaimana kau bisa mengkhianatiku seperti ini? Apa semua ini palsu, apa semua kebersamaan dan perasaan yang kau tunjukkan padaku selama ini hanyalah kebohongan belaka?"

Lamino tertawa terbahak-bahak, suaranya menggema di medan perang, "Lihatlah, Sekya, bahkan kekasihmu sendiri mengkhianatimu! Kau memang pria yang bodoh. Lagipula, apa kau berpikir kau layak bersanding dengan Ratu Eliana, seorang ratu yang berkuasa dan ambisius sepertinya?"

Lamino kemudian menoleh ke arah Eliana, pandangannya berubah menjadi serius, "Baiklah, jika itu maumu. Kita sepakat. Sekarang beritahu aku, apa rencana Sekya sebenarnya, dan bagaimana kita bisa menghancurkan formasi kubah sialan itu?"

Eliana tersenyum licik, sebuah senyuman yang tidak pernah dilihat Sekya sebelumnya, penuh dengan rahasia dan ambisi yang tersembunyi. Ia menatap lurus ke arah Sekya, suaranya terdengar jelas dan menusuk di tengah hiruk pikuk pertempuran, "Maafkan aku, Sekya, tapi aku benar-benar tak membutuhkan cinta sama sekali. Aku akan membuktikan bahwa kekuasaan adalah satu-satunya hal yang nyata, dan kau akan menyaksikan kehancuranmu sendiri di hadapanku."

Dari balik pepohonan di pinggir hutan, Lyra yang mengamati jalannya pertempuran bersama Brutus, menggertakkan giginya. "Dasar bajingan," gumamnya, matanya menyala penuh amarah, "Aku ingin sekali membunuh wanita tak tahu malu itu!"

Brutus, yang berdiri di sampingnya, menatap Lyra dengan cemas. "Dia tahu semua rencana Pangeran Sekya," katanya, suaranya pelan, "Apa kita akan baik-baik saja?"

Lyra menoleh ke arah Brutus, tatapannya tajam dan penuh tekad. "Persetan dengan kalah menang," balasnya, "Tak masalah juga jika kita mati, tapi yang pasti, aku ingin sekali memenggal kepala Eliana."

1
akkuyu
gambatte kudasai lyra sistur
akkuyu
otw ponakan online
akkuyu
sipaling pamer suami xixixi
akkuyu
ganbatte ne
akkuyu
paragraf terakhir /Doge/
akkuyu
semangat bikin pestisida hhe
akkuyu
omigoto desu
akkuyu
aelah tiba² hilang semua momennya
akkuyu
wahahahaha
akkuyu
wasaiiii nice pengembangan alur. dah tegang² dibuat happy
akkuyu
woohoho
akkuyu
haha mampus kau lamina /Chuckle/
Rizky Fathur
Thor cepat bantai raja bragas beserta keturunannya
Rizky Fathur
Thor baut satu bab lagi bautkan pangeran sekya Lebih licik sudah menyandera semua keluarga raja ginoa
Rizky Fathur
cepat tangkap raja bragas dan semua keluarganya bantai dengan kejam sama seperti kerajaan lamina bautkan raja bragas menyesal mencari masalah dengan sekya
Rizky Fathur
Thor hancurkan kerajaan ginoa dengan kejam buatkan raja bragas menyesal mencari masalah dengan mcnya Thor
Rizky Fathur
Thor cepat bantai raja bragas dan keluarganya dengan kejam bautkan raja bragas minta ampunan tapi mcnya tidak memberikan ampunan Thor
Khusus Game
Tolong segera ingatkan author bila mana ada cacad logika dalam alur.. agar segera direvisi
Rizky Fathur
hancurkan kerajaan ginoa dengan kejam Thor semua keluarga kerajaan bautkan mati dengan kejam seperti kerajaan lamina Thor
akkuyu
dih idih ikut²an
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!